GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan pendudukan ‘Israel’ dilaporkan meninggalkan boneka dan mainan berisi jebakan bom di berbagai wilayah Jalur Gaza, dalam upaya yang disebut pejabat kesehatan sebagai “wajah baru dari genosida yang berkelanjutan, bahkan setelah gencatan senjata.”
Direktur Jenderal Urusan Kesehatan di Gaza, Dr. Munir Al-Bursh, mengatakan pada Ahad (2/11/2025) bahwa pasukan ‘Israel’ menanam perangkap peledak di dalam boneka, beruang mainan, dan burung-burungan plastik yang menarik perhatian anak-anak.
“Pasukan itu tidak hanya meninggalkan rumah-rumah yang hancur, tapi juga bom waktu yang disamarkan sebagai benda-benda yang disukai anak-anak,” ujar Al-Bursh.
Ia menambahkan bahwa sisa-sisa bom dan peluru yang belum meledak masih tersebar di antara reruntuhan rumah warga. “Setiap hari rumah sakit menerima anak-anak dengan luka mengerikan, tubuh robek, anggota tubuh terputus, dan wajah yang kehilangan bentuk, akibat rasa ingin tahu polos mereka terhadap mainan yang ternyata berisi bahan peledak,” katanya.
Al-Bursh menuduh ‘Israel’ menggunakan metode ‘setan’, menanam bahan peledak di dalam mainan untuk menarik anak-anak mendekat sebelum meledak. “Perang di Gaza kini tidak lagi membunuh dengan peluru saja, tetapi dengan kepolosan. Ketika bermain berubah menjadi kematian, tawa menjadi jeritan, dan dunia yang diam menjadi komplotan dalam kejahatan,” ujarnya.
“Bom Waktu” di Bawah Reruntuhan
Pembatasan ketat ‘Israel’ terhadap masuknya alat berat menghambat upaya pembersihan puing dan pembangunan kembali di Gaza, kata wali kota Gaza pada Oktober lalu.
Mahmoud Basal, juru bicara Pertahanan Sipil Palestina, menggambarkan sisa bom-bom ‘Israel’ sebagai “bom waktu” yang dapat meledak kapan saja. Ia memperkirakan ‘Israel’ telah menjatuhkan sekitar 200.000 ton bahan peledak di Gaza, dengan 70.000 ton di antaranya belum meledak. “Anak-anak sangat rentan, karena sering kali mereka mengira benda-benda itu adalah mainan,” ujarnya.
Salah satu kasus terbaru menimpa Yahya Shorbasi (7) dan adiknya Nabila, yang menemukan benda mirip mainan saat bermain di luar rumah. “Itu terlihat seperti mainan biasa. Nabila memegangnya, lalu Yahya mengambil dan mengetuknya dengan koin. Tiba-tiba kami mendengar ledakan. Bom itu meledak di tangan mereka,” kata ibu mereka, Latifa Shorbasi.
Akibat ledakan itu, lengan kanan Yahya harus diamputasi, sementara Nabila masih dirawat intensif.
Seorang dokter gawat darurat di Rumah Sakit al-Shifa, Dr. Harriet, menyebut situasi ini sebagai “bencana kesehatan masyarakat yang siap meledak”, karena anak-anak sering terluka oleh benda yang tampak tak berbahaya, mainan, kaleng, atau serpihan reruntuhan, yang ternyata berisi bahan peledak aktif.
Menurut Kepala Layanan Aksi Ranjau PBB (UNMAS), Luke David Irving, sejak Oktober 2023, sebanyak 328 orang telah tewas atau terluka akibat sisa bahan peledak di Gaza. Ia memperkirakan 5–10% senjata yang dijatuhkan ‘Israel’ tidak meledak, menjadikan Gaza seperti ladang ranjau raksasa.
Basal mengatakan bahwa pembersihan ranjau dan bom tersebut bisa memakan waktu bertahun-tahun dan biaya jutaan dolar. “Kami berbicara tentang 71.000 ton bahan peledak yang masih tersisa di Gaza. Kapan saja, semuanya bisa meledak, ketika anak-anak memegangnya, atau ketika tim penyelamat menggali untuk menemukan jenazah,” ujarnya. (zarahamala/arrahmah.id)