BAGHDAD (Arrahmah.id) — Pasukan keamanan Irak mengeklaim telah membunuh seorang pemimpin tinggi kelompok militan Islamic State (ISIS), Abdallah Makki Muslih Al Rufayi, yang disebut bertanggung jawab atas “operasi luar negeri” kelompok tersebut. Hal itu diumumkan langsung oleh Perdana Menteri Irak Mohammed Shia Al Sudani pada Jumat (14/3/2025).
Meskipun Irak telah mendeklarasikan kemenangan atas ISIS pada 2017, sel-sel kelompok itu tetap aktif dan masih melancarkan serangan sporadis terhadap tentara serta kepolisian.
“Abdallah Makki Muslih Al Rufayi dianggap sebagai salah satu teroris paling berbahaya di Irak dan dunia,” kata Sudani di platform X, dikutip dari CNN (14/3).
Al Rufayi, yang dikenal luas sebagai Abu Khadija, bergabung dengan ISIS selama pemberontakan di awal tahun 2000-an, dan terus menanjak pangkatnya. Ia pertama kali menjabat sebagai wali (gubernur) Kegubernuran Diyala di bawah pimpinan, Abu Ibrahim al-Hashimi al-Qurayshi, yang meninggal pada tahun 2022. Dalam peran ini, ia mengelola pemerintahan lokal dan upaya militer di Diyala, wilayah utama operasi ISIS.
Dikutip dari AFP, kemudian dia menjadi pemimpin ISIS wilayah Irak. Sebagai pemimpin, ia mengarahkan strategi operasional dan mengawasi pendanaan internasional serta memainkan peran penting dalam mempertahankan aktivitas ISIS setelah kelompok tersebut kehilangan sebagian besar wilayahnya pasca-2019.
Pada bulan Juni 2023, Departemen Luar Negeri AS menjulukinya sebagai Teroris Global yang Ditunjuk Khusus (SDGT), sebutan yang menyoroti keterlibatan signifikannya dalam jaringan teroris global ISIS dan kontribusinya dalam merencanakan dan mendanai serangan.
Sudani menuturkan Rufayi juga “bertanggung jawab atas kantor operasi luar negeri” ISIS.
Sudani tidak mengungkapkan kapan Al Rufayi tewas, tetapi memuji operasi intelijen Irak yang dilakukan dengan bantuan koalisi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat (AS) di Irak.
Pada Oktober lalu, Komando Operasi Gabungan Irak mengumumkan telah menewaskan sembilan komandan ISIS, termasuk Jassim Al Mazrouei Abu Abdel Qader, yang saat itu menjabat sebagai gubernur ISIS untuk Irak.
Pada 2014, ISIS mendeklarasikan kekhilafahan setelah merebut wilayah luas di Irak dan Suriah.
Pasukan Irak, dengan dukungan koalisi 80 negara internasional, berhasil mengalahkan ISIS pada akhir 2017. Kelompok itu kehilangan wilayah terakhirnya di Suriah dua tahun kemudian.
Namun, ISIS masih mempertahankan kehadirannya di padang pasir Suriah dan terus melakukan serangan di wilayah pedesaan Irak.
Sekitar 2.500 tentara Amerika masih ditempatkan di Irak, meskipun negara itu kini menganggap pasukan keamanannya mampu menghadapi ancaman ISIS.
Pada akhir September, AS dan Irak mengumumkan bahwa misi militer koalisi internasional di Irak akan berakhir dalam waktu satu tahun, dan pada September 2026 untuk wilayah Kurdistan yang memiliki otonomi.
Pemimpin ISIS pendahulu Al Rafayi, Abu Bakr Al Baghdadi, pun tewas pada Oktober 2019. (hanoum/arrahmah.id)