KAIRO (Arrahmah.id) – Sepuluh warga negara Indonesia turut ambil bagian dalam aksi damai internasional bertajuk Global March to Gaza, yang digelar dari Mesir menuju perbatasan Rafah, Jalur Gaza.
Aksi ini merupakan bentuk solidaritas global terhadap penderitaan rakyat Palestina akibat blokade berkepanjangan dan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Dua publik figur, Zaskia Mecca dan Ratna Galih, termasuk dalam rombongan utusan Indonesia.
Mereka bertolak dari Jakarta ke Kairo pada Kamis, 12 Juni 2025, dan langsung bergabung dalam konvoi yang dijadwalkan melakukan perjalanan darat hingga ke perbatasan Gaza.
“Kami hadir di sini bukan sebagai selebriti, tapi sebagai manusia. Ini bentuk tanggung jawab moral dan kemanusiaan,” kata Zaskia Mecca dalam pernyataannya kepada media lokal di Mesir.
Aksi Internasional
Global March to Gaza diikuti oleh ribuan peserta dari lebih dari 50 negara. Long march tersebut menempuh rute dari Kairo menuju Al-Arish, dan dilanjutkan ke Gerbang Rafah, yang menjadi satu-satunya akses masuk bantuan kemanusiaan ke Gaza yang dikontrol Mesir.
Puncak aksi dijadwalkan berlangsung pada 15 Juni 2025, dengan target mencapai 10.000 peserta di titik akhir.
Para peserta menuntut penghentian total agresi militer Israel, pembukaan akses bantuan kemanusiaan tanpa syarat, dan pengakhiran blokade atas wilayah Gaza.
Dukungan Publik Indonesia
Keterlibatan WNI dalam aksi ini melengkapi dukungan publik Indonesia yang terus mengalir untuk Palestina. Platform donasi Kitabisa.com mencatat lebih dari Rp115 miliar telah dikumpulkan dari masyarakat, yang disalurkan untuk bantuan medis, pangan, perlindungan anak, dan pemulihan infrastruktur di Gaza.
“Kami ingin suara Indonesia terdengar di dunia internasional, bahwa kita tidak tinggal diam terhadap penderitaan saudara kita di Palestina,” ujar salah satu peserta long march asal Indonesia, yang mewakili organisasi kemanusiaan.
Imbauan Kementerian Luar Negeri
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia menyatakan bahwa keberangkatan para WNI ini dilakukan atas inisiatif pribadi atau lembaga masyarakat, bukan bagian dari misi resmi pemerintah.
Meski begitu, Kemlu menegaskan komitmennya untuk memantau keselamatan seluruh warga negara di luar negeri dan mengimbau agar seluruh peserta mematuhi peraturan negara setempat.
Penolakan dari Mesir
Mesir diketahui memberlakukan pembatasan ketat terhadap aktivitas politik asing di wilayahnya, termasuk aksi protes terkait Gaza.
Beberapa peserta dari negara lain dilaporkan mengalami penahanan atau deportasi, sementara izin akses menuju Rafah sangat terbatas. Hingga saat ini, belum ada laporan mengenai hambatan yang dihadapi oleh rombongan dari Indonesia.
(ameera/arrahmah.id)