TEL AVIV (Arrahmah.id) — Hak hidup pemukim Israel lebih diutamakan daripada kebebasan bergerak warga Palestina, kata Menteri Kepolisian pendudukan Israel Itamar Ben-Gvir pada Ahad (1/9/2024).
“Mereka sampah, mereka pembunuh, mereka manusia, mereka tidak boleh dibebaskan–mereka harus ditembak di kepala di negara yang dikelola dengan baik. Saya berharap undang-undang hukuman mati untuk teroris akhirnya disetujui,” tambahnya dalam konferensi pers di lokasi operasi penembakan di dekat kota Tarqumiyah, dikutip dari Al Mayadeen (1/9).
Menteri Israel mengatakan operasi tersebut merupakan pertanda bagi mereka yang berniat melepaskan teroris, merujuk pada warga Palestina.
Ini menambah pernyataan kontroversial Ben-Gvir terkait pembunuhan tahanan Palestina.
Pada bulan April, Ben-Gvir mengusulkan eksekusi tahanan Palestina sebagai cara untuk mengatasi kelebihan kapasitas di penjara pendudukan Israel.
Dalam sebuah postingan di X, ia menegaskan bahwa penerapan hukuman mati terhadap Palestina adalah solusi yang tepat untuk apa yang ia gambarkan sebagai masalah yang terselesaikan.
Sebelumnya, Menteri Israel telah melakukan eksekusi harian terhadap tahanan Palestina terlama untuk setiap hari seorang tawanan Israel yang ditahan oleh Perlawanan Palestina di Jalur Gaza.
Yang terbaru, Ben-Gvir memicu kritik dan kecaman luas setelah ia mengatakan akan membangun inagog di kompleks Masjid al Aqsa di kota al Quds yang diduduki.
Ben-Gvir mengatakan kepada Radio Angkatan Darat Israel bahwa “kebijakan di Temple Mount mengizinkan doa, titik,” mengacu pada nama Yahudi untuk kompleks Masjid al Aqsa.
Setelah penduduk “Israel” di bagian timur al Quds, dibuatlah suatu pengaturan yang mengizinkan orang-orang Yahudi untuk mengunjungi Masjid al Aqsa tetapi tidak melakukan ritual di sana.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, meningkatnya jumlah pemukim Israel, beberapa di antaranya melakukan ritual provokatif disertai pasukan pendudukan Israel, telah meningkatkan kekhawatiran lama Palestina bahwa “Israel” bermaksud memuat situs suci Islam tersebut.
Ketika ditanya apakah ia akan membangun sinagoge di lokasi tersebut, Menteri Israel menjawab, “Ya”.
“Perdana menteri tahu bahwa ketika saya bergabung dengan pemerintah, saya telah menyampaikan dengan cara yang paling sederhana bahwa tidak akan ada diskriminasi di Temple Mount, sebagaimana umat Muslim dapat berdoa di Tembok Barat,” imbuh Ben-Gvir.
Dalam kemarahannya hari ini, Ben-Gvir menyerang keluarga tawanan Israel yang ditahan di Gaza dan mengatakan kritik mereka terhadap penanganan tawanan oleh pemerintah “menggemakan propaganda Hamas.”
Ia juga menyalahkan Menteri Keamanan Yoav Gallant atas operasi penembakan pagi ini.
“Mereka yang menuntut ribuan teroris dan memberikan kendali kepada Hamas atas Koridor Philadelpi dengan sengaja mengabaikan keamanan warga Israel. Darah mereka yang selanjutnya akan menjadi tanggung jawabnya,” katanya.
“Serangan pagi ini di Tarqumiyah sekali lagi membuktikan, sayangnya, akibat buruk dari teroris yang berkeliaran bebas di lapangan,” menyalahkan Gallant karena membuka blokade jalan dan membuka lebih lanjut terhadap kebebasan bergerak warga Palestina. (hanoum/arrahmah.id)