KABUL (Arrahmah.id) — Kementerian informasi dan Kebudayaan Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) telah mengumumkan pelarangan sejumlah buku termasuk di dalamnya buku-buku Syiah dan Kitab At Tauhid karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab.
Dilansir SL Guardian (10/1/2025), IIA memandang bahwa pelarangan buku ini dilakukan karena buku-buku tersebut bertentangan dengan kepentingan nasional dan menyeru pada Khawarij.
Kebijakan yang dilakukan untuk menjaga akidah warga Afghanistan ini memicu reaksi dari sebagian warga. Namun reaksi ini tidak terlalu berarti karena kebijakan ini banyak didukung oleh sejumlah tokoh IIA.
Kitab at Tauhid karya Syeikh Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri ditulis pada abad ke-18. Kitab ini dianggap sebagai teks dasar Wahhabisme yang banyak digunakan oleh berbagai kelompok militan seperti Al Qaeda, Islamic State (ISIS), dll.
Isi kitab at Tauhid sendiri bertujuan memurnikan ajaran Islam dengan mengembalikannya ke betuk yang dianggapnya asli.
Karyanya, yang dikembangkan dari pemikiran Ibnu Taimiyyah ini, menjadi terkenal setelah Abdul Wahhab menandatangani perjanjian bersejarah pada tahun 1774 dengan Amir Dir’iyyah, Muhammad bin Saud. Perjanjian ini tidak hanya meletakan dasar bagi kebangkitan kerajaan Arab Saudi, tetapi juga membantu menyebarkan paham Wahhabi secara global, terutama pasca dukungan finansial besar dari kekayaan minyak Saudi.
Dalam pemahaman Wahhabi, praktik-praktik Islam tradisional seperti tawasul, istighatha, ziarah kubur, dll telah disalahkan karena dianggap menyelisihi ajaran Islam. Namun, tidak sedikit ulama Muslim dari pemahaman lain khususnya Taliban menentang apa yang disampaikan dalam pemahaman Wahhabi ini. (hanoum/arrahmah.id)