1. News
  2. Internasional

Rusia Bongkar Upaya “CIA” Gagal Culik Presiden Venezuela Nicolás Maduro

Samir Musa
Ahad, 2 November 2025 / 11 Jumadil awal 1447 12:46
Rusia Bongkar Upaya “CIA” Gagal Culik Presiden Venezuela Nicolás Maduro
Presiden Nicolás Maduro menegaskan tekadnya untuk tetap memegang jabatannya dan menolak ancaman-ancaman Amerika Serikat. (Reuters)

MOSKOW (Arrahmah.id) – Sebuah laporan mengejutkan dari harian Rusia Vzglyad mengungkap upaya gagal yang dilakukan Amerika Serikat untuk menculik Presiden Venezuela Nicolás Maduro melalui operasi rahasia yang menyerupai film aksi Hollywood.

Dalam laporannya, penulis Rusia Yevgeny Krutikov menyebut bahwa Badan Intelijen Pusat AS (CIA) berusaha merekrut pilot pribadi Maduro untuk melaksanakan rencana penculikan tersebut. Ia menilai bahwa kegagalan operasi ini menunjukkan cara kerja lembaga intelijen Amerika tidak jauh berbeda dari adegan film-film laga yang penuh intrik dan tipu daya.

Operasi Rahasia yang Disetujui Trump

Krutikov menulis bahwa upaya menggulingkan pemerintahan Maduro telah lama melibatkan peran langsung CIA, meski Washington berulang kali menolak tudingan itu. Ia mengungkap bahwa mantan Presiden Donald Trump baru-baru ini menyetujui sebuah dokumen rahasia yang memberi kewenangan kepada CIA untuk menjalankan operasi terhadap pemerintah Venezuela.

Sebagai bagian dari rencana tersebut, seorang agen rahasia Amerika dilaporkan berusaha melancarkan misi penculikan terhadap Maduro pada tahun 2024 — namun berakhir dengan kegagalan total.

Upaya Perekrutan di Republik Dominika

Menurut laporan itu, kisah ini dimulai pada April 2024, ketika dua pesawat baru jenis Dassault Falcon 900 dan Dassault Falcon 2000 mendarat di Bandara La Isabela, Republik Dominika. Berdasarkan hasil penyelidikan intelijen AS, kedua pesawat itu dibeli untuk digunakan langsung oleh Presiden Maduro.

Pemerintah Venezuela kemudian mengirim lima pilot untuk menerbangkan pesawat tersebut ke Caracas, termasuk di antaranya Jenderal Betnher Villegas — komandan skuadron penerbangan presiden sekaligus pilot pribadi Maduro.

Krutikov menyebut bahwa seorang pejabat Departemen Keamanan Dalam Negeri AS bernama Edwin Lopez, yang saat itu bertugas di Kedutaan Besar AS di Republik Dominika, ikut mengawasi secara langsung pemeriksaan terhadap para pilot Venezuela di area parkir pesawat. Hal itu dimungkinkan karena besarnya pengaruh Amerika di negara tersebut.

Ketika Lopez mengetahui bahwa salah satu dari mereka adalah pilot pribadi Maduro, ia segera mencoba merekrutnya.

Rencana Mendaratkan Pesawat Maduro ke Wilayah AS

Dalam pertemuan itu, Lopez disebut menawarkan kerja sama kepada Jenderal Villegas: agar suatu saat ia mengalihkan penerbangan yang membawa Presiden Maduro ke Bandara di Republik Dominika atau Puerto Riko — dua wilayah di bawah pengaruh langsung Amerika Serikat. Di sana, aparat AS akan menahan presiden Venezuela.

Meski tidak memberikan jawaban pasti, Jenderal Villegas meninggalkan nomor kontaknya untuk Lopez. Tak lama setelah itu, otoritas AS menyita dua pesawat yang semula dibeli untuk Maduro.

Pada Februari 2025, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bahkan menghadiri acara penyitaan pesawat kedua di Bandara La Isabela dan memberi pernyataan terbuka di depan media tentang “penegakan hukum terhadap aset ilegal Venezuela”.

Upaya Kedua dan Godaan 50 Juta Dolar

Krutikov melanjutkan bahwa setelah pensiun, Edwin Lopez tetap berusaha membujuk Villegas dengan motif pribadi — untuk memperoleh hadiah 50 juta dolar AS yang dijanjikan Washington bagi siapa pun yang membantu menangkap Presiden Maduro.

Lopez dikabarkan kembali menghubungi Villegas melalui aplikasi pesan pribadi, bahkan mencoba menekannya dengan memperlihatkan foto-foto interogasi mereka di Bandara La Isabela. Dalam pesannya, Lopez juga menyinggung masa depan tiga anak Villegas sebagai upaya halus untuk menggoyahkan kesetiaannya.

Namun, Jenderal Villegas menolak semua bujukan dan memutus komunikasi dengan agen Amerika itu.

Menurut Krutikov, kisah ini menjadi bukti nyata bahwa Washington masih terus menggunakan cara-cara bawah tanah untuk menggoyang pemerintahan sah di Caracas — meski metode mereka kerap berakhir layaknya plot film yang gagal di tengah jalan.

(Samirmusa/arrahmah.id)