NEW YORK (Arrahmah.id) – Sekretaris Jenderal PBB António Guterres pada Rabu kemarin memperingatkan terhadap upaya apa pun untuk melakukan “pembersihan etnis” di Gaza. Ia menekankan pentingnya mematuhi hukum internasional dalam mencari solusi bagi masalah Palestina.
Pernyataan Guterres ini muncul setelah usulan mengejutkan Presiden AS Donald Trump, yang dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada Selasa malam, mengungkapkan rencana negaranya untuk menguasai Gaza setelah melakukan pengusiran total terhadap penduduk Palestina ke negara lain.
Pernyataan Trump menuai kecaman dari berbagai kekuatan internasional, termasuk Rusia, China, dan Jerman, yang menyebut rencana tersebut hanya akan membawa “penderitaan baru dan kebencian baru.” Sementara itu, Arab Saudi sebagai kekuatan regional menolak keras usulan tersebut.
Dalam pertemuan yang telah dijadwalkan sebelumnya oleh salah satu komite PBB, Guterres menegaskan bahwa dalam mencari solusi, masalah tidak boleh diperburuk. Ia menekankan pentingnya tetap berpegang pada hukum internasional dan menghindari segala bentuk pembersihan etnis. Guterres juga menambahkan bahwa solusi dua negara harus tetap ditegaskan.
Meskipun dalam pidatonya di hadapan Komite PBB untuk Hak-Hak Rakyat Palestina Guterres tidak secara langsung menyebut Trump atau usulannya terkait Gaza, juru bicaranya Stéphane Dujarric mengatakan kepada wartawan bahwa anggapan bahwa pernyataan Guterres merupakan respons terhadap Trump adalah “dugaan yang masuk akal.”
Dujarric juga menyebut bahwa Guterres telah berbicara dengan Raja Yordania Abdullah II pada Rabu pagi untuk membahas situasi di kawasan.
PBB selama ini mendukung solusi dua negara, di mana Palestina dan “Israel” hidup berdampingan dalam perbatasan yang aman dan diakui. Palestina menginginkan negara merdeka di Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza—wilayah yang diduduki oleh “Israel” sejak Perang 1967.
Guterres menekankan bahwa perdamaian yang langgeng harus mencakup kemajuan konkret, permanen, dan tidak dapat diubah menuju solusi dua negara, mengakhiri pendudukan, dan mendirikan negara Palestina yang merdeka dengan Gaza sebagai bagian yang tidak terpisahkan.
Ia juga menegaskan bahwa satu-satunya solusi berkelanjutan untuk stabilitas di Timur Tengah adalah negara Palestina yang berdaulat dan layak huni, yang hidup berdampingan dalam damai dan aman dengan “Israel.”
(Samirmusa/arrahmah.id)