Oleh Reni Rosmawati
Pegiat Literasi Islam Kafah
Perkembangan teknologi yang semakin pesat telah berdampak signifikan pada kehidupan sehari-hari manusia, terkhusus Gen Z. Selain dapat mengubah cara mereka berkomunikasi serta menerima informasi, bekerja, dan belajar, kecanggihan teknologi pun telah melahirkan tren ‘FOMO’ (Fear of Missing Out) atau rasa takut tertinggal dan tidak mau sendirian karena tidak mengikuti aktivitas tertentu. Tren ini muncul karena kebiasaan sering melihat foto/video di sosial media.
FOMO mempengaruhi kesehatan mental, membuat pengidapnya selalu merasa cemas, tidak puas, stress, sulit tidur, depresi, selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan ingin mencari kesenangan yang sifatnya sementara. Orang yang mengidap FOMO akan selalu mengejar perhatian dengan segala cara, termasuk menggadaikan kehormatan dan melanggar hukum. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Pengamat Sosial, Devie Rahmawati. (Kompas.com, 21/9/2024)
Mirisnya, keinginan berlebihan akibat mengidap FOMO, telah menjadikan Gen Z terlibat pada utang yang tidak produktif. Berdasarkan data dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan), Gen Z merupakan salah satu peraih kredit pinjaman online tertinggi, yaitu Rp28,6 triliun per Mei 2024 dan penyumbang kredit macet terbesar, yakni 37,17% atau setara Rp733 miliar. (Antaranews.com, 13/9/2024)
FOMO Buah Sistem Kapitalisme
Fenomena ‘FOMO’ yang menjangkiti Gen Z, hingga menyebabkannya terjerat pinjol memang sangatlah mengkhawatirkan. Jika ditelusuri selain karena faktor kecanggihan teknologi yang semakin pesat tanpa pengawasan, tren FOMO disebabkan juga oleh: Pertama, minimnya keimanan individu. Ketika keimanan lemah, maka standar tujuan kehidupan yang benar menjadi kabur, sehingga akhirnya membuat Gen Z cenderung membandingkan kehidupan mereka dengan orang lain. Jika keinginannya tidak terpenuhi, munculah kecemasan, merasa tertinggal, dan terasing. Bahkan demi bisa mengikuti tren, mereka sampai rela melakukan aktivitas ribawi (pinjol).
Kedua, tidak adanya regulasi yang memberikan perlindungan kepada Gen Z agar terhindar FOMO. Sebaliknya, negara justru menjadi regulator dan fasilitator agar budaya tersebut berkembang. Hal ini terlihat dengan keberadaan platform pinjol (pinjaman online). Padahal pinjol inilah yang menjadi solusi bagi Gen Z memenuhi gaya hidup FOMO yang unfaedah.
Ketiga, berkembangnya paham hedonisme di lingkungan masyarakat yang lahir dari sistem kapitalisme sekuler. Paham hedonis ini berpengaruh pada mindset dan gaya hidup individu masyarakat yang bersifat duniawi. Kesenangan dan kebahagiaan hanya diukur dengan berlimpahnya materi dan apresiasi dari manusia.
Jika dibiarkan, tentu FOMO akan berdampak negatif bagi generasi bangsa untuk berprestasi dan berkarya, bahkan memupus potensi mereka yang luar biasa sebagai agen perubahan. Sehingga harapan Indonesia emas di tahun 2045 mustahil dapat diraih.
Karena itu, pemerintah harus mengambil langkah serius dalam menyikapi tren FOMO, seperti mengedukasi generasi dan menanamkan akidah yang kuat pada mereka; membuat regulasi untuk melindungi Gen Z dari paparan gaya hidup salah seperti menutup platform pinjol dan sejenisnya; melakukan pengawasan ketat terhadap media sosial; serta mengganti sistem kapitalisme sekuler dengan sistem yang sahih yang bersumber dari wahyu Allah. Karena faktanya, sistem kapitalisme sekulerlah akar berkembangnya FOMO.
Sistem kapitalisme sekuler yang merupakan buah pemikiran manusia, telah menihilkan aturan agama dari kehidupan dan menstandarkan kebahagiaannya dengan mengejar kesenangan bersifat materi. Jika sistem ini diterapkan oleh sebuah negara, maka konsekuensinya adalah melahirkan kehidupan yang serba bebas, hedonistik, dan konsumerisme. Intinya, semua kesenangan dunia yang bersifat sesaat akan mendominasi serta menjadi prioritas utama. Dampaknya, potensi Gen Z yang semestinya disalurkan untuk perubahan dan kebaikan di masa depan, justru dihabiskan dengan memilih aktivitas unfaedah dan penuh kesia-siaan.
Islam Melindungi Gen Z
Islam memandang pemuda (Gen Z) sebagai agen perubahan, kekuatan, dan pilar pengokoh negara juga peradaban. Karena itu, Islam memiliki sistem terbaik untuk melejitkan potensi mereka. Islam akan mengarahkan pemuda agar memiliki tujuan hidup yang luhur, yakni mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia. Sejak dini, generasi muda disiapkan untuk menjadi para pemimpin yang tangguh.
Negara akan menyiapkan sistem pendidikan yang berbasis akidah Islam, yang output pendidikannya untuk mencetak generasi yang mempunyai pola pikir dan pola sikap Islam. Selain itu, mereka pun dibekali dengan ilmu sains dan teknologi agar mampu berkontribusi untuk peradaban Islam. Semuanya ditunjang dengan fasilitas sekolah berikut tenaga pendidik terbaik. Sehingga dihasilkan generasi luhur, menjadi para ilmuwan yang mampu menciptakan berbagai penemuan baru untuk kemaslahatan manusia serta memberikan sumbangsih terhadap kemajuan negara melalui teknologi dan ilmu-ilmu lainnya.
Di antara pemuda hasil dari sistem pendidikan Islam yang karyanya hingga kini diakui bahkan menjadi rujukan dunia adalah: Ibnu Sina penemu alat-alat kedokteran, Al Khawarizmi penemu Aljabar juga astronomi, Al Abbas ibn Firnas pencipta ide pesawat, dan masih banyak lagi.
Negara juga akan menciptakan lingkungan yang kondusif dengan mengawasi dan membuat regulasi untuk melindungi generasi. Salah satunya melalui pengawasan ketat terhadap teknologi dan digitalisasi, memblokir konten yang sekiranya berbahaya dan tidak bermanfaat, juga menindak tegas pelakunya. Media hanya digunakan untuk menanamkan pemahaman Islam serta meningkatkan taraf berpikir politik umat sesuai syariat.
Itulah langkah-langkah komprehensif yang dimiliki sistem Islam untuk menjaga generasi dari kehancuran dan kerusakan akibat gaya hidup salah. Semua itu bukan hanya cerita dongeng masa lalu, namun benar-benar terbukti nyata dan tercatat dalam sejarah. Selama hampir 14 abad Islam diterapkan sebagai sistem kehidupan, mampu melahirkan kebaikan, generasinya berkualitas dan berakhlak, kehidupan rakyatnya sejahtera. Karena Islam benar-benar memosisikan negara sebagai raa’in (pengurus) dan junnah (perisai) bagi segenap manusia dan makhluk hidup.
Wallahu a’lam bis shawwab