GAZA (Arrahmah.id) – Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Islam Hamas, merilis potongan pidato lama juru bicaranya Abu Ubaida pada Jumat (10/10/2025), bertepatan dengan dimulainya pelaksanaan gencatan senjata antara Hamas dan ‘Israel’ serta kembalinya ratusan ribu warga Palestina ke rumah mereka di utara Jalur Gaza.
Dalam pidato yang awalnya disampaikan pada 18 Juli lalu, Abu Ubaida menyampaikan penghormatan dan salam kepada rakyat Palestina yang telah menunjukkan ketabahan dan kesabaran selama dua tahun perang.“Kami mencium kepala rakyat kami yang agung, sabar, teguh, dan menang,” ujarnya. “Kami sampaikan salam tertinggi dan kabar gembira dari Tuhan Yang Maha Perkasa: Kepunyaan Allah-lah segala urusan, sebelum dan sesudah. Dan pada hari itu orang-orang beriman akan bergembira atas kemenangan Allah. Dia memberi kemenangan kepada siapa yang Dia kehendaki, dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.”
Potongan pidato tersebut segera menjadi viral di media sosial Palestina, dibagikan luas oleh warga Gaza yang menyambut kembalinya mereka ke wilayah utara setelah dua tahun pengungsian akibat agresi ‘Israel’.
Setelah gencatan senjata diumumkan, ribuan keluarga terlihat menyeberangi jalan-jalan yang penuh reruntuhan menuju kawasan permukiman mereka yang hancur di Kota Gaza dan sekitarnya. Banyak di antara mereka membawa anak-anak dan barang seadanya, sementara beberapa lainnya mencari sisa-sisa rumah mereka yang telah rata dengan tanah.
“Dua tahun kami hidup dalam ketakutan, kelaparan, dan pengungsian. Sekarang, meski hanya puing yang tersisa, ini tetap rumah kami,” kata salah satu warga, Um Saleh, kepada QNN.
Al-Qassam Brigades publishes:
“Oh, sons of our great, steadfast people… We kiss the heads of all our people, the elders, the patient, the steadfast, the victorious… And we offer them the greatest salute.
Abu Obaida
July 18, 2025" pic.twitter.com/jNPtJ5jYqR— 🇵🇸🔻 (@illestfalasteen) October 10, 2025
Selama dua tahun terakhir, ‘Israel’ telah melancarkan perang yang oleh warga Gaza disebut sebagai genosida, ditandai dengan pembunuhan massal, kelaparan, dan penghancuran infrastruktur secara sistematis.
Kampanye tersebut menentang seruan internasional untuk menghentikan perang dan mengabaikan perintah Mahkamah Internasional (ICJ) yang menuntut perlindungan warga sipil.
Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza, sejak 7 Oktober 2023, serangan ‘Israel’ telah menewaskan sedikitnya 67.211 warga Palestina dan melukai 169.961 orang lainnya. Selain itu, 460 warga, termasuk 154 anak-anak, meninggal akibat kelaparan dan kekurangan gizi selama pengepungan yang diberlakukan ‘Israel’.
Selama konflik, Abu Ubaida menjadi salah satu figur paling menonjol dalam perlawanan Palestina.
Meskipun selalu muncul dengan wajah tertutup, suaranya dikenal luas melalui pernyataan-pernyataan yang disiarkan dalam momen-momen penting, terutama setelah keberhasilan operasi perlawanan atau saat Gaza menghadapi serangan intensif.
Analis menyebut, pesan Abu Ubaida kali ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga simbol kebangkitan moral bagi rakyat Gaza setelah dua tahun penderitaan yang tak terbayangkan.
Dengan dimulainya gencatan senjata dan penarikan bertahap pasukan ‘Israel’ dari Jalur Gaza, banyak warga berharap ini menjadi akhir dari dua tahun kehancuran dan penderitaan. Namun sebagian tetap waspada, mengingat banyak kesepakatan gencatan senjata sebelumnya telah dilanggar oleh ‘Israel’.
“Gencatan senjata memberi kami harapan kecil untuk bertahan,” kata Sarah Saidam, seorang warga Gaza. “Tapi kami belajar untuk tidak terlalu percaya. Yang kami yakini hanyalah pertolongan Allah.” (zarahamala/arrahmah.id)