OTTAWA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, mengumumkan pengunduran dirinya setelah 10 tahun menjabat. Ia menyatakan akan tetap menjalankan tugas pemerintahan hingga partainya, Partai Liberal, memilih pemimpin baru.
Langkah ini diambil di tengah tekanan yang meningkat menjelang pemilu legislatif, di mana popularitas Partai Liberal merosot ke level terendah dalam survei.
Dilansir dari Al Jazeera, Trudeau mengatakan kepada wartawan di Ottawa, Senin (6/1), “Saya berniat mengundurkan diri sebagai pemimpin partai dan pemerintahan begitu partai memilih pemimpin baru.”
Ia juga menangguhkan kegiatan parlemen hingga 24 Maret 2025 untuk memberikan waktu kepada partainya memilih pengganti. Dengan nada emosional, ia menambahkan, “Negara ini pantas memiliki pilihan nyata dalam pemilu mendatang. Jika saya harus berjuang menghadapi konflik internal, saya tidak bisa efektif sebagai perdana menteri.”
Proses pemilihan pemimpin baru diperkirakan memakan waktu beberapa bulan, sehingga Trudeau kemungkinan masih menjabat hingga pelantikan Donald Trump sebagai Presiden AS pada 20 Januari mendatang.
Penurunan Popularitas
Dilansir dari beberapa sumber, popularitas Trudeau kini tertinggal 20 poin dari rivalnya, Pierre Poilievre, pemimpin Partai Konservatif, dalam berbagai survei.
Ia dianggap bertanggung jawab atas inflasi yang tinggi, krisis perumahan, serta buruknya layanan publik di Kanada. Situasi ini diperburuk oleh pengunduran diri mendadak wakilnya pada Desember lalu akibat perbedaan pandangan terkait strategi menghadapi potensi perang dagang dengan Amerika Serikat.
Trump telah mengancam akan menerapkan tarif hingga 25% pada barang-barang dari Kanada dan Meksiko setelah menjabat. Pada November lalu, Trudeau sempat mengunjungi Florida untuk bertemu Trump guna mencegah perang dagang tersebut.
Amerika Serikat, yang menyerap 75% ekspor Kanada, adalah mitra dagang terbesar Kanada, dengan sekitar dua juta warga Kanada bergantung pada hubungan dagang ini.
Tanggapan Trump
Trump memanfaatkan momen pengunduran diri Trudeau untuk kembali mengusulkan agar Kanada bergabung dengan Amerika Serikat.
“Jika Kanada menjadi bagian dari Amerika Serikat, tidak akan ada tarif, pajak akan berkurang drastis, dan Kanada akan aman dari ancaman kapal Rusia dan Cina,” tulis Trump di media sosial.
Juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, menyatakan bahwa Amerika Serikat mendukung Kanada dalam proses memilih pemimpin baru.
Pemilu legislatif Kanada dijadwalkan berlangsung paling lambat Oktober 2025.
(Samirmusa/arrahmah.id)