1. News
  2. Internasional

Dituduh Teroris, Pria Tuna Netra Ditangkap Polisi Inggris karena Bela Palestina

Hanoum
Ahad, 5 Oktober 2025 / 13 Rabiul akhir 1447 03:58
Dituduh Teroris, Pria Tuna Netra Ditangkap Polisi Inggris karena Bela Palestina
Seorang lelaki tua tuna netra diyangkap polisi Inggris karena mendukung Aksi Palestina. [Foto: X]

LONDON (Arrahmah.id) — Polisi Inggris menangkap seorang pria buta yang membawa tongkat di Trafalgar Square, London, berdasarkan Undang-Undang Terorisme. Dia ditangkap karena memegang tanda papan bertuliskan: ‘Saya menentang genosida – saya mendukung Aksi Palestina.’

Dilansir The Independent (4/10/2025), aksi penangkapan ini dilakukan juga oleh polisi Inggris terhadap 442 orang lainnya yang melakukan demonstrasi di London untuk hal yang sama.

Demonstrasi tersebut tetap berlangsung meskipun ada seruan dari Sir Keir Starmer dan para kepala polisi untuk membatalkan acara tersebut menyusul serangan teror di sebuah sinagoge di Manchester pada hari Kamis.

Kepolisian Metropolitan mengatakan enam orang juga telah ditangkap setelah spanduk dukungan Aksi Palestina dibentangkan di Jembatan Westminster pada hari Sabtu.

Penangkapan lebih lanjut dilakukan dalam protes menentang larangan Aksi Palestina di Trafalgar Square, London. Defend Our Juries mengatakan sekitar 1.000 pengunjuk rasa duduk untuk melakukan aksi hening sambil memegang spanduk tulisan tangan bertuliskan: “Saya menentang genosida. Saya mendukung Aksi Palestina.”

Kepolisian Metropolitan mengatakan ada kelompok protes terpisah yang berkumpul di Whitehall, memblokir jalan sebelum mencoba berbaris menuju Trafalgar Square, kemudian Parliament Square.

Sementara itu, sekitar 100 pendukung pro-Palestina berkumpul di pusat kota Manchester City untuk melakukan pawai yang diselenggarakan oleh Greater Manchester Friends of Palestine.

Kepala Scotland Yard Sir Mark Rowley telah meminta agar protes ditunda karena terkurasnya sumber daya sementara petugas tambahan ditempatkan di sinagoga dan perdana menteri mendesak kelompok di balik peristiwa tersebut untuk “menghargai kesedihan orang-orang Yahudi Inggris”. (hanoum/arrahmah.id)