1. News
  2. Internasional

“Dukungan Berkelanjutan”: Amnesty Sebut 15 Perusahaan yang Terlibat dalam Genosida Gaza

Zarah Amala
Jumat, 19 September 2025 / 27 Rabiul awal 1447 11:00
“Dukungan Berkelanjutan”: Amnesty Sebut 15 Perusahaan yang Terlibat dalam Genosida Gaza
Amnesty International menyebutkan 15 perusahaan yang mendukung genosida Gaza. (Foto: tangkapan layar)

GAZA (Arrahmah.id) – Amnesty International merilis daftar 15 perusahaan yang dituding ikut serta dalam genosida di Gaza.

“Pendudukan ‘Israel’ yang berkepanjangan, ilegal, serta puluhan tahun praktik apartheid tidak mungkin bertahan tanpa dukungan ekonomi yang mendalam dan berkelanjutan dari banyak pihak,” tegas Agnès Callamard, Sekretaris Jenderal Amnesty International, dalam sebuah pernyataan.

Menurut Amnesty, negara, lembaga publik, hingga perusahaan di berbagai belahan dunia selama ini secara sadar terlibat atau meraup untung dari pelanggaran hukum internasional oleh ‘Israel’, termasuk genosida yang tengah berlangsung di Gaza.

“Sudah waktunya bagi negara, lembaga publik, perusahaan, universitas, dan pihak swasta lain untuk berhenti dari kecanduan mematikan terhadap keuntungan ekonomi dengan mengorbankan nyawa manusia,” kata Callamard.

Perusahaan yang Terlibat

Amnesty menuding 15 perusahaan besar sebagai pihak yang secara langsung menopang pendudukan ilegal dan genosida ‘Israel’.

Di antaranya: raksasa senjata AS Boeing dan Lockheed Martin; perusahaan senjata Israel Elbit Systems, Rafael Advanced Defense Systems, dan Israel Aerospace Industries (IAI); perusahaan teknologi pengawasan asal Tiongkok Hikvision; produsen kereta asal Spanyol CAF; konglomerat Korea Selatan HD Hyundai; perusahaan software AS Palantir Technologies; firma teknologi Israel Corsight; hingga perusahaan air milik ‘Israel’ , Mekorot.

Amnesty menekankan, daftar ini hanyalah “contoh kecil” dari sekian banyak perusahaan yang menopang mesin pendudukan dan apartheid ‘Israel’ .

Seruan Larangan dan Sanksi

Amnesty menyerukan agar negara-negara segera:

  • Melarang penjualan senjata, perlengkapan militer dan keamanan, serta teknologi pengawasan ke ‘Israel’.

  • Menghentikan perdagangan dan investasi dengan perusahaan yang terlibat dalam genosida, pendudukan ilegal, dan apartheid ‘Israel’.

  • Memastikan perusahaan dalam yurisdiksi mereka tidak ikut menopang pelanggaran ‘Israel’.

  • Menjatuhkan sanksi berupa larangan perjalanan, pembekuan aset, hingga melarang perusahaan-perusahaan itu ikut serta dalam pameran dagang, kontrak pemerintah, atau penelitian.

“Semua langkah ini harus tetap berlaku sampai terbukti bahwa perusahaan-perusahaan tersebut tidak lagi berkontribusi pada pendudukan atau kejahatan ‘Israel’,” tegas Amnesty.

Bukti Keterlibatan

Amnesty mendokumentasikan penggunaan bom buatan Boeing dalam serangan udara ‘Israel’ yang menewaskan banyak warga sipil, termasuk anak-anak. Lockheed Martin pun diketahui menyuplai jet tempur F-16 dan F-35 yang digunakan dalam pengeboman Gaza.

Tiga raksasa senjata Israel – Elbit, Rafael, dan IAI – setiap tahun memasok miliaran dolar produk militer, mulai dari drone bersenjata hingga sistem keamanan perbatasan.

Selain itu, Hikvision menyediakan teknologi pengawasan untuk sistem apartheid ‘Israel’, Corsight menjual software pengenalan wajah yang digunakan militer ‘Israel’ di Gaza, sementara Mekorot mengelola infrastruktur air dengan cara yang mendiskriminasi warga Palestina.

Resolusi PBB dan Batas Waktu yang Dilanggar

Seruan ini muncul tepat setahun setelah Majelis Umum PBB (18 September 2024) menuntut ‘Israel’ mengakhiri pendudukan ilegal dalam waktu 12 bulan, sesuai opini Mahkamah Internasional (ICJ). Namun, hingga tenggat berakhir hari ini, ‘Israel’ tetap melanjutkan serangan, kelaparan buatan, dan pembantaian warga sipil Palestina.

“Sebagian besar negara anggota tidak melakukan apa pun untuk menekan ‘Israel’ mematuhi resolusi ini,” ujar Callamard.

Callamard menutup pernyataannya dengan nada tajam:

“Tidak bisa diterima ketika negara dan perusahaan tahu betul bahwa pendapatan mereka berasal dari kematian, kehancuran, dan penderitaan rakyat Palestina, namun mereka tetap menutup mata. Kekayaan mereka dibangun dari penderitaan yang tak terbayangkan.”

“Penderitaan rakyat Palestina terlalu besar untuk terus diabaikan,” tambahnya. (zarahamala/arrahmah.id)