GAZA (Arrahmah.id) – Gerakan Hamas menempatkan enam tokoh nasional Palestina terkemuka di urutan teratas daftar tahanan yang diminta dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata dengan ‘Israel’. Langkah ini dianggap sebagai upaya strategis untuk membebaskan para pemimpin politik dan militer paling berpengaruh yang telah lama ditahan oleh penjajah ‘Israel’.
Meski daftar yang diajukan Hamas mencakup nama-nama paling menonjol dalam sejarah perlawanan Palestina, Israel tetap menolak memasukkan mereka dalam kesepakatan gencatan senjata yang tengah dibahas.
Berikut profil enam figur Palestina yang disebut paling berpengaruh dan paling ditakuti ‘Israel’:
Marwan Barghouti
Dikenal sebagai “Mandela-nya Palestina,” Marwan Barghouti adalah pemimpin senior Fatah yang ditahan sejak 2002. Ia dijatuhi lima hukuman seumur hidup ditambah 40 tahun penjara atas tuduhan mendirikan Brigade Syuhada Al-Aqsa saat Intifada Kedua.
Barghouti kerap disebut sebagai figur pemersatu bagi rakyat Palestina dan telah selamat dari beberapa upaya pembunuhan. Pada 2021, meski masih di penjara, ia mengumumkan pencalonannya dalam pemilihan presiden Palestina. ‘Israel’ berulang kali menolak memasukkannya dalam kesepakatan pertukaran tahanan, termasuk dalam perjanjian gencatan senjata saat ini.
Abdullah Barghouti
Kerabat Marwan, Abdullah Barghouti dijuluki “Insinyur Hamas” karena kemampuannya merancang bahan peledak. Ia dipenjara sejak 2003 dan dijatuhi 67 hukuman seumur hidup serta 5.200 tahun tambahan karena operasi perlawanan yang menewaskan 66 warga penjajah.
Seorang perwira ‘Israel’ yang menangani kasusnya pernah berkata, “Jika ‘Israel’ harus meninggalkan wilayahnya, ia akan membawa Abdullah Barghouti bersamanya.”
Ibrahim Hamed
Mantan komandan operasi Brigade Al-Qassam di Tepi Barat ini menjalani sidang selama enam tahun dengan berkas perkara sepanjang 12.000 halaman, terbesar dalam sejarah pengadilan ‘Israel’. Dijuluki “Hantu” karena kemampuannya menghindari penangkapan selama delapan tahun, Hamed akhirnya ditahan pada 23 Mei 2006.
Ia dihukum 54 kali penjara seumur hidup atas tuduhan merancang sejumlah operasi besar di Yerusalem yang diduduki.
Ahmed Saadat
Sekretaris Jenderal Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP) ini menjadi simbol perlawanan kiri Palestina. Ditahan sejak 2006, ia dijatuhi 30 tahun penjara karena dituduh merencanakan pembunuhan seorang pejabat ‘Israel’.
Meski di balik jeruji, Saadat tetap memimpin PFLP dan aktif dalam pengambilan keputusan politik. Banyak pengamat menilainya sebagai salah satu dari sedikit pemimpin dunia yang mampu mengelola gerakan politik dan militer dari dalam penjara.
Hassan Salama
Pejuang senior Hamas ini dijatuhi 48 hukuman seumur hidup plus 30 tahun tambahan atas operasi balasan setelah pembunuhan insinyur Hamas, Yahya Ayyash.
Kisah cintanya dengan tunangannya, Ghufran Zamel, menjadi simbol keteguhan di tengah penderitaan. Mereka bertemu lewat surat-surat yang disampaikan sesama tahanan, hingga akhirnya bertunangan pada 14 November 2010, meski belum pernah bertatap muka selama 16 tahun.
Abbas Al-Sayed
Komandan senior Brigade Al-Qassam di Tepi Barat ini ditangkap pada 2002 dan dijatuhi 35 kali penjara seumur hidup plus 150 tahun. Ia dituduh terlibat dalam 18 operasi perlawanan, termasuk serangan di Hotel Park, Netanya, pada 2002.
Di dalam penjara, Al-Sayed memimpin Komite Tertinggi Tahanan Hamas dan dikenal karena perannya mengorganisasi aksi mogok serta koordinasi internal di seluruh penjara ‘Israel’. Otoritas ‘Israel’ menyebutnya “tahanan paling berbahaya di Palestina.”
Hamas menegaskan bahwa pembebasan keenam tokoh tersebut merupakan bagian penting dari kesepakatan gencatan senjata yang sedang dinegosiasikan. Namun, ‘Israel’ menolak menyerahkan sebagian besar nama itu, dengan alasan “alasan keamanan nasional.”
Sumber-sumber politik di Tel Aviv mengatakan pembebasan tokoh-tokoh seperti Marwan Barghouti dan Abdullah Barghouti akan dianggap sebagai “kemenangan besar” bagi Hamas dan dapat memperkuat posisi politik perlawanan di wilayah pendudukan.
Namun bagi banyak warga Palestina, keenam tokoh ini bukan sekadar tahanan, mereka adalah simbol keteguhan, pengorbanan, dan perlawanan yang tak padam meski di balik jeruji.
Negosiasi pertukaran tahanan, yang menjadi bagian penting dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat, diperkirakan akan berlanjut dalam beberapa hari ke depan di tengah tekanan internasional untuk mengakhiri dua tahun perang di Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)