JONGGOL (Arrahmah.com) – Roda kehidupan terus berputar, kadang kita di atas kadang di bawah. Demikianlah apa yang disebut dengan life cycles. Itu terjadi pada dunia bisnis, gerakan sosial, politik, bahkan da’wah sekalipun. Pola life cycles senantiasa sama. Sebagai Muslim, tentu hanya ada satu cara mengatasinya, yakni dengan mengikuti petunjuk-Nya. Berikut salah satu cara menghadapi life cycles yang dipaparkan Muhaimin Iqbal, praktisi ekonomi Islam dan pendiri Pesantren Wirausaha Daarul Muttaqin melalui warfare strategy dalam setiap peperangan yang dilakukan di jaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alayhi wasallam, sebagaimana diulas dalam Gerai Dinar dan viral pada Whatsapp hingga Kamis (6/11/2014).
Menurut Ustadz Muhaimin Iqbal, Allah mempergilirkan masa kejayaan dan keterpurukan pada manusia agar manusia dapat mengambil pelajaran darinya, sebagaimana Allah firmankan dalam ayat berikut.
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ ۚ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ ۗ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang lalim” (QS Aali-Imran:140).
Menurutnya, terdapat contoh yang sempurna dari uswatun hasanah kita yang dirupakan dalam bentuk peperangan demi peperangan dalam 10 tahun terakhir usia beliau, masing-masing dengan setting dan hasil yang berbeda-beda. Dari peperangan demi peperangan tersebut, insyaa Allah akan selalu ada yang pas atau cocok untuk kita jadikan template (pola) dalam perjuangan kita baik di bidang usaha/ekonomi, politik, sosial, da’wah dan lain sebagainya.
Ustadz Muhaimin Iqbal meringkaskan beberapa perang penting yang melibatkan Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam yang diabadikan dalam sejumlah surat dan ayat-ayat dalam Al-Qur’an sebagaimana infografik berikut.
Lantas bagaimana kita bisa menggunakan strategi-strategi dari berbagai peperangan tersebut untuk membangun perjuangan kita dalam bidang yang kita geluti?
Untuk memudahkan penjelasannya, Ustadz Muhaimin memberikan contoh penerapan warfare strategy peperangan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam tersebut misalnya dalam merintis atau membesarkan usaha kita.
“Pertama Anda tidak akan pernah bisa memulai sesuatu yang besar, bila Anda tidak berani meninggalkan zona nyaman Anda dengan meninggalkan segala macam kenikmatan dan lingkungan nyaman Anda selama ini. Maka pelajaran pertamanya adalah hijrah! Dalam hal merintis usaha – berarti Anda harus berani ‘hijrah’ dari pegawai atau eksekutif – yang bekerja dengan waktu Anda sendiri, menuju dunia entrepreneur dimana Anda akan bekerja dengan mengelola waktu (bisa juga segala macam sumber daya) dari orang lain,” jelasnya.
“Setelah Anda berani terjun-pun, tidak ada jaminan bahwa Anda akan langsung berhasil. Bahkan lebih banyak start-up yang gagal ketimbang yang berhasil, Anda perlu tahu ini untuk menguatkan niat dan persiapan Anda,” ujarnya tanpa bermaksud untuk menakut-nakuti.
Ustadz Muhaimin berasumsi, “jika Anda termasuk yang berhasil, Anda berhasil melalui death valley (jurang kematian usaha) Anda dengan baik. Keberhasilan awal ini bisa jadi merupakan tanda-tanda bahwa business model (model usaha) Anda sudah on the right track. Maka langkah selanjutnya adalah menentukan sikap apa yang harus Anda punyai saat itu.”
“Disinilah referensi dari segala peperangan Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam tersebut di atas bisa menjadi referensi untuk mengawal perjalanan Anda seterusnya. Usaha Anda telah berhasil melalui ‘perang Badar’, Anda harus sadar bahwa keberhasilan tersebut tidak berarti Anda hebat dan lain sebagainya. Bersyukurlah bahwa keberhasilan itu semata karena pertolongan Allah,” tambahnya.
Perang Badr
Begitu banyak pelajaran yang dapat kita ambil dari perang Badr, bahkan sebagian besar dari isi surat Al-Anfal adalah terkait dengan perang Badr. “Maka bila usaha Anda telah melalui tahap ini, banyak-banyaklah mentadaburi surat Al-Anfal tersebut,” nasihat Ustadz Muhaimin Iqbal.
Namun demikian, meskipun keberhasilan kita semata karena pertolongan Allah, kita tentu bisa mulai membangun optimisme pada tahap ini – bahwa kemenangan besar-pun insyaa Allah dapat diperoleh dengan cara atau business model yang sama. Pelajaran tentang optimisme ini Allah suratkan dalam ayat berikut.
وَإِذْ يَعِدُكُمُ اللَّهُ إِحْدَى الطَّائِفَتَيْنِ أَنَّهَا لَكُمْ وَتَوَدُّونَ أَنَّ غَيْرَ ذَاتِ الشَّوْكَةِ تَكُونُ لَكُمْ وَيُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُحِقَّ الْحَقَّ بِكَلِمَاتِهِ وَيَقْطَعَ دَابِرَ الْكَافِرِينَ
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang kamu hadapi) adalah untukmu, sedang kamu menginginkan bahwa yang tidak mempunyai kekuatan senjatalah yang untukmu, dan Allah menghendaki untuk membenarkan yang benar dengan ayat-ayat-Nya dan memusnahkan orang-orang kafir.” (Qur’an Surat Al-Anfal:7)
Orang kafir tidak habis pasca perang Badr tetapi Allah sudah menggunakan kata “memusnahkan…” pada ayat tersebut. Inilah bentuk optimisme yang Allah hendak bangun di hati kaum Muslimin. “Demikian pula di keberhasilan awal usaha Anda, pasar Anda masih kecil – diluar sana pemain-pemain raksasa siap menerkam dan menerkam usaha Anda – tetapi PD (percaya diri) saja lagi!” ungkap Ustadz Muhaimin santai.
Perang Uhud
Dengan business model yang sudah berjalan, pelajaran berikutnya adalah dari perang Uhud yang terjadi setahun setelah perang Badr. Anda perlu sangat disiplin dalam usaha Anda, demikian pula dengan tim Anda – mereka harus benar-benar commit pada tugasnya masing-masing.
Generasi unggulan – yaitu para sahabat – yang berperang bersama Nabi-pun bisa kalah di perang Uhud, yaitu ketika ada sebagian dari tim yang melalaikan tugasnya dan tergoda untuk mengejar hasil duniawi jangka pendek (ghanimah). “Tim Anda tentu sangat tidak seberapa dibanding para sahabat Nabi, maka disiplin dan commitment perlu benar-benar dijaga,” tegas Ustadz Muhaimin Iqbal.
“Bahkan bisa jadi ada kemungkinan tim Anda yang melemahkan usaha Anda dari dalam, bersekongkol dengan lawan Anda atau siap-siap mendirikan usaha baru yang menjadi pesaing Anda. Ini sangat bisa jadi bila business model Anda menarik dan memiliki prospek cemerlang. Maka untuk ini ada pelajaran dari pengusiran Bani Nadhir yang secara komplit diceritakan oleh Allah melalui Surat Al-Hasyr,” jelasnya.
Perang Ahdzab
Ketika usaha membesar, kartel-kartel pesaing bisa jadi pula bersekongkol untuk mengepung dan siap menghancurkan usaha kita. Maka kita harus memiliki strategi yang luar biasa – yang tidak mereka duga – untuk bisa mengalahkan mereka. “Anda harus juga bisa memecah kekuatan mereka, detil pelajarannya ada di perang Al-Ahzab yang bahkan didokumentasikan secara khusus oleh Allah dengan surat yang menggunakan nama yang sama yaitu Surat Al-Ahzab,” sarannya.
“Pada titik tertentu ketika Anda melaju lebih lanjut, musuh-musuh akan memprovokasi Anda untuk membuat Anda lalai dan menguras kekuatan Anda dengan ‘tantangan-tantangan perang’ yang sesungguhnya tidak perlu diladeni. Bisa jadi pula Anda harus berstrategi untuk mengadakan perjanjian-perjanjian tertentu dengan musuh-musuh Anda. Maka bila ini yang Anda hadapi, pelajarannya ada di peristiwa perjanjian Hudaibiyah.”
Perang Khaibar
Menurut Pak Muhaimin, “Setelah usaha berkembang lebih lanjut, penaklukan demi penaklukan pasar baru besar kemungkinan Anda harus tempuh karena kalau tidak pesaing Anda akan terus berusaha mengambil pasar Anda dan melemahkan kekuatan Anda. Maka model pelajarannya ada di penaklukan Khaibar – yang bersama dengan perjanjian Huaibiyah tersebut di atas didokumentasikan secara khusus oleh Allah di surat Al-Fath.”
Perang Hunain
Ketika “usaha Anda kian membesar, berarti Anda telah berhasil mengusai target-target bergengsi – tetapi tetap jangan sampai terlena dengan kebesaran Anda. Tetap waspada dengan strategi musuh yang setiap saat bisa memprorak-porandakan usaha Anda. Untuk ini pelajarannya ada di penaklukan Mekkah dan perang Hunain yang hanya berjarak sekitar 3 pekan di antara keduanya,” nasihat Ustadz Muhaimin.
“Saat Anda semakin besar dan semakin besar, musuh-musuh di seberang sana tentu tidak akan merasa nyaman. Setiap saat mereka akan siap menyerbu dan menghabisi usaha Anda, maka sebelum ini terjadi – Anda harus bisa mendahului menyerang pasar mereka dengan segala kekuatan yang Anda miliki. Pelajarannya ada di perang Tabuk yang secara khusus didokumentasikan oleh Allah melalui surat At-Taubah.
Bila tahap inipun Anda menang, bisa jadi waktu Anda sudah mendekati habis. Model dan strategi bisnis Anda perlu Anda wariskan ke genarsi penerus Anda, Anda perlu membekali mereka dengan segala persiapan yang diperlukan, baik dari sisi kualitas pribadi, nilai-nilai atau values yang sempurna dan disiplin kerja atau amal yang sedekat mungkin dengan contoh yang sudah Anda berikan. Pelajaran ini ada di peristiwa Haji Wada’.”
Dari rangkaian pelajaran tersebut, kita sekarang tahu bahwa selalu ada rujukan dan contoh yang pas untuk setiap tahapan dalam life cycles usaha kita di bidang apapun, baik yang bersifat komersial, sosial maupun da’wah. Bila kita bisa mencontoh perjalanan perang uswatun hasanah kita tersebut di atas sedekat mungkin, maka keberhasilan yang mendekati serupa juga insyaa Allah bisa kita capai.
Jika kita perhatikan, di awal hijrah, kekuatan kaum Muslimin hanya sekitar 90-100 orang yaitu separuh dari kaum Muhajirin dan separuh lagi dari kaum Ansor yang di antara keduanya dipersaudarakan oleh Nabi shallallahu ‘alayhi wasallam. namun, sepuluh tahun kemudian kekuatan itu telah berlipat ganda lebih dari seribu kalinya yaitu menjadi 100,000 atau bahkan di riwayat lain disebutkan 144,000 – yaitu para sahabat yang menyertai Rasulullah pada saat melaksanakan haji Wada’.
Semoga dengan disertakannya skala grafik logaritik dalam infografik tersebut di atas, dapat memudahkan kita menyaksikan secara visual pertumbuhan Ummat yang pesat dengan baik. Sebab bila kita buat dengan skala grafik yang normal – perbedaan kekuatan tahun awal dan tahun ke 10 yang terlalu jauh akan membuat pertumbuhan di tahun-tahun awal kelihatan datar.
“Bayangkan bila Anda bisa membangun usaha yang tumbuh dengan sedemikian pesatnya sehingga untuk menampilkan grafik pertumbuhannya harus menggunakan grafik logaritmik, maka pasar global-pun insyaa Allah Anda akan bisa kuasai. Dan ini insyaa Allah dimungkinkan bila kita menggunakan warfare strategy yang ada tuntunannya dengan sangat jelas tersebut di atas [sesuai Qur’an dan Sunnah],” pungkasnya. Insyaa Allah. (adibahasan/arrahmah.com)