JAKARTA (Arrahmah.id) — Direktur Eksekutif Baitul Maqdis Institute, Pizaro Gozali Idrus, menyerukan penolakan keras terhadap kerja sama yang melibatkan perusahaan Indonesia Danantara dengan raksasa investasi Amerika Serikat, BlackRock. Ia menilai langkah tersebut bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan konstitusi bangsa Indonesia.
“BlackRock adalah investor besar Amerika yang terbukti mendukung genosida di Gaza. Mereka menanamkan modal di perusahaan-perusahaan pertahanan yang memasok persenjataan bagi penjajahan ‘Israel’,” tegas Pizaro dalam pernyataannya, Selasa (20/5).
BlackRock diketahui memiliki saham sebesar 7,4 persen di Lockheed Martin, kontraktor pertahanan utama AS yang mempersenjatai militer ‘Israel’. Produk-produk buatan Lockheed Martin seperti jet tempur F-16, F-35, serta pesawat angkut C-130 Hercules digunakan secara aktif dalam serangan udara dan invasi darat ke wilayah Gaza.
Lebih dari itu, situs resmi Lockheed Martin secara terbuka menyatakan kebanggaannya dalam “melindungi keamanan Israel” dan melayani angkatan udara penjajah sejak 1970. Bahkan, rudal yang diproduksi Lockheed Martin diyakini digunakan dalam serangan terhadap para wartawan di dekat Rumah Sakit Syifa, Gaza, pada 9 November 2023. CEO perusahaan tersebut, Jim Taiclet, bahkan menyebut konflik di ‘Israel’ dan Ukraina sebagai “penggerak utama pendapatan” mereka dalam beberapa tahun mendatang.
Selain Lockheed Martin, BlackRock juga berinvestasi di perusahaan pertahanan Northrop Grumman dan RTX. Northrop Grumman memasok sistem peluncur rudal Longbow untuk helikopter Apache dan senjata laser untuk jet tempur ‘Israel’. Sementara RTX memproduksi sistem intersep Iron Dome yang digunakan dalam serangan udara ke Gaza, termasuk dalam paket bantuan militer terbaru dari AS ke ‘Israel’.
Pizaro menilai kerja sama dengan BlackRock tidak hanya membahayakan moral bangsa, tetapi juga mencederai konstitusi dan semangat anti-penjajahan yang telah lama menjadi identitas Indonesia. “Di Amerika sendiri, masyarakat dan akademisi sudah melancarkan protes keras terhadap kontribusi BlackRock dalam pembantaian di Gaza. Lantas, mengapa Indonesia justru menyambutnya?” tanya Pizaro.
Ia mengingatkan bahwa konstitusi Indonesia, khususnya Pembukaan UUD 1945, dengan tegas menyatakan bahwa “penjajahan di atas dunia harus dihapuskan”. Semangat itu, menurutnya, diwariskan oleh para pendiri bangsa seperti Soekarno, Hatta, Syahrir, Agus Salim, dan Natsir—agar generasi mendatang tidak lupa akan pahitnya dijajah.
“Kita masih memiliki utang sejarah terhadap kemerdekaan Palestina,” ujar Pizaro. “Semoga Presiden Prabowo Subianto dan CEO Danantara Pak Roslan Roslani tetap teguh memperjuangkan kemerdekaan Palestina dan menolak segala bentuk kerja sama yang secara langsung atau tidak turut memperkuat mesin genosida di Gaza.”
“Aamiin,” pungkasnya.
(Samirmusa/arrahmah.id)