POSO (Arrahmah.com) – Mari berkenalan dengan Pondok Pesantren Amanah Poso. Lembaga pendidikan Islam di Provinsi Sulawesi Tengah ini dipimpin oleh tokoh kharismatik, H. Adnan Arsal. Di sejumlah media, nama Ponpes Amanah Poso sering disebut dalam pusaran konflik. Bahkan, segelintir media kerap menuduhnya sebagai sarang teroris, sebagaimana dilansir oleh Kiblat.net pada Senin (1/9/2014). Namun, label itu tidak mengurangi kebaikannya, Ponpes Amanah malah membalas Republik Indonesia dengan senyuman dan segudang prestasi membanggakan.
***
Tak banyak yang tahu bahwa Pondok Pesantren Amanah punya segudang prestasi di bidang pendidikan. Belum lama ini, Ponpes Amanah berhasil mengukir prestasi pada ajang Musabaqah Qiro’atul Kutub (baca: lomba membaca kitab arab gundul) antarpondok pesantren seprovinsi Sulawesi Tengah pada tanggal 14-16 Agustus 2014 lalu di Palu.
Menurut kontributor Kiblat.net di Poso, pada ajang lomba tersebut Ponpes Amanah yang diwakili oleh santriwati atas nama Mita Kurniati berhasil meraih juara 1. Mita juga akan berangkat mewakili Provinsi Sulawesi Tengah dalam Musabaqah Tingkat Nasional pada ajang yang sama di Jambi pada tanggal 1-9 September mendatang.
“Selain Mita, ada beberapa santri Ponpes Amanah Putri yang lain yang turut dalam lomba ini, masing-mendapat peringkat ke 2, 3 dan juara harapan 1,” tutur M. Naim, kontributor Kiblat.net di Poso pada Jum’at, (29/08).
Ini adalah kali pertama Ponpes Amanah ikut serta dalam ajang lomba 2 tahunan yang diadakan oleh Kementerian Agama ini.
Bukti lain prestasi yang diperlihatkan oleh santri-santri Ponpes Amanah adalah dengan pencapaian nilai tertinggi pada UN dan US se-Sulawesi pada 3 tahun terakhir.
Pesantren Amanah didirikan tanggal 4 Mei 2001 untuk menampung mantan santri Pesantren Walisongo, di Kilo 9 Lage, Poso. Dalam konflik Poso pada bulan Mei 2000 pernah dicatat sejarah telah dibakar massa dan sekitar 200 santrinya dibunuh milisi salibis.
Saat ini, pesantren Amanah berdiri di dua lokasi berbeda. Pesantren Amanah di Tanah Runtuh menjadi tempat belajar santri putri dan santri anak-anak seusia taman kanak-kanak. Kemudian, satu lagi di Landangan, Poso Pesisir yang menjadi tempat belajar santri putra.
Entah apa yang “eksotis” di Poso, sehingga aparat begitu gandrung untuk menjadikannya bulan-bulanan operasi anti-terorisme, meski konflik telah mereda. Spekulan pada media sosial banyak yang menyatakan bahwa Poso merupakan “kawah candra dimuka” aparat berwenang untuk ajang kenaikan pangkat dan penjenjangan karier kedinasan lainnya. Subhanallah. (adibahasan/arrahmah.com)