1. News
  2. Internasional

Gaza Hari Ini: Perkembangan Terbaru di Tengah Gencatan Senjata yang Rapuh

Zarah Amala
Diperbaru: Rabu, 5 November 2025 / 14 Jumadil awal 1447 09:50
Gaza Hari Ini: Perkembangan Terbaru di Tengah Gencatan Senjata yang Rapuh
(QNN)

GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan pendudukan ‘Israel’ kembali melanggar perjanjian gencatan senjata di Jalur Gaza dengan menangkap lima nelayan Palestina, menghancurkan rumah-rumah warga, dan menembaki sejumlah wilayah di seluruh kawasan terkepung itu.

Sumber-sumber lokal melaporkan serangan artileri terus-menerus di wilayah selatan Gaza.

Sejak tengah malam hingga pagi hari, ‘Israel’ melancarkan operasi militer besar-besaran di bagian timur Khan Yunis, di mana penduduk melaporkan serangan intensif di berbagai titik.

Lahan pertanian dan rumah warga hancur akibat bombardemen malam hari di wilayah timur Kota Gaza dan Khan Yunis. Suara drone dan jet tempur juga terdengar terus-menerus di langit Gaza.

Nelayan Diculik di Laut Gaza

Koordinator Serikat Komite Nelayan di Gaza, Zakaria Bakr, melaporkan bahwa angkatan laut ‘Israel’ menculik lima nelayan di lepas pantai Kota Gaza pada pagi hari.

Sementara itu, seorang warga Palestina gugur dan satu lainnya terluka ketika drone quadcopter ‘Israel’ menembaki lingkungan Al-Tuffah, di sebelah timur Kota Gaza, Senin sore (3/11/2025).

Korban luka dilarikan ke Rumah Sakit Al-Ahli, namun tim medis tidak dapat mengevakuasi jenazah korban karena tembakan ‘Israel’ yang terus berlanjut di daerah tersebut.

‘Israel’ Langgar Gencatan Senjata Sejak 10 Oktober

Meskipun perjanjian gencatan senjata mulai berlaku pada 10 Oktober, pasukan ‘Israel’ terus melakukan pelanggaran.

Menurut Kantor Media Pemerintah Gaza dan Kementerian Kesehatan Palestina, sejak tanggal tersebut lebih dari 230 warga Palestina telah dibunuh, termasuk 97 anak-anak, sementara 600 orang lainnya terluka dalam serangan ‘Israel’ di berbagai wilayah Jalur Gaza.

Hingga 28 Oktober, pasukan ‘Israel’ telah melakukan 52 kali penembakan langsung dan 55 kali pengeboman artileri di Gaza. Setidaknya 11 rumah warga sipil dihancurkan, dan pasukan ‘Israel’ diketahui menggunakan robot peledak kendali jarak jauh serta alat berat untuk meruntuhkan bangunan.

Penyerbuan dan Penculikan

Laporan yang sama menyebutkan bahwa ‘Israel’ telah melakukan banyak penyerbuan melintasi “Garis Kuning”, batas demarkasi tidak resmi yang memisahkan wilayah kendali ‘Israel’ dari area tertentu di Gaza, sambil tetap mempertahankan kendali atas sekitar 50 persen wilayah Jalur Gaza.

Banyak korban tewas ditembak atau dibom ketika masih berada di dalam Garis Kuning, yakni daerah yang secara teknis berada di luar kendali ‘Israel’. Setidaknya sembilan penyerbuan semacam itu telah dilaporkan hingga akhir Oktober.

Selain itu, sekitar 21 warga Palestina telah diculik di seluruh Jalur Gaza, beberapa saat sedang memeriksa rumah mereka di dekat Garis Kuning, dan lainnya saat melaut untuk mencari ikan.

Bantuan Kemanusiaan Tertahan

Sesuai perjanjian gencatan senjata yang ditandatangani pada 10 Oktober, yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Hamas dan ‘Israel’ sepakat untuk mengakhiri blokade Gaza dengan membuka kembali perlintasan Rafah bagi pergerakan orang serta mengizinkan 600 truk bantuan kemanusiaan per hari, termasuk 50 truk bahan bakar.

Namun, Kantor Media Gaza mencatat bahwa antara 10 hingga 31 Oktober, hanya 3.203 truk bantuan dan komersial yang berhasil masuk ke Gaza, rata-rata 145 truk per hari, atau hanya 24 persen dari jumlah yang dijanjikan.

 ‘Israel’ juga tetap menutup perlintasan Rafah, sehingga puluhan ribu warga yang terluka parah dan sakit kritis tidak dapat berobat ke luar negeri.

Selain itu, ‘Israel’ belum mengizinkan masuknya alat berat yang diperlukan untuk membersihkan reruntuhan, membuka jalan, dan mengevakuasi jenazah. Bahkan hingga kini, tenda dan tempat penampungan masih belum diizinkan masuk dalam jumlah memadai.

Kelompok-kelompok kemanusiaan dan PBB menyatakan bahwa meskipun kebutuhan di Gaza sangat besar, ‘Israel’ hanya mengizinkan sebagian kecil bantuan kemanusiaan masuk, jauh dari jumlah yang dibutuhkan untuk mencegah bencana kemanusiaan yang lebih parah. (zarahamala/arrahmah.id)