(Arrahmah.com) – Awal tahun 2016, sebuah berita mengenaskan datang dari China, tepatnya di Kota Xiangyang, Propinsi Shaanxi. Di sebuah kolam renang di Ocean Spring Resort, seorang ibu mengantar anaknya yang masih berusia balita berenang.
Melalui sebuah CCTV, nampak anak si ibu itu tenggelam di kolam, sementara orang-orang di sekitarnya yang juga tidak menyadari kondisi si anak yang tengah berjuang antara hidup dan mati. Dilansir dari ShanghaiDaily, dari hasil rekaman video terlihat sang ibu “Xiao” yang asyik dengan telpon genggamnya, tidak menyadari anaknya berenang ke arah kolam renang bagian dewasa, dan tenggelam.
Masih di China, shanghaiist.com memberitakan, di sebuah pusat perbelanjaan, seorang anak tewas tertabrak mobil, sementara ibunya diketahui sedang asyik bermain handphone, tak jauh dari kejadian itu.
Itu adalah beberapa contoh, betapa saat sedang bersama anak yang masih balita, orang tua sebaiknya melupakan gadget untuk menghindari hal –hal yang fatal.
Selain bisa menyebabkan kecelakaan seperti pada kasus-kasus di atas, orang tua yang sibuk bermain gadget saat mengasuh atau menemai anak akan menimbulkan hal-hal negatif. Bayangkan, seorang anak sedang sedih karena nilai ulangan buruh atau ingin curhat pada ibunya. Namun, saat sampai rumah, ibunya tidak menyambut dengan sapaan atau senyuman karena sibuk bermain game atau chatingan di handphone.
Menurut Dr. Sherry Turkie, psikolog sosial dari Massachusets Institute of Technologi (MIT), seorang anak akan merasa terabaikan dan sedih ketika orang tua lebih memilih asyik dengan ponselnya daripada dirinya. Mereka akan merasakan ketiadaan hubungan emosional dengan orang tuanya, meskipun si anak bukan tipe anak yang perasa.
Selain itu, untuk anak yang masih balita, kecakapan berbahasa si anak tidak akan berkembang cepat ketika orang tua jarang mengajaknya berbicara karena lebih sibuk berchatingan dengan orang lain. Mereka hanya memperhatikan kebutuhan fisik anak, seperti makan, mandi, minum atau memakai kan baju, tanpa mengajak anak berdialog.
Anak yang orang tuanya jarang mengajak berbicara akan merasakan kesulitan mengungkapkan perasaan dan cenderung memendam kekecewaaan atau kesedihan. Bila terus dibiarkan, berpeluang mengalami ledakan emosi dengan perilaku yang destruktif atau perusak, cemas berlebihan dan mudah depresi saat dewasa. Saran Turkie, batasi penggunaan gadget ketika sedang bersama anak kecuali benar-benar penting.
Sumber: Sahabat Keluarga, kementerian pendidikan dan Kebudayaan
(ameera/arrahmah.com)