GAZA (Arrahmah.id) – Pakar militer Kolonel Hatem Karim Al-Falahi menjelaskan bahwa operasi militer besar-besaran yang diumumkan oleh tentara pendudukan ‘Israel’ di Jalur Gaza terdiri dari tiga tahap, yang masing-masingnya lebih brutal dari tahap sebelumnya.
Dalam analisisnya terhadap situasi militer di Gaza, Al-Falahi memaparkan bahwa tahap pertama dimulai dengan serangan udara sporadis yang bertujuan memaksa warga sipil meninggalkan rumah mereka dan mengungsi.
Pada Ahad pagi (18/5/2025), militer ‘Israel’ mengumumkan dimulainya operasi darat besar-besaran di bagian utara dan selatan Jalur Gaza sebagai bagian dari operasi yang mereka beri nama “Arbaat Gid’on” (Kereta Perang Gideon), meskipun saat ini negosiasi gencatan senjata disebut telah memasuki tahap krusial.
‘Israel’ mengklaim telah membombardir 670 target di Gaza dalam sepekan terakhir sebagai persiapan untuk invasi darat. Sumber medis di Gaza melaporkan ratusan warga sipil gugur atau terluka akibat serangan tersebut, yang menyasar rumah-rumah, tenda pengungsi, hingga rumah sakit.
Tahap Kedua: Menekan Warga Sipil Pindah ke Rafah
Menurut Al-Falahi, tahap kedua melibatkan kombinasi serangan udara dan darat secara masif yang disertai dengan pergerakan pasukan darat ke wilayah-wilayah tertentu, dengan tujuan utama memaksa warga sipil meninggalkan tempat tinggal mereka dan berpindah ke selatan, ke kota Rafah.
‘Israel’ ingin memisahkan warga sipil dari kelompok-kelompok perlawanan dengan cara memaksa eksodus massal, ujar Al-Falahi.
Tahap Ketiga: Invasi Menyeluruh dan Target Infrastruktur Perlawanan
Tahap ketiga, menurut Al-Falahi, adalah invasi darat menyeluruh untuk menghancurkaninfrastruktur dan kemampuan militer faksi-faksi perlawanan, termasuk jaringan terowongan bawah tanah di wilayah yang akan diduduki.
Ia menyebutkan bahwa sebelum ketiga tahap ini dimulai, ‘Israel’ telah melakukan tahap persiapan, termasuk pembangunan jalur-jalur militer di Gaza seperti “koridor Netzarim”, membagi Gaza menjadi beberapa zona, serta membentuk “zona kemanusiaan baru” di Rafah.
Lebih dari Sekadar Tawanan
Al-Falahi juga menyampaikan keyakinannya bahwa operasi ini sudah melampaui isu tawanan ‘Israel’ yang ditahan di Gaza. Setiap tahap operasi akan semakin intens dan destruktif, yang berarti tempat-tempat penahanan para tawanan pun bisa menjadi sasaran serangan.
Ia menilai bahwa ini adalah bagian dari upaya tekanan ‘Israel’ untuk memaksa faksi-faksi perlawanan membuat konsesi politik dan militer.
Al-Falahi mengungkapkan bahwa ada lima divisi militer ‘Israel’ yang terlibat dalam operasi ini: tiga di antaranya dikerahkan ke wilayah selatan Gaza, berada di bawah komando Divisi 36 atau 162, sementara dua divisi lainnya beroperasi di utara.
Ia memperingatkan bahwa biaya mempertahankan kehadiran militer di Gaza akan sangat mahal bagi ‘Israel’, terutama dalam hal korban jiwa, karena faksi-faksi perlawanan tidak punya pilihan lain selain bertahan dan membuat ‘Israel’ membayar harga yang tinggi.
Kondisi di Lapangan: Dua Poros Invasi, Warga Mengungsi
Sementara itu, media Palestina melaporkan bahwa tank-tank ‘Israel’ mulai bergerak dalam dua arah utama: ke arah Kamp Jabalia di utara dan ke arah kota Khaza’a dan Al-Fukhari di timur Khan Yunis, wilayah selatan Gaza. Gerakan ini disertai serangan udara dan tembakan artileri berat.
Video-video dari lapangan menunjukkan eksodus warga Palestina dari Jabalia, Beit Lahiya, dan Tel al-Zaatar di utara, akibat serangan ‘Israel’ yang terus meningkat. (zarahamala/arrahmah.id)