GAZA (Arrahmah.id) — Usai Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu membolehkan truk bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza karena mendapat tekanan dari negara-negara sekutunya, sekutu sayap kanan Netanyahu pun berang. Mereka menentang diizinkannya pasokan apa pun masuk ke Gaza.
Dilansir Al Jazeera (20/5/2025), Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir yang dikenal rasis menggambarkan keputusan untuk mengizinkan makanan terbatas masuk ke Gaza sebagai “kesalahan besar”.
Hal sama juga diutarakan Menteri Warisan Israel, Amichai Eliyahu. Anggota partai Ben-Gvir itu mengecam rencana tersebut sebagai “tragedi”. Dia mengatakan hal itu secara langsung merugikan upaya perang untuk mencapai kemenangan Israel di Gaza.
Sementara itu, Dewan Hubungan Amerika-Islam, kelompok hak asasi Muslim dan Arab yang berbasis di AS, mengatakan keputusan Israel untuk mengizinkan beberapa truk bantuan masuk ke Gaza setelah beberapa bulan blokade merupakan upaya untuk membeli niat baik sementara Israel melanjutkan kampanye militernya.
“Keputusan pemerintah Israel untuk mengizinkan sedikit bantuan masuk ke Gaza, yang kabarnya hanya sembilan truk bantuan dalam sehari, tidak akan membantu meringankan ancaman kelaparan yang dihadapi dua juta pria, wanita, dan anak-anak Palestina yang terkepung di Gaza,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan dilansir Al Jazeera.
“Ini adalah aksi humas psikotik yang sama sekali tidak memadai dari pemerintah genosida Netanyahu, yang bertekad untuk menduduki dan menghancurkan Gaza, lalu mengusir warga Palestina yang selamat,” tambahnya.
Kepala bantuan PBB, Tom Fletcher mengakui setelah 11 minggu blokade total, otoritas Israel mengizinkan sembilan truk bantuan untuk memasuki Gaza, di mana pembatasan ketat terhadap makanan dan bantuan telah memicu tuduhan bahwa Israel menggunakan kelaparan sebagai senjata perang.
Fletcher menyebut masuknya truk-truk melalui perlintasan Karem Abu Salem (Kerem Shalom dalam bahasa Ibrani) sebagai “perkembangan yang baik”. Namun demikian, dia mengibaratkan jumlah itu ibarat setetes air di lautan karena teramat sedikit.
Dia pun menegaskan bantuan harus diizinkan masuk ke Jalur Gaza dalam skala besar untuk memberikan bantuan bagi warga Palestina.
“Ini hanyalah setetes air di lautan dari apa yang sangat dibutuhkan, dan lebih banyak bantuan harus diizinkan masuk ke Gaza mulai besok pagi,” kata Fletcher dalam sebuah pernyataan.
Juru bicara sekretaris jenderal PBB, Stephane Dujarric, juga menegaskan bahwa bahwa jumlah bantuan yang dibolehkan Israel memasuki Gaza tidak cukup.
“Bantuan ini akan didistribusikan melalui mekanisme kami sendiri, melalui jaringan kami sendiri, yang dapat kami terima,” kata Dujarric kepada Al Jazeera.
“Kami tidak punya … kemewahan untuk mengatakan, ‘baiklah, jika hanya sembilan truk, kami tidak akan melakukannya’. (Namun) Itu jelas tidak cukup … kami telah menjelaskan kepada rekan-rekan kami di Israel, dan kami terus berkomunikasi dengan mereka bahwa ini tidak cukup, bahwa ini membahayakan orang,” kata Dujarric.(hanoum/arrahmah.id)