Oleh Hasan Asy-Syaghil, penulis dan pakar ilmu politik serta hubungan internasional
(Arrahmah.id) – Dalam langkah mengejutkan yang mengubah arah kebijakan regional, Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan pencabutan seluruh sanksi terhadap Suriah dalam kunjungannya ke Arab Saudi pada 13 Mei 2025. Keputusan ini dinilai para pengamat sebagai titik balik tak terduga dalam pendekatan Washington terhadap Damaskus, setelah bertahun-tahun hubungan tegang dan sanksi ketat.
Perubahan ini merupakan hasil dari upaya diplomatik regional yang digalang oleh Arab Saudi, Qatar, dan Turki. Bukan semata keputusan sepihak, melainkan cerminan dari perubahan iklim politik regional dan internasional, serta keinginan untuk mengakhiri isolasi Suriah dan mengintegrasikannya kembali ke dalam sistem global setelah lebih dari satu dekade dikucilkan.
1. Dukungan Regional
Kunjungan Trump ke Riyadh diwarnai pertemuan tingkat tinggi dengan para pemimpin negara Teluk. Salah satu momen paling mencolok adalah pertemuannya dengan Presiden Suriah Ahmad Asy-Syaraa.

Putra Mahkota Saudi, Presiden Turki, serta Menteri Luar Negeri Suriah dan Amerika Serikat turut hadir dalam pertemuan antara Trump dan Asy-Syaraa. (SPA)
Pengumuman pencabutan sanksi menjadi isyarat bahwa lembaran baru tengah dibuka dalam hubungan antara Washington dan Damaskus. Keputusan ini berbarengan dengan seruan berulang dari Arab Saudi, Qatar, dan Uni Eropa untuk meninjau kembali sanksi terhadap Suriah, dengan tujuan mempercepat proses rekonstruksi dan menghormati kedaulatan negara tersebut.
Meski keputusan Amerika ini belum pernah terjadi sebelumnya, waktu pengumuman dan dinamika diplomatik yang mengiringinya mengindikasikan adanya pergeseran strategis besar dalam lanskap kawasan.
2. Dampak Ekonomi Langsung
Selama beberapa dekade, sanksi telah menjadi hambatan besar bagi pemerintahan baru Suriah di bawah Presiden Asy-Syaraa pasca-runtuhnya rezim sebelumnya. Sanksi-sanksi tersebut menghambat pertumbuhan ekonomi dan menghalangi masuknya investasi asing.
Dr. Yahya As-Sayyid Umar menyatakan bahwa pencabutan sanksi membuka jalan bagi pemulihan hubungan ekonomi Suriah dengan kawasan dan dunia internasional. Hal ini akan berdampak pada peningkatan perdagangan luar negeri, pencairan aset Suriah yang dibekukan di luar negeri, serta kembalinya perusahaan asing untuk berinvestasi di dalam negeri.
Menurutnya, efek keputusan ini langsung terasa pada nilai tukar lira Suriah, yang dalam hitungan jam menguat lebih dari 16%. Penguatan ini diperkirakan terus berlanjut, terutama dengan masuknya dolar dalam jumlah besar ke pasar Suriah dan bank sentralnya.
Ia juga menambahkan bahwa pencabutan sanksi membuka peluang untuk memulai proses rekonstruksi, dengan harapan masuknya perusahaan asing dalam sektor-sektor vital seperti properti, energi, transportasi, dan pendidikan dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu, ekonom Abduzhzim Maghribil menilai bahwa pencabutan sanksi menjadi pintu masuk untuk transformasi struktural ekonomi Suriah. Pelonggaran terhadap sektor-sektor strategis seperti energi, perbankan, dan transportasi dianggap sebagai “oksigen” baru bagi tubuh ekonomi yang kelelahan. Ini akan menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan Produk Domestik Bruto (PDB), memperbaiki taraf hidup, dan mengurangi kesenjangan sosial.
3. Pengaruh Langsung terhadap Stabilitas Internal
Dalam analisis dampak politik dan sosial dari keputusan ini, Direktur Pusat Idraak untuk Studi dan Konsultasi Politik, Basil Haffar, menyebutkan bahwa pencabutan sanksi memberi pemerintah di Damaskus kemampuan ekonomi untuk menjangkau komunitas Suriah yang belum berada di bawah otoritas negara, khususnya di wilayah timur laut dan Provinsi As-Suwayda.

Kemampuan pemerintah dalam menawarkan solusi ekonomi kepada wilayah-wilayah yang masih berada di luar kendalinya bisa menjadi daya tarik tersendiri, serta memperkuat kesatuan negara secara teritorial.
Sementara itu, Maghribil menambahkan bahwa setiap kebangkitan ekonomi akan diiringi oleh stabilitas sosial secara bertahap, seiring dengan meningkatnya kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat. Hal ini akan mengurangi kebutuhan untuk bermigrasi dan melemahkan ekonomi ilegal serta praktik penyelundupan.
Ia menekankan bahwa stabilitas ekonomi juga berdampak secara psikologis. Ketika warga mulai merasakan adanya perbaikan dalam kehidupan mereka, akan timbul motivasi nyata untuk mempertahankan stabilitas tersebut, bukan malah menggoyahkannya. Ini bisa menjadi fondasi bagi perdamaian sipil yang berkelanjutan—berbasis pada pemberdayaan ekonomi dan keadilan sosial, bukan semata ketenangan semu.
4. Membangun Kembali Negara dan Aparat Keamanan
Dari aspek keamanan, Basil Haffar menilai bahwa pencabutan sanksi akan membantu mendukung stabilitas internal melalui pembangunan kembali institusi negara dan aparat keamanannya berdasarkan doktrin baru.
Maghribil menambahkan bahwa pelonggaran tekanan ekonomi akan mengurangi fenomena negatif seperti gelombang pengungsi, penyelundupan manusia, narkoba, dan senjata, yang selama ini menjadi akibat dari runtuhnya ekonomi nasional.
Dengan menciptakan lapangan kerja dan menyediakan kehidupan yang layak di dalam negeri, pemuda Suriah akan semakin jauh dari aktivitas-aktivitas ilegal tersebut, serta membantu memulihkan harmoni sosial.
5. Keterbukaan terhadap Lingkungan Regional
Dari perspektif geopolitik, Basil Haffar menegaskan bahwa pencabutan sanksi merupakan bagian dari reposisi regional dan internasional Suriah. Keterbukaan Amerika—dan sebelumnya Eropa—merupakan langkah dalam rangka pergeseran peran dan aliansi di kawasan.

Suriah kini memiliki peluang untuk mengaktifkan kembali posisi geografisnya sebagai jalur perdagangan strategis antara Turki, negara-negara Teluk, dan Eropa—yang memberikannya nilai strategis baru.
Maghribil menambahkan bahwa pencabutan sanksi akan mempermudah kembalinya para pengungsi Suriah dari negara-negara tetangga seperti Lebanon, Turki, dan Irak. Hal ini akan meringankan beban negara-negara tersebut serta mengurangi ketegangan antara pengungsi dan komunitas lokal.
Ia juga menyebut bahwa stabilitas di Suriah akan mengurangi potensi konflik perbatasan dan membuka peluang bagi kerja sama ekonomi baru di bidang energi, transportasi, dan pembangunan kembali. Dengan demikian, Suriah bisa beralih dari titik konflik menjadi pilar stabilitas kawasan.
Menuju Awal Baru bagi Suriah dan Kawasan
Dari semua hal di atas, tampak jelas bahwa pencabutan sanksi terhadap Suriah bukan sekadar keputusan ekonomi atau politik yang terpisah, tetapi merupakan titik balik penting dalam perjalanan Suriah dan kawasan sekitarnya.
Keputusan ini membuka kembali jalan untuk menghidupkan ekonomi nasional, mendorong investasi, dan mewujudkan stabilitas sosial. Ia juga memberikan pemerintah alat baru untuk membangun kembali institusi negara dan memperkuat kesatuan nasional.
Dampaknya tak berhenti di batas Suriah. Ia meluas hingga ke negara-negara tetangganya, bahkan mempengaruhi keseluruhan keseimbangan di Timur Tengah. Keputusan ini bisa menjadi permulaan dari era baru kerja sama regional, yang menggambar ulang peta aliansi politik dan ekonomi, serta memberikan kesempatan langka bagi kawasan untuk keluar dari masa konflik dan perpecahan menuju fase rekonstruksi dan kemitraan.
Meskipun tantangan masih banyak, langkah ini dapat menjadi titik tolak bagi proyek besar membangun negara Suriah yang modern, adil, stabil, dan terbuka terhadap lingkungan sekitarnya maupun dunia.
Diterjemahkan dari Aljazeera Arabic dengan judul asli: Nuqat Tasyrah Ta’tsir Raf‘ al-‘Uqubat al-Amrikiyyah ‘ala Iqtishad Suriah (نقاط تشرح تأثير رفع العقوبات الأميركية على اقتصاد سوريا), yang berarti: Poin-Poin yang Menjelaskan Dampak Pencabutan Sanksi Amerika terhadap Ekonomi Suriah.
Sumber: Aljazeera.net
(Samirmusa/arrahmah.id)