Oleh: Ummu Aini
(Pegiat Dakwah)
Sejak dimulainya Operasi Badai Al-Aqsa 16 bulan lalu, penderitaan rakyat Gaza terus berlanjut. Genosida yang dilakukan oleh zionis Israel telah menyebabkan lebih dari 46 ribu jiwa hilang, lebih dari 100 ribu orang luka-luka, dan sekitar 11 ribu lainnya dinyatakan hilang, diduga tertimbun di reruntuhan bangunan. Meski dunia internasional mengecam kekejaman ini, perhatian umat terhadap Gaza kian memudar. Hal ini memunculkan kekhawatiran bahwa penderitaan rakyat Gaza akan dianggap sebagai sesuatu yang biasa oleh sebagian umat.
Zionis Israel: Penjajah
Negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, sering kali menyebut tindakan Israel terhadap Palestina sebagai bentuk “pembelaan diri” yang legal. Narasi ini terus dipropagandakan oleh media massa Barat dan pendukung zionis.
Namun, fakta sejarah membuktikan bahwa keberadaan Israel di Palestina adalah hasil penjajahan di mana tentu hal ini tidak sah. Dukungan Inggris melalui Deklarasi Balfour pada tahun 1917 dan pengakuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun 1948 menjadi tonggak berdirinya entitas zionis di tanah Palestina. Padahal, Palestina adalah tanah Muslim yang dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 637 M. Penduduk Yerusalem saat itu menyerahkan kunci kota kepada Khalifah Umar dan meminta agar tidak ada seorang pun Yahudi yang tinggal di wilayah mereka.
Klaim “pembelaan diri” oleh Israel terbantahkan oleh fakta bahwa serangan mereka justru menargetkan penduduk sipil, termasuk anak-anak, perempuan, rumah sakit, sekolah, dan pasar. Data menunjukkan bahwa lebih dari 70 persen korban serangan Israel adalah anak-anak dan perempuan. Bahkan, setiap jam militer zionis membunuh satu anak Palestina dan dua ibu Palestina.
Tidak hanya itu, laporan dari berbagai sumber termasuk Amnesti Internasional juga menyebutkan bahwa zionis Israel melakukan pencurian organ dari jenazah warga Gaza; penyiksaan dan pemerkosaan terhadap para tawanan, baik laki-laki maupun perempuan. (Sumber situs Amnesti Internasional, 5/12/2024)
Mahalnya Nyawa Muslim
Rasulullah saw. sesungguhnya menggambarkan betapa berharganya nyawa seorang Muslim. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda, “Kehancuran dunia lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang Muslim.” (HR. An-Nasa’i)
Namun, nyawa puluhan ribu muslim di Gaza seolah tidak berarti di mata dunia. Para penguasa Muslim yang seharusnya melindungi saudara seiman malah menjalin hubungan akrab dengan zionis Israel dan Amerika Serikat. Padahal, dalam Islam, seorang Mukmin sejati adalah mereka yang saling berkasih sayang dan peduli terhadap saudaranya.
Allah Swt. berfirman,
“Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya keras terhadap kaum kafir, tetapi berkasih sayang di antara mereka.” (TQS. Al-Fath [48]: 29)
Palestina, Tanah yang Diberkahi
Palestina memiliki kedudukan istimewa dalam Islam. Selain menjadi tanah suci, Palestina juga merupakan kiblat pertama umat Islam dan tempat Nabi Muhammad saw. melaksanakan perjalanan Isra Mikraj. Membela tanah Palestina adalah kewajiban seluruh umat Islam. Ini karena Palestina adalah warisan suci yang harus dilindungi.
Tanah ini juga disebutkan sebagai negeri yang diberkahi dalam Al-Qur’an. Maka dari itu, menjaga Palestina berarti menjaga amanah dari Allah Swt. (Sumber dari google scholar: Ash-Shallabi, A. M., (2013); Shalahuddin Al-Ayyubi: Pahlawan Islam Pembebas Baitul Maqdis, Pustaka Al-Kautsar)
Nasib Gaza di Tangan Kaum Muslimin
Hingga saat ini, rakyat Gaza menderita akibat blokade yang mengakibatkan kelaparan, kurangnya akses air bersih, serta serangan bom yang terus berlanjut. Semua penderitaan ini didukung oleh pendanaan besar dari Amerika Serikat. Mereka setiap tahunnya memberikan bantuan miliaran dolar kepada zionis Israel. Padahal, zionis Israel sangat bergantung pada sumber daya yang melewati negeri-negeri muslim, termasuk jalur darat, laut, dan udara. Umat Islam sebenarnya memiliki kekuatan sumber daya alam, militer, dan logistik yang jauh lebih besar daripada zionis Israel. Sayangnya, potensi ini belum dimanfaatkan untuk membebaskan Palestina dari penjajahan. (Sumber: google scholar: Utama, Muhammad Rezy. Politik Dalam Negeri Israel-Netanyahu-dan Perang Israel-Gaza 2023. Genosida Gaza 2023, 28.)
Khilafah dan Jihad adalah Solusi
Untuk membebaskan Gaza dari penderitaan dan mengakhiri penjajahan zionis, umat Islam membutuhkan persatuan di bawah institusi Khilafah. Khilafah merupakan sistem pemerintahan Islam yang dipimpin oleh seorang Khalifah. Khilafah pun sebagai sistem pemerintahan yang diwariskan oleh Rasulullah saw. yang aturannya berlandaskan syariat Islam kaffah.
Hanya dengan kepemimpinan Islam yang kuat, umat dapat menghimpun seluruh sumber daya dan kekuatan untuk mengusir zionis dari tanah Palestina. Allah Swt. berfirman, “Perangilah mereka di mana saja kalian jumpai mereka, dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian.” (QS. Al-Baqarah [2]: 191)
Oleh karena itu, jangan biarkan Gaza terlupakan. Umat Islam harus terus mencurahkan perhatian dan dukungan untuk rakyat Gaza, baik melalui doa, aksi nyata, maupun advokasi di berbagai forum internasional. Semakin nyata bahwa pembebasan Gaza dan Palestina hanya dapat terwujud melalui perjuangan bersama yang dipimpin oleh Khilafah.
Rasulullah saw. bersabda, “Tidaklah beriman seseorang hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadis di atas mengingatkan kita akan pentingnya solidaritas dan kepedulian terhadap saudara muslim yang sedang menderita, termasuk rakyat Gaza. Semoga Allah Swt. memberikan kekuatan kepada umat Islam untuk terus berjuang membela Palestina dan membebaskan tanah suci dari penjajahan.
Wallahua’lam bis shawab