1. News
  2. Internasional

Erdogan: Kami Tak Akan Diam terhadap Pembantaian di el-Fasher, Sudan

Samir Musa
Diperbaru: Selasa, 4 November 2025 / 13 Jumadil awal 1447 19:24
Erdogan: Kami Tak Akan Diam terhadap Pembantaian di el-Fasher, Sudan
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. [Foto: AFP]

ISTANBUL (Arrahmah.id) — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa negaranya tidak akan tinggal diam menyaksikan pembantaian yang terjadi di Kota el-Fasher, Sudan. Ia menyerukan pentingnya menjaga keutuhan wilayah, kedaulatan, dan kemerdekaan Sudan di tengah tragedi kemanusiaan yang mengguncang kawasan tersebut.

Menurut laporan Anadolu Agency, pernyataan itu disampaikan Erdogan pada Senin (3/11) dalam pidatonya di Pusat Konvensi Istanbul saat membuka pertemuan ke-41 Komite Tetap untuk Kerja Sama Ekonomi dan Perdagangan (COMCEC) di bawah naungan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

“Tak seorang pun yang memiliki hati nurani bisa menerima pembantaian terhadap warga sipil di el-Fasher. Kami tidak akan berdiam diri terhadap tragedi ini,” tegas Erdogan dalam sambutannya, dikutip oleh Anadolu Agency.

Erdogan menekankan bahwa Turki berdiri bersama rakyat Sudan dan mendukung upaya melindungi kesatuan serta kedaulatan negara tersebut dari ancaman perpecahan.

Kota el-Fasher, ibu kota Negara Bagian Darfur Utara di Sudan Barat, kini menghadapi situasi kemanusiaan yang sangat mengerikan setelah jatuh ke tangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) pada akhir Oktober lalu. Sejumlah laporan menunjukkan adanya pelanggaran berat, pembunuhan massal, pemerkosaan, dan gelombang pengungsian besar-besaran.

Masih menurut laporan Anadolu Agency yang mengutip data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), ribuan warga sipil melarikan diri dari el-Fasher dengan berjalan kaki menuju kota Thawilah yang berjarak sekitar 60 kilometer. Jalur pelarian itu kini dikenal dengan sebutan “Jalan Kematian”, karena para pengungsi menghadapi kelaparan, kehausan, dan ancaman serangan selama perjalanan.

Tragedi di el-Fasher menjadi babak kelam terbaru dalam konflik berdarah di Sudan yang telah berlangsung sejak bentrokan antara militer dan Pasukan Dukungan Cepat pecah pada April 2023.

(Samirmusa/arrahmah.id)