1. News
  2. Internasional

Mimpi Pernikahan yang Tertunda: Hala Kehilangan Suami Sekaligus Rekan Seperjuangan di Gaza

Zarah Amala
Diperbaru: Rabu, 27 Agustus 2025 / 4 Rabiul awal 1447 10:15
Mimpi Pernikahan yang Tertunda: Hala Kehilangan Suami Sekaligus Rekan Seperjuangan di Gaza
Jurnalis Palestina Mohammad Salama gugur di serangan 'Israel' di RS Nasser, istrinya selamat (QNN)

GAZA (Arrahmah.id) – Jurnalis Palestina, Mohammad Salama, gugur pada Senin (25/8/2025) dalam sebuah serangan ‘Israel’ yang disiarkan langsung di sebuah rumah sakit di Gaza selatan. Ia gugur bersama lima rekannya.

Salama sebenarnya tengah merajut mimpi sederhana: merayakan pernikahannya dengan sesama jurnalis, Hala Asfour, setelah gencatan senjata tiba.

Mereka berdua resmi menikah tahun lalu, di tengah perang genosida yang tak kunjung berhenti.

Saat mengumumkan pernikahannya, Salama menulis:

“11 November 2024 bukan hanya hari kelahiranku, tahun ini juga menandai awal dari bab baru dalam hidupku. Pada hari yang istimewa ini, aku terhormat mengumumkan pernikahanku dengan sosok yang penuh martabat, kebijaksanaan, dan jiwa yang indah, Hala.

Di tengah kesulitan dan ketidakpastian yang dibawa perang ini, kami menemukan satu sama lain sebagai sumber kedamaian dan rasa aman.

Meski dikelilingi rasa takut, kami berjalan bersama melewati jalan terjal, mengatasi setiap rintangan bergandengan tangan, hingga tiba pada momen yang mengikat kami selamanya: pernikahan.

Semoga Allah memberkahi ikatan ini, menjadikannya sumber kebaikan dan manfaat, serta cahaya bagi iman dan tanah air kita.”

Kepada Hala, Mohammad pernah berucap: “Selama kita bersama, kematian tidak bisa mengalahkan kita.”

Namun serangan terarah ‘Israel’ ke Rumah Sakit Nasser di Khan Yunis pada Senin (25/8) merenggut nyawanya. Mohammad gugur, sementara Hala selamat, menyisakan luka yang jauh lebih berat dari yang pernah ia bayangkan.

Kini, Hala kehilangan bukan hanya seorang rekan kerja, tapi juga belahan jiwa, pasangan hidup, cinta, dan teman seperjuangan yang selama ini mendampinginya di tengah genosida ‘Israel’.

Ia pernah melihat Mohammad berlari tanpa takut di antara reruntuhan, kamera di tangan, meliput dengan penuh keberanian. Tak pernah ia sangka, suatu hari reruntuhan yang sama akan menjadi saksi pembunuhan suaminya. (zarahamala/arrahmah.id)