Oleh: Ummu Fauzi
Kasus krimiminal di pondok pesantren kembali terjadi. Seorang santri A (14 tahun) tewas kena bacok senjata tajam setelah cekcok dengan temannya di pesantren yang sama. Sebelumnya santri tersebut diduga menganiaya dan melecehkan santriwati berinisial FF di asrama putri, kemudian dia kabur. Kasus ini terjadi di pondok pesantren Desa Mekarsari, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.
Kapolsek Ibun, Iptu Deni Fourtjahjanto mengatakan, insiden ini terjadi Rabu (5/3) sekitar pukul 01.30 WIB. Peristiwa bermula saat ada ribut-ribut di lingkungan asrama santriwati ponpes tersebut. Rupanya santri A diduga menganiaya santriwati berinisial FF (20). Santri A yang kabur kemudian dicari oleh orang-orang ponpes sementara santriwati yang mengalami luka-luka dibawa ke rumah sakit terdekat guna mendapatkan perawatan. (kumparannews.com, 6/3/25)
Sungguh miris melihat fakta-fakta yang terjadi, kriminal bukan saja terjadi di lingkungan biasa, tetapi sudah merambah ke pondok pesantren. Kasusnya pun beragam dari tindak kekerasan sampai pelecehan seksual, baik dilakukan oleh pengasuh atau sesama santri tersebut. Pondok pesantren yang diharapkan bisa mencetak orang-orang berakhlak mulia, menjadi teladan masyarakat masih bisa terkena racun-racun kemaksiatan yang terjadi berulang, bukan sekali dua kali. Meskipun tidak semua pesantren mengalami kasus seperti ini, tetapi ini semua mencoreng nama besar pesantren.
Negara Gagal Menjaga Akidah Umat Termasuk di Pesantren
Makin tampak akibat merebaknya ide liberalis kapitalisme ke dalam pondok pesantren. Maraknya pesantren-pesantren modern saat ini tidak lantas bisa menerapkan pendidikan Islam secara menyeluruh, mereka masih tetap mencukupkan diri dengan Islam ritual saja. Islam tidak disampaikan secara utuh. Ilmu yang dikaji didalamnya belum bisa membentuk karakter yang diinginkan Islam, karena tercampur denga ide-ide sekulerisme yang telah merasuk menjadi racun bagi generasi termasuk di pesantren.
Pondok pesanten adalah lembaga pendidikan yang diharapkan bisa mencetak calon ulama. Tempat diajarkannya tsaqofah Islam yang dipelajari langsung dari sumber-sumber muktabar. Santri diharapkan menjadi generasi penerus perjuangan peradaban Islam. Namun, dalam sistem kapitalis semua harapan itu terkikis. Pesantren dihadapkan dengan sejumlah tantangan masa depan, diantaranya dengan bergesernya identitas hakiki santri melalui moderasi beragama. Moderasi beragama mempunyai pandangan dan pemikiran yang sesuai dengan keinginan Barat. Mereka berpandangan moderat yaitu sekuler dan menerima pemikiran barat sepeti kapitalisme, sekulerisme, demokrasi, plurarisme, dan hedonisme. Mereka beranggapan semua agama itu benar. Pandangan dan pemikiran Barat tersebut menjadi penjajah bagi pemikiran umat Islam yang sangat bertentangan dengan syariatnya.
Penjajahan pemikiran sekuler liberal yang masih bercokol dalam pemikiran umat Islam menjadi hambatan terbesar untuk mewujudkan generasi mulia, termasuk generasi yang ada di pesantren. Pemikiran inilah yang melahirkan moderasi agama yang meyakini Islam sebagai agama yang bisa dikompromikan dengan nilai dan pemikiran di luar Islam. Jika semua ini terus diaruskan generasi bisa kehilangan jati dirinya sebagai muslim kafah yang harusnya tunduk dan taat hanya pada aturan Allah semata. Inilah yang mengakibatkan terjadinya kriminalistas dikalangan remaja termasuk di pesantren. Mereka tidak mempunyai akidah yang kokoh sebagai benteng pertahanan masuknya arus pemikiran Barat.
Fungsi Pesantren dalam Islam
Santri adalah sebagai orang yang mendalami ilmu agama Islam di pondok pesantren dengan ilmu dan tsaqofah Islam yang melekat dalam kitab-kitab yang dikajinya. Pemikiran-pemikiran mereka murni tanpa oplosan dengan pemikiran Barat yang menyesatkan. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam yang bertujuan mencetak kader ulama fakih fiddin, pewaris para nabi, memiliki akhlak dan keperibadian Islam yang khas, memahami Islam secara gamblang dan menyeluruh, menyebarkan Islam dengan dakwah, mencerdaskan masyarakat dengan akidah Islam yang benar dan membentuk ilmuwan yang unggul dalam sains dan teknologi.
Umat sangat membutuhkan pesantren dengan tujuan mulia tersebut. Dari sinilah lahir generasi-generasi yang unggul yang memiliki iman yang kuat, tsaqafah yang banyak. Pembinaan dan pendidikan dalam lingkungan ini sarat dengan nilai-nilai Islam yang kafah dan ajaran syariat. Seperti yang dilakukan di rumah Arqom bin Abi Arqom pada masa Nabi Muhammad Saw. Di rumah ini Nabi Saw. sebagai pengajar membimbing dan mendidik para sahabat dan kaum muslim lainnya sebagai santri untuk belajar dan mempraktikkan Islam dan atuan-aturannya dalam kehidupan sehari-hari mereka. Inilah pesantren pertama yang disebut Darul Arkom tempat Nabi mendidik dan membina kaum muslim dengan akidah dan pemahan yang shahih.
Dalam Islam tujuan pesantren dan jati diri santri sangat terjaga. Islam disampaikan secara utuh. Negara menjaga eksistensi pesantren dengan menyelenggarakan pendidikan yang menerapkan sistem dan kurikulum yang sesuai dengan akidah Islam. Kurikulum diterapkan berbasis akidah Islam, fasilitas pesantren yang memadai, menggaji guru dengan layak, bahkan biaya pendidikan bagi para santri bisa dibebaskan alias gratis. Negara berperan besar dalam menjaga keberlangsungan pesantren dan menjaga visi misi pesantren untuk menjaga kemuliaan dan kemurnian ajaran Islam. Dengan penjagaan negara maka akan terwujud santri yang berkepribadian Islam kafah yang akan membangun peradaban Islam yang cemerlang.
Itu semua tidak bisa terwujud dalam negara yang menerapkan sistem kapitalis sekuler. Untuk mengembalikan jati diri santri yang seutuhnya negara harus menerapkan syariat Islam secara menyeluruh tanpa adanya pengaruh dari ideologi lain seperti sekarang. Dengan pendidikan Islam yang shahih akan menghasilkan pemahaman, pemikiran dan pandangan Islam yang benar yang akan membentengi generasi dari pengaruh-pengaruh pemikiran Barat yang menyesatkan. Dengan demikian kriminalitas dan kemaksiatan akan terhindarkan.
Wallahua’lam bis shawwab