SARAJEVO (Arrahmah.id) – Sidang publik pertama dari Gaza Tribunal, sebuah inisiatif masyarakat sipil yang menyebut dirinya sebagai “pengadilan kemanusiaan dan nurani”, resmi dibuka hari ini di Sarajevo, ibu kota Bosnia dan Herzegovina.
Acara bersejarah ini disebut sebagai langkah penting dalam misi Tribunal untuk mendokumentasikan dugaan kejahatan perang ‘Israel’, menyoroti kebuntuan akuntabilitas dalam sistem hukum internasional, dan memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina.
Dipimpin oleh Pakar Hukum Internasional
Tribunal ini dipimpin oleh Richard Falk, pakar hukum internasional dan mantan pelapor khusus PBB untuk wilayah Palestina yang diduduki. Dalam pernyataan resminya, Gaza Tribunal bertujuan menyediakan ruang untuk telaah komprehensif terhadap dimensi hukum, etika, dan geopolitik dari krisis yang terus berlangsung di Jalur Gaza, melalui kerangka hukum internasional dan hak asasi manusia.
Sidang publik ini dijadwalkan berlangsung pada 26–29 Mei 2025, dengan empat hari sesi intensif yang mencakup analisis hukum internasional, realitas geopolitik, kegagalan institusional, perspektif sejarah dan etika, serta presentasi “Sarajevo Declaration”.
Pembicara dan Topik Kunci
Beberapa tokoh penting yang hadir dalam panel diskusi antara lain: Prof. Ilan Pappé, sejarawan ‘Israel’, Craig Mokhiber, mantan pejabat HAM PBB, Noura Erakat, pengacara HAM dan aktivis, Prof. Mazin Qumsiyeh, aktivis dan calon peraih Nobel Perdamaian, Ramzy Baroud, Pemimpin Redaksi Palestine Chronicle, yang akan berbicara tentang “Sumud dan Penentuan Nasib Sendiri: Warisan Melawan Penghapusan”.
Topik yang diangkat meliputi: Nakba dan Genosida Kolonial, Pola-Pola Genosida, Ekonomi Politik Genosida dan Penghapusan Gaza, Peradaban dan Instrumentalisasi Holocaust dan Anti-Semitisme.
Sidang Nurani Global
Tribunal ini pertama kali diluncurkan di London pada November 2024 oleh koalisi akademisi, aktivis HAM, dan organisasi masyarakat sipil sebagai respons terhadap apa yang mereka sebut sebagai “kegagalan total komunitas internasional dalam menegakkan hukum internasional di Gaza”.
Sarajevo menjadi tonggak penting setelah sejumlah pertemuan strategis sebelumnya di London, Istanbul, dan Alicante.
Selama empat hari sidang ini, para peserta, yang terdiri dari Komite Pengarah, Dewan Kebijakan, dan para saksi ahli, akan meninjau laporan investigatif, mendengarkan kesaksian saksi mata, dan mendiskusikan Draf Deklarasi untuk menjadi referensi moral global dalam upaya pencegahan kejahatan serupa di masa depan.
Yang akan memberikan “vonis moral” adalah “Jury of Conscience”, terdiri dari sekitar sepuluh tokoh terkemuka lintas bidang.
Sidang Akhir di Istanbul, Oktober 2025
Setelah Sarajevo, Gaza Tribunal akan menggelar sidang akhir di Istanbul, Turki, pada Oktober 2025, di mana hasil awal dan kesimpulan dari proses persidangan akan diumumkan.
Seluruh sesi di Sarajevo disiarkan secara langsung di kanal YouTube Gaza Tribunal, agar dapat diakses publik dunia.
Kritik terhadap Keadilan Formal
Penyelenggara menekankan bahwa inisiatif ini muncul dari kekecewaan mendalam terhadap “keterbatasan dan lambannya proses hukum formal”, seperti di Mahkamah Internasional (ICJ) dan Mahkamah Pidana Internasional (ICC). Tribunal ini ingin melengkapi upaya lembaga-lembaga tersebut dengan menyoroti dampak manusiawi langsung dari konflik terhadap warga sipil Palestina.
Meski menghormati proses penyelidikan formal yang sedang berlangsung, Gaza Tribunal berposisi sebagai “tribunal rakyat” yang menyasar kekosongan akuntabilitas dalam sistem global. (zarahamala/arrahmah.id)