Baju kebesaran penjaga pantai, biasanya identik dengan semi telanjang alias bikini. Di Australia, bagian program Surf Life Saving Australia (SLSA) para penjaga pantai dibuatkan baju bernama “burgini” maksudnya, hasil perkawinan antara “burqa” (baju Muslimah) dan “bikini”.
Baru-baru ini, SLSA merekrut penjaga pantai keturunan Timur Tengah. Karenanya, jangan kaget jika berenang di beberapa pantai Australia Anda melihat para penjaga pantai mengenakan burqini, busana renang yang menutup seluruh tubuh plus kepala.
Inisiatif burgini juga merupakan upaya pemerintahan Australia mencegah kesenjangan etnis. Sebagaimana diketahui, akhir tahun 2005 lalu, telah terjadi bentrokan di Pantai Cronulla, Sydney, antara pemuda setempat dan pemuda keturunan Timur Tengah.
Pemerintah Australia mendukung program rekrutmen penjaga pantai dari warga keturunan Timur Tengah yang memang banyak berkunjung ke Cronulla.
Salah seorang Muslimah penjaga pantai, Mecca Laalaa (20), mengaku senang dengan aktivitas barunya itu. “Sebelumnya saya pakai celana dan kaus katun. Kalau dipakai di air, terasa berat. Tapi, dengan burqini, saya tetap bisa menjadi penjaga pantai tanpa harus melanggar kepercayaan saya,” tuturnya.
Meski bisa membuat pemakainya bergerak bebas, Tony Coffey yang menjadi pelatih tim baru tersebut mengatakan bahwa pemakai burqini masih kurang lincah dibandingkan dengan penjaga pantai yang menggunakan pakaian renang biasa. “Itu masih menjadi hambatan besar. Kami tidak bisa apa-apa karena sudah masuk kesepakatan. Mungkin, itu bisa diatasi dengan latihan renang yang lebih intensif,” tegas pria berusia 49 tahun itu.
Malaak Mourad, keturunan Lebanon, mengaku senang dengan adanya tim khusus Timur Tengah dalam penjaga pantai Australia. “Kami sudah berhasil melintasi hambatan sosial terbesar karena biasanya penjaga pantai berasal dari keturunan Anglo-saxon,” ujar gadis berusia 18 tahun itu.
“Kami memang mendapat perhatian lebih dari publik. Namun, saya lebih melihatnya ke arah positif ketimbang negatif,” lanjutnya.
Ide burgini dimunculkan pertama oleh wanita keturunan Libanon, yang menetap di Sydney, Australia, Aheda Zanetti. Aheda kala itu ingin menciptakan pakaian renang menutup aurat untuk para Muslimah. Akhirnya, ketemulah ‘burqini’.
Jilbab Sport
Burgini memang bukan hal baru. Baju olah raga khusus untuk para Muslimah atau dikenal “jilbab sport” sudah pernah dirancang desainer sejak dua tiga tahun lalu.
Adalah Cindy Van Den Breman, seorang perancang busana asal Belanda yang pertama berinisiatif membuat “jilbab sport”. Ide pertama Cindy ketika mengamati murid-murid Islam di Belanda yang kesulitan mengikuti kegiatan olah raga.
Sejak ia mendesain baju-baju sport untuk para Muslimah, ia tak ingin lagi mendengar ada Muslimah dilarang mengikuti kejuaraan hanya gara-gara jilbab seperti yang pernah terjadi pada Andrea Amstrong. Muslimah yang juga anggota tim bola basket Universitas South Florida, Amerika Serikat (AS) yang dilarang bergabung dalam the National Collegiate Athletic Association (NCAA), karena memakai jilbab.
Atau Afifa Saad, yang diskors oleh klub sepak bola Victorian Soccer Federation (VSF) gara-gara menggunakan jilbab.
Nah, bagaimana rupanya inspirasi perancang busana dan perusahan yang membuat jilbab sport seperti untuk penggemar bola basket, sepak bola, skate board, tenis, aerobic, hingga untuk renang?. Silahkan lihat di www.thehijabshop.com.[ cha, berbagai sumber/hid.com]