QARDAHA (Arrahmah.id) — Makam mantan presiden Suriah dan diktator lama Hafez al-Assad di Kota Qardaha, Suriah barat, dilaporkan telah digali, dan jenazahnya dipindahkan ke lokasi yang dirahasiakan. Situs tersebut telah diserang dan dibakar beberapa bulan setelah jatuhnya rezim Bashar al Assad
Dilansir WION (28/4/2025), dalam video dan gambar yang viral nampak kuburan Hafez al-Assad kosong dan rusak parah, tampak seperti lubang hangus. Orang-orang yang mengenakan seragam militer terlihat di lokasi tersebut, meskipun identitas dan afiliasi mereka masih belum jelas.
Rekaman tersebut, yang juga dibagikan media Suriah Zaman al-Wasl, disebutkan berasal dari video tanggal 17 April. Para aktivis mengklaim bahwa orang-orang tak dikenal menggali kuburan dan memindahkan jasadnya ke tempat lain. Beberapa menyalahkan kelompok bersenjata yang aktif di daerah tersebut atas operasi tersebut.
Ini menandai pertama kalinya muncul gambar yang menunjukkan makam Assad, yang memerintah Suriah dengan cengkeraman besi selama tiga dekade hingga kematiannya pada tahun 2000, dinodai dengan cara seperti itu. Situs tersebut telah diserang dan dibakar tak lama setelah jatuhnya rezim Bashar al-Assad beberapa bulan lalu.
Penentang rezim Suriah menyerbu lokasi pemakaman tersebut setelah pasukan pemerintah mundur dari Qardaha, benteng keluarga Assad di Provinsi Latakia.
Saat itu, beredar video yang menunjukkan para pengunjuk rasa membakar makam, bahkan ada yang buang air kecil di batu nisan sebagai bentuk perlawanan, yang melambangkan berakhirnya kekuasaan otoriter selama puluhan tahun.
Selama lebih dari dua dekade, rezim Assad telah mengubah makam Hafez al-Assad menjadi tempat suci, yang mengharuskan pejabat tinggi, tentara, dan warga negara yang berkunjung untuk memberikan penghormatan kepada mendiang penguasa tersebut.
Sementara para pendukungnya memujinya karena membawa stabilitas ke Suriah, para kritikus, termasuk banyak kelompok oposisi, menyalahkannya karena meletakkan dasar-dasar penindasan, korupsi, dan sektarianisme brutal yang meledak selama pemberontakan tahun 2011 dan perang saudara berikutnya.
Setelah runtuhnya rezim Assad, banyak penduduk lokal Qardaha menyuarakan kebencian mendalam atas pembangunan makam mewah di kota mereka yang miskin. Kemarahan telah membara selama bertahun-tahun ketika sebagian besar rakyat Suriah terjerumus ke dalam kemiskinan sementara keluarga Assad mempertahankan kekayaan dan hak istimewanya yang sangat besar.
Reaksi daring terhadap laporan penggalian tersebut beragam. Beberapa aktivis memuji pemindahan jenazah Assad sebagai tindakan yang diperlukan untuk “membersihkan tanah Muslim dari tiran,” demikian bunyi salah satu unggahan di X.
Sementara yang lain berpendapat bahwa tindakan itu hanya simbolis dan tidak akan mengubah lanskap politik dan sosial yang sudah sangat terpecah.
Hafez al-Assad merebut kekuasaan dalam kudeta tahun 1970 yang dikenal sebagai “Gerakan Korektif”, memerintah Suriah melalui campuran kontrol otoriter, jaringan keamanan yang luas, dan tindakan keras brutal terhadap perbedaan pendapat.
Putranya, Bashar al-Assad, mewarisi kekuasaan pada 2000, tetapi pemerintahannya berubah menjadi perang saudara setelah protes Musim Semi Arab 2011, yang ditanggapi dengan kekuatan mematikan. (hanoum/arrahmah.id)