1. News
  2. Feature

Dua Tahun Genosida: Anak-Anak Gaza Mati Kelaparan di Tengah Kebisuan Dunia

Zarah Amala
Selasa, 7 Oktober 2025 / 15 Rabiul akhir 1447 11:15
Dua Tahun Genosida: Anak-Anak Gaza Mati Kelaparan di Tengah Kebisuan Dunia
Selama dua tahun genosida yang dilancarkan 'Israel', bencana yang tak terbendung menjadi pemandangan sehari-hari di Gaza (Al Jazeera)

Hari demi hari, selama dua tahun terakhir, blokade ‘Israel’ yang semakin ketat terhadap Jalur Gaza terus memperburuk krisis kemanusiaan. Makanan dan obat-obatan dilarang masuk, meninggalkan jutaan warga Palestina, terutama anak-anak, dalam kelaparan dan penderitaan tanpa akhir. Di balik statistik yang dingin, muncul kisah-kisah memilukan: anak-anak yang meninggal karena lapar, dan lainnya tergeletak di tenda-tenda pengungsian atau tempat tidur rumah sakit dengan tubuh lemah yang berjuang melawan maut.

Selama dua tahun genosida yang dilakukan ‘Israel’, tragedi di Gaza tak hanya disebabkan oleh serangan militer langsung. Kebijakan kelaparan sistematis yang diterapkan ‘Israel’ telah menewaskan 460 warga Palestina, termasuk 154 anak-anak, akibat kekurangan gizi akut.

Pada 22 Agustus 2025, Inisiatif Global untuk Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) secara resmi mengumumkan status kelaparan di Kota Gaza, wilayah utara Jalur Gaza. Lembaga tersebut memperingatkan bahwa krisis kelaparan kemungkinan meluas ke Deir al-Balah di tengah dan Khan Younis di selatan.

Inisiatif IPC melibatkan 21 organisasi internasional, termasuk FAO, WFP, UNICEF, WHO, Oxfam, dan Save the Children.

Dalam beberapa bulan terakhir, Program Pangan Dunia (WFP) memperingatkan bahwa sepertiga populasi Gaza, sekitar 800 ribu orang dari total 2,4 juta, tidak makan selama beberapa hari berturut-turut.

Muhammad: Tubuh Ringkih yang Memohon Seteguk Susu

Pada Juli lalu, Muhammad al-Mutawwaq, bocah berusia satu setengah tahun, terlihat di tenda pengungsian di Gaza bagian barat dengan tubuh seberat hanya 6 kilogram, setelah kehilangan 3 kilogram karena kekurangan gizi.
Tulang rusuknya yang menonjol dan tangis lemahnya menjadi simbol nyata dari kebijakan kelaparan ‘Israel’. Ibunya tak punya apa pun untuk memberinya selain air, setelah persediaan susu dan makanan habis.

Foto-foto Muhammad yang menyebar luas di seluruh dunia memperlihatkan realitas kelaparan di Gaza, di mana anak-anak kini hidup di ujung kematian akibat penutupan total perbatasan oleh ‘Israel’ sejak 2 Maret 2025.
Ratusan truk bantuan menumpuk di perbatasan, namun dilarang masuk. Sesekali, ‘Israel’ mengizinkan sejumlah kecil bantuan, yang tak cukup menghentikan kelaparan. Bahkan, banyak truk bantuan dirampas oleh kelompok bersenjata yang menurut otoritas Gaza beroperasi di bawah perlindungan ‘Israel’.

Karim: Nafas yang Bertahan di Balik Tabung Oksigen

Karim Ma‘mar, bocah berusia 3 tahun, kini hanya memiliki berat 7 kilogram dan bergantung pada tabung oksigen untuk bernapas. Ia menderita sindrom Fanconi, kelainan ginjal langka yang semakin parah akibat blokade dan kekurangan obat serta suplemen gizi.

Tubuhnya yang lemah menjadi saksi hidup kebijakan kelaparan ‘Israel’. Menurut catatan medis, sindrom ini menyebabkan ginjal gagal menyerap zat-zat penting seperti glukosa, fosfat, dan asam amino, yang mengakibatkan kelemahan otot dan nyeri tulang parah.

Osama: Bayangan Anak di Balik Tulang

Osama al-Ruqab, bocah berusia 4 tahun, kini hanya memiliki berat 9 kilogram, jauh di bawah berat idealnya 16 kilogram.

Dalam rekaman video yang tersebar luas, tubuhnya tampak seperti kerangka hidup, dengan tulang dada dan perut yang menonjol tajam. Video itu memicu gelombang kemarahan dan kesedihan global, menggambarkan kegagalan dunia menghentikan kelaparan buatan manusia ini.

Misk: Diam dalam Lapar

Misk Bilal al-Madhoun, 6 tahun, kini hanya bisa terdiam tanpa mampu berbicara atau duduk di rumahnya di Kota Gaza. Tubuhnya yang rapuh menunjukkan tulang-tulang yang menonjol, akibat atrofi otak yang memburuk karena kekurangan gizi.

Daftar Korban Kelaparan: Nama-Nama yang Tak Semestinya Mati

30 Agustus 2025:
– Rania Ghabin, bayi perempuan, meninggal di RS al-Rantisi akibat malnutrisi dan kekurangan obat.

23 Agustus 2025:
– Rasil Abu Mas‘ud, usia dua bulan, meninggal di RS Nasser, tubuhnya yang kurus terekam kamera di ruang jenazah.

22 Agustus 2025:
– Ghadir Barika, bayi berusia lima bulan, meninggal akibat kekurangan susu. Ayahnya mengatakan putrinya wafat karena penutupan perbatasan yang menghalangi masuknya bantuan.

7 Agustus 2025:
– Ruaa Mashi (2 tahun) dan Muhammad Zakaria ‘Asfour (1 tahun 4 bulan) meninggal di RS Nasser, keduanya karena kekurangan gizi akut.

Mei 2025:
– Ayyah al-Sakafi kehilangan bayinya, Jinan (4 bulan), yang meninggal dalam pelukannya karena kekurangan makanan dan obat.
– Jinan Saleh al-Sakafi dan Muhammad Mustafa Yasin (4 tahun) juga meninggal akibat kelaparan.

2024:
– Lina al-Sheikh Khalil (4 tahun) dan Hikmat Bdeir (6 tahun) tewas di tengah krisis pangan yang meluas di Deir al-Balah.

Sejak 7 Oktober 2023, serangan ‘Israel’ di Gaza telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina dan melukai lebih dari 169.000 orang, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.

Kini, kelaparan yang disengaja telah menambah daftar panjang korban, menjadikan 460 jiwa, termasuk 154 anak-anak, mati perlahan karena lapar. (zarahamala/arrahmah.id)