GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan pendudukan ‘Israel’ kembali memperlihatkan kekejamannya di wilayah Tubas, Tepi Barat, pada Kamis pagi, (14/5/2025). Menurut laporan dari Al Jazeera, sejumlah warga Palestina dieksekusi secara langsung setelah tentara ‘Israel’ mengepung sebuah rumah di kota Tamun. Tidak berhenti di situ, jenazah para korban kemudian disiksa sebelum dibawa ke lokasi yang tidak diketahui. Dalam pengepungan tersebut, terjadi pertempuran sengit antara pasukan pendudukan dan pejuang dari Saraya Al-Quds – Khatibah Tubas, yang melaporkan adanya korban luka di pihak militer ‘Israel’.
Kekerasan juga meluas ke wilayah lain. Pasukan ‘Israel’ meledakkan sebuah kafe di dekat Universitas Terbuka Al-Quds di Tubas. Video yang beredar di media sosial menunjukkan momen ledakan dan kepulan asap tebal yang membubung ke langit. Serangan dini hari juga berlangsung di beberapa lokasi di Tepi Barat, termasuk kamp pengungsi Balata di timur Nablus, kamp Qalandiya di utara Yerusalem, dan kamp Al-Fawwar di selatan Hebron. Sejumlah warga ditangkap dalam operasi-operasi militer yang menyasar kawasan permukiman padat penduduk ini.
Gelombang kekerasan ini terjadi setelah serangan bersenjata yang dilakukan oleh seorang warga Palestina terhadap mobil ‘Israel’ di dekat permukiman ilegal Brukhin, wilayah Salfit. Seorang wanita ‘Israel’ yang terluka parah dalam serangan tersebut dikabarkan meninggal dunia keesokan harinya. Sebagai respons, Kepala Staf Militer ‘Israel’, Eyal Zamir, mengancam akan menggunakan “segala alat yang tersedia” untuk memburu pelaku dan membalas serangan itu.
Selain itu, kebijakan penghancuran rumah juga terus berlanjut. Sebuah rumah warga Palestina di Majdal Bani Fadel, selatan Nablus, dihancurkan meski pemiliknya telah mengajukan banding atas keputusan tersebut. Penghancuran ini adalah bagian dari strategi sistematis ‘Israel’ yang bertujuan mengosongkan wilayah dari kehadiran warga Palestina melalui pembongkaran rumah, pengusiran paksa, dan ekspansi permukiman ilegal. Dalam bulan April saja, tercatat 152 rumah dan bangunan dihancurkan di Tepi Barat, termasuk di Yerusalem Timur, menurut data dari Otoritas Penolakan Tembok dan Permukiman yang berafiliasi dengan OLP.
Sejak dimulainya agresi ke Gaza pada 7 Oktober 2023, situasi di Tepi Barat turut memburuk secara drastis. Lebih dari 962 warga Palestina telah gugur, sekitar 7.000 lainnya terluka, dan lebih dari 17.000 orang ditangkap. Serangan yang terus terjadi di tengah sunyinya dunia internasional membuktikan bahwa penderitaan rakyat Palestina tidak hanya berlangsung di Gaza, tetapi juga di setiap jengkal tanah yang mereka diami. (zarahamala/arrahmah.id)