1. News
  2. Internasional

Le Figaro: Turki di Jalur Menuju Kekuatan Militer Terkemuka

Ukasyah
Senin, 8 September 2025 / 16 Rabiul awal 1447 07:02
Le Figaro: Turki di Jalur Menuju Kekuatan Militer Terkemuka
Drone Bayraktar dianggap sebagai salah satu simbol utama kekuatan industri militer Turki (Reuters).

Paris (Arrahmah.id) – Harian Prancis Le Figaro menulis bahwa Turki berusaha mempertahankan kedekatannya dengan Barat, namun pada saat yang sama ingin menjadi bagian dari Global South. Ankara juga berambisi meneguhkan dirinya sebagai kekuatan regional yang mampu menghadapi para pesaingnya, termasuk “Israel” dan Iran, dengan membangun kekuatan militer lengkap, mulai dari kendaraan lapis baja hingga satelit komunikasi dan rudal.

Dalam laporan khusus yang ditulis korespondennya di Ankara dan Istanbul, Nicolas Barotte, Le Figaro menggambarkan bagaimana Selçuk Bayraktar, Ketua Dewan Direksi perusahaan drone Baykar, melintas di tengah kerumunan di pelabuhan Istanbul dengan mengenakan jaket merah bertuliskan logo Teknofest, di antara ribuan pengunjung yang datang menyaksikan kapal-kapal utama Angkatan Laut Turki.

Turki memamerkan pesawat tempur produksinya sendiri (Al Jazeera).

Aliansi yang Beragam

Bayraktar, yang dikenal sebagai insinyur sekaligus perancang drone Bayraktar TB2, dianggap sebagai simbol keberhasilan industri pertahanan Turki dan vitalitas inovasi teknologinya. Drone TB2 ini memberi Turki keunggulan udara atas kelompok Kurdi di Suriah utara dan Irak, membantu Azerbaijan unggul atas Armenia pada 2021, serta memungkinkan Ukraina melawan Rusia pada 2022.

Sebagai anggota NATO, Turki menjaga aliansi dengan berbagai dimensi strategis. Angkatan Laut Turki pun beradaptasi dengan situasi ini. Laksamana Recep Erdinç Yetkin, Komandan Pangkalan Laut Istanbul, mengatakan kapal serbu amfibi “Anadolu” adalah “alat proyeksi kekuatan” berkat kemampuannya membawa drone tempur dan fasilitas medis di dalamnya.

“SEDAR” adalah kapal bersenjata tanpa awak pertama di Turki (Anadolu).

Di atas kapal yang dihiasi bendera pada Hari Kemenangan, Bayraktar memamerkan teknologi terbaru, termasuk drone TB3 yang mampu lepas landas dari landasan pendek, serta drone tempur Kızılelma yang dirancang untuk mendampingi jet tempur generasi baru, di mana unit pertama akan diserahkan ke militer Turki pada 2026.

“Kami memproduksi sekaligus mengembangkannya,” kata Bayraktar dengan bangga. “Saya mendedikasikan hidup saya untuk merancang teknologi lokal demi kemandirian negara kami.”

Teknofest dan Mimpi Generasi Baru

Festival Teknofest yang diprakarsai Baykar tidak hanya menjadi ajang pamer teknologi, tetapi juga kompetisi bagi tim-tim muda insinyur untuk menampilkan inovasi mereka dengan dukungan yayasan yang dipimpin Bayraktar.

Di festival itu ditampilkan berbagai drone otonom, kendaraan bawah laut kendali jarak jauh, hingga prototipe kapal selam masa depan. Bahkan, sebuah stan dipenuhi spanduk bertuliskan “Bebaskan Palestina”.

Dalam acara yang sarat pesan politik ini, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengumumkan rencana pembangunan kapal induk baru yang lebih besar dari “Anadolu”, dengan target penyerahan pada 2030.

“Kami ingin menginspirasi generasi baru agar percaya diri membangun teknologi masa depan,” ujar Bayraktar. “Dunia tengah bergerak menuju masa-masa yang sangat sulit, dan satu-satunya jalan mempertahankan negeri ini adalah memproduksi senjata sendiri. Jika tidak, kita bisa menghadapi genosida.” Ia merujuk pada agresi biadab “Israel” di Jalur Gaza.

Pasar Global

Turki kini menampilkan keberhasilan industrinya kepada dunia. Baykar, misalnya, baru saja menandatangani kemitraan dengan perusahaan Italia Leonardo untuk produksi drone bersama. Perusahaan ini telah mengekspor TB2 ke 42 negara, termasuk Kroasia yang menerima 6 unit.

Pemerintah Turki menegaskan bahwa sektor pertahanan telah menjadi motor ekonomi, dengan ekspor senilai 7,1 miliar dolar pada 2024—naik 29% dari tahun sebelumnya. Saat ini, 80% kebutuhan senjata Turki diproduksi di dalam negeri.

Presiden Erdoğan sendiri menegaskan: “Mulai sekarang Turki mampu memproduksi meriamnya sendiri, membangun kapalnya, mengembangkan drone, rudal, radar, satelit, perangkat lunak, dan amunisinya sendiri.”

Pesawat tanpa awak bersenjata Bayraktar TB2 buatan lokal di Turki (Anadolu).

Strategi Independen

Sejak memproduksi jet F-16 berlisensi AS, Turki telah melangkah jauh. Menurut CEO Turkish Aerospace Industries (TAI), Mehmet Demiroğlu, “Kami adalah pelopor.”

Meski anggota NATO, Ankara tetap menjalankan strategi militer dan diplomasi independen, kadang bertabrakan dengan kepentingan Eropa. Hal ini membuat Prancis, Yunani, dan Siprus khawatir, terlebih ketika Turki mendapat manfaat dari program pendanaan Eropa SEED senilai 150 miliar euro.

Namun demikian, perusahaan raksasa seperti Aselsan terus memperkuat posisinya di bidang peperangan elektronik, bahkan merancang sistem pertahanan udara baru agar Turki memiliki suara dalam strategi masa depan NATO.

(Samirmusa/Arrahmah.id)