GAZA (Arrahmah.id) – Brigade Izzuddin Al-Qassam, sayap militer Hamas, mengumumkan bahwa mereka berhasil menembak seorang tentara ‘Israel’ secara langsung pada Selasa (27/5/2025) di timur lingkungan Shuja’iyya, Kota Gaza.
Dalam pengumuman lainnya, Al-Qassam juga mengklaim bahwa dua hari sebelumnya mereka menargetkan sebuah unit ‘Israel’ yang terdiri dari 10 tentara di kawasan Al-Atatra, Beit Lahia (Gaza utara), menewaskan dan melukai sejumlah di antaranya menggunakan peluncur granat.
Sementara itu, media ‘Israel’ melaporkan bahwa dua tentara mengalami luka parah dalam bentrokan di Beit Lahia, memperkuat klaim adanya eskalasi pertempuran di wilayah utara Jalur Gaza.
Pada Senin (26/5), Al-Qassam juga mengungkapkan bahwa mereka telah melancarkan serangan ganda terhadap pasukan ‘Israel’ yang berlindung di sebuah rumah di daerah Al-Qarara, sebelah timur Khan Yunis, Gaza selatan. Para pejuang Al-Qassam dilaporkan memasang sejumlah bahan peledak berdaya tinggi yang menghancurkan rumah tersebut dan menyebabkan korban tewas serta luka-luka di pihak militer ‘Israel’.
Tidak hanya itu, para pejuang juga menyerang sekelompok tentara ‘Israel’ yang datang ke lokasi dengan meledakkan terowongan bawah tanah dan terlibat baku tembak jarak dekat menggunakan senjata ringan. Helikopter militer ‘Israel’ terlihat dikerahkan ke lokasi untuk mengevakuasi para korban.
Dalam pernyataannya, Al-Qassam menegaskan bahwa operasi tersebut, yang terjadi pada Selasa pagi, 20 Mei, adalah bagian dari “balasan atas kejahatan pendudukan dan lanjutan dari jalur perlawanan.”
Menurut data resmi militer ‘Israel’ , sejak dimulainya agresi ke Gaza pada 7 Oktober 2023, sebanyak 854 tentara dan perwira ‘Israel’ telah tewas, termasuk 413 di antaranya dalam pertempuran darat. Sementara itu, 5.846 tentara lainnya dilaporkan terluka, dengan 2.641 di antaranya dalam konflik darat.
Namun, banyak pihak menuduh militer ‘Israel’ menyembunyikan jumlah korban sebenarnya, terutama karena beberapa klaim dari kelompok perlawanan Palestina yang menyebutkan operasi dan penyergapan berdarah yang tidak diakui secara resmi oleh Tel Aviv. (zarahamala/arrahmah.id)