DAMASKUS (Arrahmah.id) — Pasukan keamanan Suriah melancarkan operasi besar untuk menangkap pejuang asing, termasuk warga Palestina, hanya 24 jam setelah pertemuan antara Presiden Suriah Ahmad asy Syaraa dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di Arab Saudi.
Sumber-sumber lokal melaporkan, seperti dilansir Jfreed (15/5/2025), bahwa beberapa orang yang terkait dengan kelompok perlawanan yang aktif selama perang saudara Suriah ditahan. Di antara mereka adalah Shamel al-Ghazi, seorang anggota kelompok perlawanan Palestina yang sebelumnya bertempur dengan Hai’ah Tahrir Syam (HTS), kelompok yang dipimpin oleh Presiden Suriah saat ini.
Profil Al-Ghazi baru-baru ini menimbulkan kehebohan usai kritik kerasnya terhadap Israel dan normalisasi hubungan dengan Barat dalam sebuah wawancara yang tersebar di media sosial Arab, yang secara terbuka menentang sikap Presiden Suriah.
Penangkapan lainnya termasuk seorang pejuang Palestina dari Gaza di Suriah utara dan, bulan lalu, (April), dua pemimpin Jihad Islam Palestina, Khaled Khaled dan Yasser al-Zafari, di Damaskus.
Meski belum ada konfirmasi langsung dari pihak pemerintah Suriah, penangkapan tersebut dinilai sebagian pihak merupakan bagian dari kampanye untuk mengusir pejuang asing yang sejalan dengan tuntutan Trump selama pertemuan 14 Mei fi Arab Saudi.
Dalam pertemuan di Riyadh itu, salah satu permintaan Trump kepada Asy Syaraa adalah untuk mendeportasi anggota kelompok perlawanan Palestina. Selain juga mengusir pejuang asing, mencegah kebangkitan kelompok militan Islamic State (ISIS), dan mengambil alih penjara-penjara Kurdi yang dibiayai AS yang menahan anggota dan keluarga anggota ISIS.
Dengan menargetkan tokoh-tokoh seperti al-Ghazi dan mengusir pejuang asing dari pemerintahan Suriah, sejumlah pihak menuduh itu merupakan kampanye Trump untuk menjauhkan elemen-elemen Islamis asing dari pemerintah dan membuat Damaskus menjadi lebih kooperatif dan moderat. (hanoum/arrahmah.id)