GAZA (Arrahmah.id) – Serangan ‘Israel’ terhadap wilayah Gaza Utara meningkat tajam dalam beberapa hari terakhir, membuat sistem kesehatan yang sudah rapuh berada dalam kondisi darurat total. Situasi ini diperparah oleh blokade yang telah berlangsung sejak awal Maret lalu, yang mencegah masuknya obat-obatan, perlengkapan medis, dan bahan bakar untuk mengoperasikan rumah sakit.
Pihak rumah sakit di Gaza Utara memperingatkan bahwa situasi kesehatan bisa berubah menjadi bencana total jika ‘Israel’ terus membombardir area sekitar fasilitas medis. Serangan yang terus-menerus itu membahayakan siapa pun yang mencoba mengakses rumah sakit, membuat korban jiwa terus berjatuhan tanpa bisa diberi perawatan.
Sejak awal agresi militer ‘Israel’ terhadap Gaza, ketiga rumah sakit utama di Gaza Utara, yang melayani lebih dari 400.000 penduduk, telah menjadi target langsung. Pasukan’Israel’ secara sengaja mengepung dan membuat rumah sakit-rumah sakit ini lumpuh berulang kali.
Pengepungan Ketat
Malam kemarin, tank-tank ‘Israel’ mengepung Rumah Sakit Indonesia yang terletak di timur laut Kamp Jabalia. Pasukan ‘Israel’ menembaki bangunan rumah sakit secara langsung, padahal di dalamnya terdapat 55 orang, termasuk 4 dokter, 8 perawat, dan puluhan pasien yang tak bisa dievakuasi karena tembakan terus-menerus di sekitar area.
Direktur rumah sakit, dr. Marwan Sultan, mengatakan bahwa akses menuju rumah sakit menjadi sangat berbahaya karena pesawat nirawak ‘Israel’ jenis “quadcopter” menembaki segala yang bergerak. Hal ini memicu kepanikan di kalangan tenaga medis, menyebabkan banyak dari mereka melarikan diri, dan rumah sakit pun nyaris tak berfungsi lagi.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera, dr. Sultan menjelaskan bahwa saat ini rumah sakit hanya bisa menangani pasien yang sudah berada di dalam. Tidak ada pasien baru yang bisa masuk karena tembakan artileri dan drone di area sekitar terus berlanjut.
Ia juga mengungkapkan bahwa perlakuan brutal ‘Israel’ terhadap tenaga medis dalam invasi sebelumnya membuat banyak staf enggan kembali. Rumah sakit hanya bisa merawat pasien dengan peralatan medis yang sangat minim, dan ia memperingatkan bahwa bila rumah sakit ini benar-benar lumpuh, maka akan terjadi krisis besar. Sebab inilah satu-satunya rumah sakit di Gaza Utara yang masih memiliki ruang ICU, ruang operasi, dan layanan medis lengkap.
Perlu diketahui bahwa rumah sakit ini pernah dibakar sebagian oleh pasukan ‘Israel’ saat invasi darat ke Gaza Utara pada November 2023, dan kemudian kembali dikepung serta dilumpuhkan pada Mei 2024 setelah sempat diperbaiki sebagian. Serangan dan blokade kembali dilanjutkan pada Oktober lalu.
Situasi Darurat di Rumah Sakit Al-Awda
Hanya beberapa ratus meter dari Rumah Sakit Indonesia, Rumah Sakit Al-Awda juga telah mengaktifkan status darurat karena intensitas serangan yang meningkat di sekitarnya.
Direktur rumah sakit, dr. Muhammad Saleha, mengatakan bahwa serangan artileri dan tembakan dari drone menghalangi pasien dan korban luka untuk sampai ke rumah sakit. Hanya ambulans yang masih bisa bergerak, itu pun dengan risiko besar.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, dr. Saleha menjelaskan bahwa menjangkau korban di wilayah yang dibombardir sangatlah sulit. Mobil ambulans pun tak leluasa bergerak.
Ia juga menyoroti kekurangan obat-obatan dan peralatan medis yang makin parah. Selama 80 hari terakhir, tidak ada pasokan yang masuk karena ‘Israel’ terus menutup semua perlintasan menuju Gaza.
Stok bahan bakar juga sangat terbatas. Rumah sakit terpaksa mengoperasikan beberapa bagian secara bergantian karena tidak mendapat suplai bahan bakar selama 40 hari terakhir. Saleha menyatakan kekhawatiran akan pengepungan ulang oleh Israel seperti yang sudah terjadi tiga kali sebelumnya. Untuk berjaga-jaga, tim medis kini bermalam di rumah sakit.
Namun tim medis ini sangat terbatas. Hanya ada satu dokter bedah yang bisa melakukan operasi penyelamatan nyawa. Ia memperingatkan bahwa jika kondisi ini terus dibiarkan tanpa ada bantuan medis dan bahan bakar, maka krisis kesehatan besar akan tak terhindarkan. Ia juga menyerukan kepada semua lembaga internasional untuk segera turun tangan menyelamatkan sistem kesehatan Gaza.
Rumah Sakit Darurat di Kamal Adwan
Kementerian Kesehatan Gaza juga telah mendirikan rumah sakit darurat di dalam area Rumah Sakit Kamal Adwan, yang sebelumnya dibakar dan dirusak pada Desember lalu di wilayah Beit Lahia.
Kepala perawat, Eid Sabah, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa serangan brutal ‘Israel’ dalam beberapa hari terakhir tampak jelas menargetkan sistem kesehatan. Rumah sakit darurat ini hanya bisa memberikan layanan dasar dan pertolongan pertama karena pasien tak bisa dipindahkan ke Rumah Sakit Al-Awda atau Indonesia, yang keduanya kini dikepung dengan tembakan dari drone, artileri, dan bom asap.
Sabah menambahkan bahwa rumah sakit darurat ini hanya berfungsi untuk stabilisasi awal sebelum pasien dipindahkan ke kota Gaza.
Seruan Darurat Internasional
Kantor media pemerintah Gaza mengeluarkan seruan mendesak kepada komunitas internasional untuk segera campur tangan. Mereka menuntut perlindungan bagi sisa-sisa sistem kesehatan Gaza, penyediaan jalur aman untuk bantuan medis, serta evakuasi para korban luka dan pasien yang membutuhkan perawatan di luar wilayah Gaza.
Dalam pernyataannya, mereka menekankan bahwa serangan terus-menerus terhadap rumah sakit bukan hanya kejahatan, tapi juga ancaman eksistensial bagi ratusan ribu warga sipil. Dunia internasional kini dihadapkan pada ujian moral dan hukum yang tidak bisa ditunda atau diabaikan. (zarahamala/arrahmah.id)