BAGHDAD (Arrahmah.id) — Fenomena ikan mati massal kembali terjadi di wilayah rawa-rawa selatan dan tengah Irak. Ribuan ikan ditemukan mengambang tak bernyawa, menimbulkan kekhawatiran dan mendorong otoritas setempat untuk melakukan penyelidikan untuk mengungkap penyebabnya.
Menurut Al Jazeera (3/6/2025), peristiwa ini bukan yang pertama kali. Dalam beberapa tahun terakhir, Irak memang terus menghadapi tantangan serius akibat kekeringan berkepanjangan dan penurunan debit air sungai.
Tak hanya itu, suhu udara yang terus melonjak dan tingkat penguapan yang tinggi ikut memperparah kondisi ekosistem rawa. Hingga akhirnya menyebabkan ribuan ikan mati massal.
Dugaan sementara, matinya ikan-ikan ini berkaitan dengan berkurangnya kadar oksigen di dalam air. Pasokan air yang menyusut membuat kadar oksigen turun drastis, sementara suhu tinggi mempercepat proses pembusukan dan memperparah pencemaran.
Tak hanya faktor alam, dugaan penggunaan zat kimia berbahaya dalam aktivitas penangkapan ikan juga masuk dalam radar penyelidikan.
Penggunaan racun untuk memudahkan panen ikan sempat mencuat sebagai salah satu penyebab kematian mendadak makhluk air tersebut.
Untuk mengetahui secara pasti penyebab matinya ribuan ikan di rawa-rawa tersebut perlu dilakukan uji lab.
“Kami membutuhkan tes laboratorium untuk menentukan penyebab pasti” ujar seorang aktivis lingkungan, Jassim al-Assadi.
Pemerintah Irak juga telah menerima banyak laporan masuk dari masyarakat yang mengeluhkan hal yang sama terkait matinya ribuan ikan secara massal di rawa-rawa.
“Kami telah menerima beberapa keluhan warga,” ujar Jamal Abd Zeid, kepala petugas lingkungan hidup.
Selain itu, faktor eksternal seperti pembangunan bendungan di negara tetangga, Iran dan Turki, diduga ikut memengaruhi aliran air menuju wilayah Irak.
Akibatnya, rawa-rawa yang dulunya menjadi sumber kehidupan justru berubah menjadi kuburan massal bagi ikan-ikan.
Pemerintah Irak kini sedang menelusuri lebih dalam penyebab kejadian ini. Mereka juga menyerukan perlunya kerja sama regional untuk mengatasi krisis air yang semakin mendesak. (hanoum/arrahmah.id)