Jakarta (armnews) – Dalam laporan terbaru International Crisis Group (ICG) yang baru saja diluncurkan mengatakan amat berbahaya keberadaan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Lembaga yang berkantor di Brussel ini “menuduh“ MUI disalahgunakan kelompok garis keras. ICG juga setengah memprovokasi mengadu antara Presiden SBY dengan MUI.
“Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak tahun 2005 justru mengajak MUI untuk turut terlibat dalam pembuatan kebijakan-kebijakan pemerintahannya. Ini menjadi sangat berbahaya karena MUI dikuasai kalangan garis keras. Dan pemerintah, maaf, tidak cukup berani menghadapi mereka, dan tidak cukup berani untuk menegakkan nilai-nilai, demokrasi dan toleransi yang selama ini dianut bangsa Indonesia. Ini sangat mencemaskan masa depan Indonesia,” demikian ungkap John Virgoe, Direktur program ICG untuk urusan Asia Tenggara dalam laporan terbarunya.
Dalam laporan itu, ICG menganggapkeluarnya SKB Tiga Menteri tentang Ahmadiyah akan disalahgunakan kaum garis keras.
”Penanganan masalah Ahmadiyah menunjukan bahwa kaum garis keras Indonesia telah mencapai keberhasilan besar dalam melakukan lobi, menebarkan pengaruh besar dan lamgsung terhadap pembuatan kebijakan-kebijakan negara,” tulisnya dikutip Radio Jerman.
ICG mencemaskan, SKB itu disalahgunakan kaum garis keras sebagai dasar melakukan kekerasan terhadap Ahmadiyah. Meski sejak keluarnya SKB, sampai hari ini hanya beberapa kasus kecil saja skala kekerasan terjadi pada Ahmadiyah.
Yang agak menarik, ICG menuduh, di MUI dipenuhi kelompok kecil yang ia sebut sebagai radikal. Lebih keliru lagi ketika ia menyebut hanya sebagian kecil yang tidak menyetujui Ahmadiyah, dengan mengabaikan sikap berbagai ormas Islam termasuk Muhammadiyah dan NU soal Ahmadiyah.
”Yang lebih unik, menurut ICG, sebetulnya dukungan politik masyarakat terhadap kelompok-kelompok garis keras itu sebetulnya kecil. Yang membuat mereka tampak besar hanyalah karena bereka bersuara lantang. Masalahnya, keleluasaan yang mereka peroleh, dan akses lobi langsung terhadap pemerintah membuka jalan bagi mereka untuk meluaskan pengaruhnya di kalangan masyarakat luas.”
Belum lama ini, Kedubes Amerika ikut campur dalam insiden Monas. Pihak Kongres Indonesia menekan kasus pembunuhan aktivis HAM, Munir. Kini giliran ICG ikut mengurusi Ahmadiyah di Indonesia.
Sumber: Hidayatullah