GAZA (Arrahmah.id) — Tak kurang 200 tentara Amerika Serikat (AS) yang sudah bermarkas di Timur Tengah akan dipindahkan ke ‘Israel’ untuk membantu memantau gencatan senjata di Gaza, menurut para pejabat AS.
Dilansir BBC (10/10/2025), militer AS akan membentuk satuan tugas multinasional di ‘Israel’ yang kemungkinan akan mencakup pasukan dari Mesir, Qatar, Turki, dan UEA, kata mereka.
Seorang pejabat senior mengatakan tidak ada pasukan AS yang akan memasuki Gaza. Dia menambahkan bahwa peran AS adalah untuk menciptakan Pusat Kontrol Bersama yang akan “mengintegrasikan” pasukan multinasional yang masuk.
Pemerintah ‘Israel’ telah menyetujui fase pertama kesepakatan Gaza dengan kelompok perlawanan Palestina Hamas, yang telah menghasilkan gencatan senjata dan pembebasan sandera dan tahanan.
Satuan tugas ini akan dipimpin oleh Komando Pusat AS (Centcom) yang berbasis di wilayah tersebut, dan dimaksudkan untuk mengawasi kemajuan perjanjian gencatan senjata serta membantu mengoordinasikan bantuan kemanusiaan.
Pasukan multinasional tersebut akan memberi tahu ‘Israel’ dan Hamas melalui Mesir dan Qatar mengenai situasi di lapangan dan potensi pelanggaran gencatan senjata, ujar salah satu pejabat.
Saat ini, pasukan tersebut dibentuk di bawah kepemimpinan Laksamana Brad Cooper, kepala Komando Sentral. Ia bergabung dengan delegasi AS untuk sebagian perundingan tidak langsung di Mesir awal pekan ini, ujar salah satu pejabat.
Perundingan tersebut menyebabkan Presiden AS Donald Trump mengumumkan pada hari Kamis bahwa ‘Israel’ dan Hamas telah “menandatangani tahap pertama” dari rencana perdamaian yang ia luncurkan pekan lalu.
Salah satu poin dalam rencana 20 poin Trump untuk Gaza mencakup kerja sama AS dengan mitra Arab dan internasional untuk mengembangkan Pasukan Stabilisasi Internasional sementara yang akan segera dikerahkan di Gaza, tetapi hal ini belum disepakati antara kedua belah pihak dan hanya akan terjadi jika pertukaran sandera dan tahanan selesai.
‘Israel’ melancarkan perang di Gaza sebagai tanggapan atas serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Sejak itu, serangan militer besar-besaran ‘Israel’ telah menewaskan lebih dari 67.000 warga Palestina di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas, termasuk lebih dari 18.000 anak-anak. Angka-angka ini dipandang dapat diandalkan oleh PBB dan badan-badan internasional lainnya. (hanoum/arrahmah.id)