TEL AVIV (Arrahmah.id) — Para ajudan Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu hampir memanggil dokter karena kondisinya hampir pingsan setelah dia meluapkan amarahnya kepada Menteri Keuangan Bezalel Smotrich atas pernyataan-pernyataan yang menghina Arab Saudi.
Netanyahu menjadi marah setelah mendengar menteri sayap kanan tersebut mengatakan dalam sebuah konferensi bahwa jika diminta untuk mengakui Negara Palestina sebagai imbalan normalisasi hubungan dengan Riyadh, dia akan mengatakan kepada Arab Saudi bahwa mereka harus “terus menunggang unta”.
Netanyahu khawatir komentar-komentar Smotrich yang merendahkan itu dapat menghancurkan prospek normalisasi dengan Arab Saudi. Lantaran begitu marahnya dalam sebuah pertemuan sehingga para ajudannya khawatir dia akan pingsan, menurut anggota Knesset sayap kanan, Avigdor Liberman.
“Seseorang yang berada di ruangan itu memberi tahu saya bahwa setelah komentar Smotrich tentang unta, teriakan dari Kantor Perdana Menteri terdengar di Kedumim dan semua permukiman di Samaria (Tepi Barat yang diduduki),” ujarnya kepada media Israel, Walla, dikutip The New Arab (28/10/2025).
“Bibi [Benjamin Netanyahu] berteriak. Mereka [para ajudan] ingin memanggil dokter karena takut dia akan pingsan. Tidak ada yang mendengar teriakan seperti itu sejak Kantor Perdana Menteri didirikan. Bukan kebetulan Smotrich bergegas meminta maaf.
Netanyahu mengandalkan kesepakatan dengan Arab Saudi,” lanjut Liberman. Netanyahu, menurut laporan tersebut, berharap untuk menambahkan Arab Saudi ke dalam Perjanjian Abraham, serangkaian perjanjian normalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab termasuk Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko, karena kemajuannya terhenti total selama perang brutal di Gaza.
Smotich, seorang pemimpin kunci dalam gerakan pemukim ilegal Israel, sangat menentang pengakuan apa pun terhadap Negara Palestina dan menginginkan pembentukan Israel Raya yang mencakup wilayah Palestina tahun 1948, Gaza, dan Tepi Barat.
Arab Saudi bersikeras hanya akan mengakui Israel jika Negara Palestina merdeka didirikan, sesuatu yang ditolak keras oleh Smotrich.
“Jika Arab Saudi mengatakan kepada kami ‘normalisasi dengan imbalan negara Palestina’, teman-teman – tidak, terima kasih. Teruslah menunggang unta di padang pasir di Arab Saudi, dan kami akan terus berkembang dengan ekonomi, masyarakat, dan negara serta hal-hal hebat yang kami ketahui,” ujar Smotrich dalam sebuah konferensi.
Komentar ini memicu kemarahan di kalangan oposisi Israel, yang memandang normalisasi dengan Arab Saudi sebagai kunci integrasi negara tersebut ke dalam kawasan MENA [Timur Tengah dan Afrika Utara]. Sebagian besar negara Arab tidak memiliki hubungan dengan Israel, tetapi akan terbuka untuk melakukannya jika negara Palestina didirikan.
Smotrich terpaksa menyampaikan permintaan maaf yang memalukan setelah komentarnya, yang tidak diragukan lagi terkait dengan luapan amarah Netanyahu.
“Komentar saya tentang Arab Saudi sama sekali tidak pantas, dan saya mohon maaf atas penghinaan yang ditimbulkannya,” katanya.
“Saya berharap Saudi tidak menyakiti kami dan tidak mengingkari warisan, tradisi, dan hak-hak kaum Yahudi atas tanah air bersejarah mereka di Yudea dan Samaria, serta membangun perdamaian sejati dengan kami.” (hanoum/arrahmah.id)