Belakangan ini ramai di media sosial adanya fenomena pemasangan bendera serial anime asal Jepang, One Piece, yang berkibar di sejumlah rumah hingga kendaraan menjelang HUT ke-80 RI ke-80. Aksi ini ditengarai sebagai sikap ekspresi kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah.
Riki Hidayat, warga Kebayoran, Jakarta Selatan, yang berniat mengibarkan bendera anime One Piece di depan rumahnya di momen HUT ke-80 RI, mengatakan mengibarkan bendera One Piece berarti simbol protes atau bentuk perlawanan dari rakyat yang selama ini tak puas dengan kinerja pemerintah.
“Saya cinta tanah air di mana saya bisa hidup di sana,” ujarnya. “Tetapi tanah air yang saya cintai itu, bukan tanah air tempat saya membayar pajak, namun tidak mendapatkan hak yang sepadan atas pajak yang saya bayar,” ujar dia
Menanggapi fenomena tersebut, Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Sufmi Dasco Ahmad menganggap pemasangan bendera tengkorak bajak laut itu sebagai upaya memecah belah bangsa.
“Kami mendeteksi dan mendapat masukan dari lembaga-lembaga pengamanan memang ada upaya memecah belah persatuan dan kesatuan,” kata dia di kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, pada Kamis, 31 Juli 2025. (tempo.co, 1/8/2025)
Logo One Piece yang terkenal dengan gambar tengkorak memakai topi jerami yang melambangkan kelompok bajak laut fiksi dalam seri manga dan anime Jepang itu menuai pro dan kontra ketika dikaitkan dengan momen sakral kenegaraan.
Adanya seruan mengibarkan bendera bajak laut One Piece saat HUT RI ke-80 ini sebenarnya merupakan cermin ekspresi kekecewaan rakyat terhadap ketidakadilan yang terjadi di negeri ini.
Gerakan ini bukanlah bentuk makar ataupun pemecah belah bangsa, melainkan simbol bahwa rakyat mencintai negeri ini, namun tidak rela negerinya terus didera penderitaan akibat ulah para oligarki.
Cerita One Piece mencerminkan kondisi nyata di Indonesia, di mana segelintir pejabat menikmati kekuasaan, sementara rakyatnya tertindas. Meski secara formal merdeka, tapi rakyat belum merasakan kemerdekaan sejati dalam kehidupan mereka karena kebijakan yang condong kepada kelompok elit.
Akar masalah negeri ini sejatinya adalah karena diterapkannya sistem Kapitalisme. Penerapan sistem kapitalisme telah melahirkan kesenjangan sosial yang tajam. Kebijakan dibuat demi kepentingan elite, sehingga rakyat terus tercekik oleh kezaliman struktural, mirip dengan sistem dunia dalam cerita One Piece yang penuh korupsi dan penindasan.
Maka umat harus disadarkan bahwa problem mendasar yang dihadapi adalah penerapan sistem buatan manusia, bukan dari Allah. Hanya dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah, umat akan terbebas dari kemudharatan sistem kapitalisme.
Allah Swt. memerintahkan kaum muslim untuk menjalankan hukum-hukumNya. Sebaliknya, Allah melarang mereka mengikuti keinginan manusia untuk menerapkan hukum-hukum yang lain. Allah Swt. berfirman,
وَأَنِ ٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ وَٱحْذَرْهُمْ أَن يَفْتِنُوكَ عَنۢ بَعْضِ مَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ
“Hendaklah kamu (Muhammad) memutuskan perkara di antara mereka menurut wahyu yang telah Allah turunkan. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Berhati-hatilah kamu terhadap mereka supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebagian wahyu yang telah Allah turunkan kepadamu.”
(TQS Al-Maidah [5]: 49).
Allah Swt. juga telah berjanji manakala kaum muslim telah bersungguh-sungguh menjalankan ketaatan kepada-Nya dengan menerapkan syariat Islam, maka Dia akan mendatangkan berbagai keberkahan kepada mereka. Allah Swt. berfirman,
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Andai saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Oleh karena itu, Kami menyiksa mereka karena perbuatan mereka itu.” (TQS Al-A’raf [7]: 96).
Terbukti, dengan penerapan syariat Islam kaffah pada saat itu, hanya dalam waktu singkat rakyat di bawah kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz, misalnya, mendapatkan kemakmuran ekonomi yang luar biasa. Saat itu, bahkan di Jazirah Arab tidak ada yang mau menerima zakat. Keamanan juga meningkat hingga domba-domba pun aman dari terkaman serigala. Masya Allah.
Hanya dengan Islam kaffah rakyat akan merasakan keadilan dan kesejahteraan. Ini karena agama Islam diturunkan bukan sekadar ajaran spiritual, tetapi sebagai ideologi atau sistem hidup yang menjadikan umat Islam sebagai khairu ummah (umat terbaik) yang menegakkan keadilan dan menolak segala bentuk penindasan.
Maka adanya kesadaran rakyat yang mulai muncul ini sejatinya harus diarahkan kepada perjuangan hakiki yakni mengubah sistem kapitalisme menuju penerapan sistem Islam di bawah naungan Khilafah. Bukan sekadar simbolik, tetapi perlawanan yang terarah dan terukur melalui dakwah dan perubahan sistem.
Wallahu a’lam bis shawwab
Editor: Hanin Mazaya