MICHIGAN (Arrahmah.id) — Dua pria didakwa atas rencana serangan teroris untuk melakukan penembakan massal pada akhir pekan Halloween di negara bagian Michigan, AS.
Para tersangka, Mohmed Ali dan Majed Mahmoud, diduga kuat sudah mencari lokasi potensial di pinggiran kota Detroit untuk aksi mereka.
Terdakwa ketiga, yang digambarkan sebagai remaja dalam dokumen pengadilan, tidak disebutkan namanya.
Para terduga teroris terbukti telah membeli senjata semi-otomatis, lebih dari 1.600 butir amunisi, dan berlatih menembak di lapangan tembak, kata jaksa, dikutip dari BBC (3/11/2025).
Para terdakwa dijadwalkan menghadiri sidang di Detroit pada hari Senin (3/11). Jaksa Agung AS Pam Bondi mengatakan bahwa itu adalah “rencana teror besar yang terkait dengan Islamic State (ISIS)”.
“Menurut laporan tersebut, para pelaku memiliki beberapa senapan AR-15, perlengkapan taktis, dan rencana terperinci untuk melakukan serangan di tanah Amerika,” tambahnya.
Para terdakwa didakwa menangani senjata api dan amunisi serta memiliki alasan yang cukup untuk meyakini bahwa senjata-senjata tersebut akan digunakan untuk melakukan kejahatan terorisme federal.
Dokumen dakwaan setebal 73 halaman yang diajukan oleh Departemen Kehakiman menyatakan bahwa pada bulan September, para tersangka mengintai daerah pinggiran Ferndale, tempat banyak bar dan restoran berada.
“Banyak klub dan bar di daerah ini sengaja menarik anggota komunitas LGBTQ+,” demikian isi dokumen pengadilan.
Agen federal menggerebek alamat-alamat yang terkait dengan Ali dan Mahmoud dan menyita senjata api, amunisi, kamera GoPro, dan rompi taktis, menurut dokumen pengadilan.
Lima orang disebutkan dalam dokumen pengadilan, tetapi hanya Ali dan Mahmoud yang telah disebutkan namanya oleh jaksa federal.
Pihak berwenang AS mengatakan mereka mulai menyelidiki anggota kelompok tersebut tahun lalu.
Dokumen tersebut juga menyatakan bahwa mereka memperoleh surat perintah pengadilan yang memungkinkan pejabat AS untuk memantau telepon, obrolan terenkripsi, dan media sosial yang terhubung dengan individu-individu tersebut. Seorang informan FBI bergabung dalam panggilan telepon grup yang melibatkan para tersangka.
Dakwaan tersebut menuduh bahwa dalam beberapa hari terakhir para tersangka telah menyebut “labu” ketika membahas tanggal untuk kemungkinan serangan.
“Mereka menyebut Halloween sebagai hari potensial untuk serangan yang mereka rencanakan, sebuah serangan yang mereka pahami dapat mengakibatkan kematian dan kemartiran mereka,” kata jaksa federal.
Dakwaan tersebut menuduh bahwa Ali, Mahmoud, dan remaja yang tidak disebutkan namanya merencanakan kejahatan tersebut melalui WhatsApp. Pesan yang dibagikan oleh pemerintah menunjukkan ketiganya merujuk pada “tanggal, benda itu”, dan mengatakan hal-hal seperti “Kita akan melakukannya” dan “Aku harus benar-benar membuat labu”.
BBC telah menghubungi seorang pengacara Ali untuk memberikan komentar setelah dokumen pengadilan yang baru dirilis. Selama akhir pekan, pengacara tersebut membantah penggerebekan FBI dan penangkapan selanjutnya.
“Tidak ada yang pernah ia rencanakan atau ingin lakukan, atau membahayakan anggota masyarakat mana pun,” ujar pengacara Amir Makled kepada CBS, mitra BBC di AS, tentang kliennya yang dituduh telah bersumpah setiap pada ISIS. (hanoum/arrahmah.id)