KABUL (Arramah.com) – Korban sipil di Afghanistan telah meningkat tajam sejak pembicaraan damai antara pemerintah dan kelompok bersenjata Taliban dimulai tahun lalu, PBB mengatakan dalam sebuah laporan yang menyerukan gencatan senjata ketika para perunding bertemu untuk pertama kalinya setelah berminggu-minggu tidak ada tindakan.
Korban sipil Afghanistan berjumlah 8.820 pada 2020, menurut laporan tahunan misi PBB untuk Afghanistan (UNAMA) yang dirilis pada Selasa (23/2/2021), 15 persen lebih rendah dari 2019, tetapi penulis mencatat untuk waspada akan peningkatan tajam dan korban sipil yang secara historis tinggi dalam tiga bulan terakhir, sejak pembicaraan dimulai, lansir Al Jazeera.
Perundingan perdamaian yang ditengahi AS -yang ditetapkan dalam perjanjian antara Taliban dan AS yang ditandatangani pada Februari tahun lalu- dimulai pada September, tetapi kemajuan sejak itu melambat dan kekerasan meningkat ketika ketidakpastian mengenai apakah pasukan internasional akan ditarik keluar pada Mei seperti rencana awal.
Tahun lalu “bisa jadi tahun perdamaian di Afghanistan. Sebaliknya, ribuan warga sipil Afghanistan tewas”, kata Deborah Lyons, kepala UNAMA, mengulangi seruan untuk gencatan senjata yang telah berulang kali ditolak oleh Taliban.
“Pihak-pihak yang menolak untuk mempertimbangkan gencatan senjata harus mengakui konsekuensi yang menghancurkan,” kata Lyons.
Taliban pada Selasa menanggapi secara kritis laporan tersebut, dengan mengatakan: “Kekhawatiran, informasi tepat dan detail akurat yang kami bagikan belum diperhitungkan.”
Korban pada kuartal keempat naik 45 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Seorang juru bicara pemerintah tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Kedua belah pihak mengatakan di Twitter kepala negosiator mereka bertemu di Doha, Qatar, tempat untuk pembicaraan damai, pada Senin malam, menambahkan bahwa tim akan terus mengerjakan sebuah agenda.
Setelah istirahat selama sebulan selama periode tahun baru, negosiator kembali ke Doha sebentar sebelum banyak anggota senior Taliban pergi untuk mengadakan pertemuan di Rusia dan Iran. (haninmazaya/arrahmah.com)