Oleh Ummu Fauzi
Dalam rangka memenuhi kekurangan gizi di tengah-tengah masyarakat, Presiden Prabowo membuat program baru yaitu program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program ini akan menargetkan 4 sasaran utama yakni bayi usia 1-2 tahun, anak-anak, ibu menyusui, dan ibu hamil. Untuk merealisasikan hal tersebut, Kabupaten Bandung-Jawa Barat komisi IX DPR RI bersama mitra kerja Badan Gizi Nasional (BGN) melakukan kolaborasi untuk mensosialisasikan program strategis nasional MBG. Dengan program ini diharapkan rasio angka gizi buruk di Jawa Barat bisa dikurangi, khususnya Kabupaten Bandung. Kegiatan ini dilaksanakan di Gedung DPD KNPI Kecamatan Soreang Kab. Bandung pada tanggal 26 April 2025 yang dikuti kurang lebih 300 peserta.
Asep Romy Romana, anggota komisi IX DPR RI yang menghadiri acara tersebut menyampaikan bahwa kecukupan gizi ibu hamil dan menyusui serta stunting pada anak-anak bisa diatasi dengan adanya program ini, juga diharapkan bisa mengurangi angka gizi buruk. Sementara itu, staf ahli Sesdeputi Bidang Prokerna BGN Kolonel Cba R. Wira Manggala mengatakan bahwa untuk mencapai Indonesia Emas 2045, program ini menjadi langkah dalam mengembangkan individu yang berkualitas. (Tribunjabar.id, 27/4/2025)
Kemunculan MBG memang dilatarbelakangi oleh banyaknya stunting di Indonesia. Di tengah masyarakat yang hari ini banyak mengalami kesulitan ekonomi, mereka berharap ada perhatian dari pemerintah dalam hal pemenuhan gizi pada anak. MBG diharapkan menjadi solusi kekurangan gizi karena dianggap bisa meningkatkan asupan bagi anak-anak yang membutuhkannya. Dengan asupan gizi yang cukup, anak-anak akan memiliki kesehatan yang lebih baik dan terhindar dari penyakit serta bisa meningkatkan kemampuan belajar. Sehingga ini menjadi salah satu solusi bagi anak yang kekurangan gizi terutama jika dikombinasikan dengan edukasi gizi dan peran orang tua.
MBG Bukan Solusi Kekurangan Gizi
Pemenuhan gizi sangat penting diperhatikan sebagai salah satu kebutuhan primer. Bukan hanya anak-anak, bahkan individu-individu yang lain pun membutuhkan pemenuhan gizi yang baik. Terlebih lagi Indonesia menuju generasi emas tahun 2045, makanan bergizi menjadi salah satu penunjang program tersebut. Tetapi tidak mudah untuk merealisasikan semua itu, banyak faktor pendukung lainnya yang harus diperhatikan.
Saat ini program MBG ini masih menghadapi banyak kendala dalam pelaksanaannya. Dari segi dana, program ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit karena mencakup seluruh anak di Indonesia. Temuan lapangan, pengalokasian belum merata di setiap daerah. Program ini belum dirasakan oleh setiap anak Indonesia yang tersebar 31 provinsi. Selain itu, menu dalam MBG belum sepenuhnya memenuhi standar makanan sehat yang direkomendasikan, terutama protein hewani dan susu yang merupakan elemen penting. Selain itu, masih banyak lagi problem lainnya yang timbul dari program ini. Seperti terjadinya keracunan makanan yang ramai diberitakan, belum lagi anggaran yang sangat besar tentu saja rentan dengan penyimpangan-penyimpangan seperti korupsi.
Stunting Akibat Penerapan Sistem yang Salah
Upaya negara untuk membuat program MBG dalam mengatasi masalah stunting merupakan solusi parsial saja, tidak sampai ke akar permasalahannya. Kemiskinanlah yang membuat anak-anak tidak terpenuhi kebutuhan gizinya. Ketika ditelusuri lebih lanjut mengapa terjadi kemiskinan, ini berpangkal dari diterapkannya ekonomi kapitalis yang batil dan rusak. Sistem ini menganut kebebasan, seperti kebebasan individu yang boleh menguasai kekayaan alam tanpa batas. Kekayaan alam yang harusnya dikelola oleh negara dan dikembalikan kepada rakyat diserahkan ke asing atau dikuasai hanya oleh beberapa gelintir orang saja, yang akhirnya menyebabkan kesenjangan sosial dalam masyarakat begitu besar. Penumpukan kekayaan pada segelintir orang menyebabkan roda perekonomian tidak berputar.
Negara juga gagal membuka lapangan pekerjaan yang cukup agar para suami bisa mencari nafkah. Sistem kapitalisme memberi kebebasan kepemilikan kepada individu atau swasta, sehingga negara tidak bisa menjadi pengendali industrialisasi utama yang bisa menciptakan lapangan kerja bagi rakyat. Ketika industri berada ditangan swasta, tentu saja yang mereka utamakan adalah keuntungan materi bukan kesejahteraan pekerja. Demi keuntungan yang lebih banyak mereka akan melakukan PHK dengan mudah. Selain itu mereka bisa bebas merekrut tenaga kerja asing yang mereka butuhkan.
Sistem kapitalis menggeser peran negara dari periayah atau pengurus rakyat, menjadi hanya sebagai regulator atau perantara antara pemilik modal dan rakyat. Diterapkannya sistem inilah yang menjadi akar permasalahan terjadinya stunting. Jadi kekurangan gizi adalah masalah sistematis, maka solusinya harus sistematis pula yaitu penerapan sistem Islam yang menyeluruh termasuk sistem ekonomi.
Islam Sebagai Solusi Hakiki
Fungsi pemimpin dalam Islam adalah sebagai raa’in atau pengurus rakyat. Rasulullah saw. bersabda:
“Al Imam (pemimpin) itu adalah pengurus/pengembala. Dan ia akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang di urusnya (rakyat)”. (HR. Al Bukhari)
Pemimpin wajib untuk selalu memperhatikan keadaan rakyatnya dan mengatur mereka dengan aturan yang shahih. Kekayaan alam tidak diserahkan kepada swasta atau individu tetapi dikelola oleh negara untuk dikembalikan kepada rakyatnya dalam bentuk pelayanan publik. Segala jenis industri yang berkaitan dengan sumber daya alam berada dibawah kendali negara. Lapangan pekerjaan akan terbuka lebar dengan dikelolanya industri dengan cara yang amanah dan benar oleh pemerintah.
Islam mewajibkan kepada semua laki-laki dewasa yang sehat dan mampu untuk bekerja. Dengan pengelolaan industri yang dikuasai oleh negara, akan banyak lapangan pekerjaan yang disiapkan, sehingga mereka akan mudah mendapatkan pekerjaan. Selain itu negara bisa meningkatkan dan mendatangkan investasi yang halal untuk dikembangkan di sektor riil seperti pertanian, kehutanan, kelautan dan pertambangan. Semua itu akan tercapai ketika sistem Islam diterapkan secara menyeluruh dan utuh di segala bidang.
Penerapan Islam secara menyeluruh akan menjadi solusi persoalan stunting, kemiskinan dan pengangguran. Setiap program atau kebijakan yang dikeluarkan dalam Islam akan mampu menjadi solusi tuntas setiap masalah yang timbul. Setiap keputusan diambil berdasarkan tanggung jawab sebagai pengurus rakyat, hasilnya akan membawa kebaikan bagi seluruh masyarakat. Sesungguhnya rakyat tidak membutuhkan MBG, tetapi butuh pemimpin yang mampu membuat mereka Sejahtera, dan Islam-lah solusi yang hakiki.
Wallahu ‘alam bis shawwab