1. News
  2. Internasional

Hamas Nyatakan Perang Gaza Telah Berakhir, Siap Serahkan Pemerintahan kepada Otoritas Nasional

Zarah Amala
Senin, 27 Oktober 2025 / 5 Jumadil awal 1447 10:30
Hamas Nyatakan Perang Gaza Telah Berakhir, Siap Serahkan Pemerintahan kepada Otoritas Nasional
Pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, berbicara dalam konferensi pers. (Foto: rekaman video)

GAZA (Arrahmah.id) – Kepala Biro Politik Hamas di Gaza, Khalil al-Hayya, mengatakan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menegaskan berakhirnya perang di Gaza, dan menilai pernyataan terbaru Washington memperkuat sinyal bahwa konflik kini resmi berakhir.

Dalam wawancara dengan jurnalis Al Jazeera, Ali Al-Dhafiri, al-Hayya menekankan bahwa setelah dua tahun perang, pendudukan ‘Israel’ gagal mencapai tujuan militernya. Ia menyatakan bahwa Hamas tidak akan memberikan dalih apa pun bagi ‘Israel’ untuk melanjutkan agresi.

Menurutnya, dalam 72 jam setelah gencatan senjata, Hamas menyerahkan 20 tawanan ‘Israel’ serta 17 dari 28 jenazah tentara ‘Israel’ yang ditahan selama pertempuran. Al-Hayya menambahkan bahwa operasi pencarian sisa jenazah dilanjutkan di beberapa wilayah baru pada Ahad (26/10/2025).

Al-Hayya menegaskan bahwa Hamas tidak keberatan bila tokoh nasional dari Gaza memimpin administrasi di Jalur Gaza, serta menyatakan kesiapan gerakan tersebut menyerahkan seluruh tanggung jawab administratif dan keamanan kepada Komite Administratif baru yang akan dibentuk.

Ia juga menyatakan persetujuan Hamas terhadap pengerahan pasukan PBB untuk memantau gencatan senjata dan perbatasan.

Pemimpin Hamas itu menyebut bahwa telah tercapai kesepakatan penuh dengan Fatah mengenai peran internasional tersebut, dan seluruh faksi Palestina sepakat bahwa PBB akan memainkan peran utama dalam rekonstruksi Gaza.

Al-Hayya menegaskan kembali komitmen Hamas untuk menyelenggarakan pemilihan umum sebagai bagian dari upaya memulihkan persatuan nasional, dengan menegaskan, “Rakyat kami satu, dan mereka menginginkan satu otoritas serta satu pemerintahan.”

Dialog dengan Utusan AS dan Sikap terhadap Senjata

Dalam wawancaranya, al-Hayya mengungkapkan bahwa ia telah bertemu dengan utusan AS Steve Witkoff dan Jared Kushner, menyampaikan bahwa Hamas mendukung stabilitas di kawasan. Ia menambahkan, “Presiden Trump adalah satu-satunya yang mampu menahan agresi ‘Israel’.”

Terkait senjata, al-Hayya menjelaskan bahwa persenjataan Hamas tidak dapat dipisahkan dari realitas pendudukan dan agresi.

“Begitu pendudukan berakhir, senjata-senjata itu akan diserahkan kepada negara,” ujarnya, seraya menambahkan bahwa pembahasan mengenai hal ini terus dilakukan bersama faksi-faksi Palestina dan mediator internasional.

Ia menegaskan, Hamas tidak akan membuat keputusan sepihak, melainkan akan bertindak dalam kerangka nasional kolektif.

Kecaman atas Pelanggaran ‘Israel’ dan Situasi Kemanusiaan

Meski demikian, Hamas menuduh ‘Israel’ melanggar gencatan senjata yang dicapai awal bulan ini. Dalam pernyataan resmi pada Sabtu (25/10), gerakan itu mengatakan bahwa pengeboman dan penghancuran di wilayah timur Gaza merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata.

Hamas menyerukan kepada para mediator agar menekan ‘Israel’ untuk menghentikan pelanggaran harian, termasuk pembunuhan, blokade, dan pembatasan distribusi bantuan, serta penutupan berkelanjutan di perbatasan Rafah.

Menurut laporan Al Mayadeen, pasukan ‘Israel’ meledakkan bangunan perumahan di timur Khan Yunis dan menghancurkan sejumlah rumah di kawasan Shuja’iyya, Gaza City.

Di bagian utara, tentara Israel membuldozer sebagian besar kompleks pemakaman Beit Lahia, tempat tim penyelamat mulai mengevakuasi puluhan jenazah warga sipil.

Sementara itu, angkatan laut ‘Israel’ menembaki wilayah pesisir Gaza, menahan tiga nelayan Palestina dan merusak peralatan mereka.

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa 19 warga Palestina tewas dalam 48 jam terakhir, empat di antaranya akibat tembakan langsung ‘Israel’, dan 15 lainnya ditemukan di bawah reruntuhan.

Krisis kemanusiaan di Gaza terus memburuk meskipun ada janji internasional untuk rekonstruksi.
Data citra satelit PBB menunjukkan bahwa 83 persen infrastruktur Gaza City telah hancur, dengan lebih dari 81.000 rumah rusak.

Juru bicara PBB Stéphane Dujarric mengatakan ribuan warga Palestina masih terlantar dan tidur di tempat terbuka, menghadapi kelangkaan makanan dan tempat berlindung di tengah kehancuran yang meluas. (zarahamala/arrahmah.id)