DAMASKUS (Arrahmah.id) — Pasukan keamanan Suriah menangkap dua pemimpin kelompok perlawanan Palestina Jihad Islam (PIJ) di Damaskus pada Ahad (20/4/2025) malam. Orang-orang tersebut diidentifikasi sebagai Khaled Khaled, kepala gerakan PIJ, dan Abu Ali Yasser, kepala panitia penyelenggara kelompok tersebut di Suriah.
Belum ada alasan resmi yang diberikan untuk penangkapan tersebut.
Dilansir The New Arab (23/4), penangkapan tersebut terjadi kurang dari 48 jam setelah kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Damaskus, tempat ia mengadakan pertemuan dengan Presiden Ahmad asy Syaraa. Kunjungan tersebut menandai perjalanan pertama para pemimpin Palestina tersebut ke Suriah sejak penggulingan Bashar al-Assad.
Abbas mengangkat beberapa isu utama dalam pertemuan tersebut, termasuk hubungan bilateral, kondisi warga Palestina di Suriah, dan pembangunan kembali kamp Yarmouk.
Brigade al-Quds, sayap militer PIJ, mengeluarkan pernyataan tak lama setelah itu, yang mengonfirmasi penangkapan tersebut dan meminta pemerintah Suriah untuk segera membebaskan mereka.
Sumber-sumber yang mengetahui mengatakan kepada situs saudara The New Arab, Al-Araby Al-Jadeed, bahwa penangkapan tersebut terjadi sebagai bagian dari operasi keamanan dan tidak ada tuntutan pidana atau politik.
Kelompok tersebut mengatakan para pemimpin tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap pekerjaan Palestina dan kemungkinan akan diinterogasi sebelum dibebaskan.
Penangkapan tersebut menandai pertama kalinya para pemimpin Palestina ditangkap di Suriah, menurut laporan, meskipun setidaknya ada 13 faksi Palestina yang beroperasi di negara tersebut.
Sejak saat itu, ada desakan yang signifikan dari para pemimpin Palestina dan Arab baik di dalam maupun di luar Suriah untuk menekan pihak berwenang agar membebaskan para pemimpin tersebut, sumber-sumber Palestina mengatakan kepada media lokal.
Beberapa faksi Palestina, seperti Front Populer untuk Pembebasan Palestina, meninggalkan Suriah selama bertahun-tahun setelah kantor mereka ditutup karena keterlibatan mereka dalam pelanggaran terhadap warga Suriah saat bertempur bersama rezim Bashar al-Assad yang sekarang digulingkan.
Beberapa kantor pusat PIJ di Damaskus juga menjadi sasaran serangan udara Israel dalam beberapa bulan terakhir, yang terakhir terjadi pada 13 Maret, ketika sekretaris jenderal gerakan tersebut, Ziad al-Nakhalah, menjadi sasaran.
Penangkapan tersebut terjadi beberapa hari setelah pemerintah AS mengeluarkan rencana yang menguraikan persyaratan untuk membangun kembali hubungan diplomatik dengan Suriah dan mencabut sanksi terhadap negara tersebut.
Menurut Wall Street Journal, AS menekan pemerintah Suriah untuk mencegah faksi-faksi Palestina bersenjata beroperasi dan mengumpulkan dana di negara tersebut, dan juga menyerukan pengusiran anggota mereka.
Langkah tersebut dapat dilihat sebagai tindakan yang berpotensi memicu konfrontasi dengan kelompok-kelompok Palestina yang telah bermarkas di Suriah selama beberapa dekade, tambah media tersebut.
Sejak memangku jabatan presiden, asy-Syaraa telah berjanji untuk meningkatkan hubungan internasional dan menyerukan pencabutan sanksi terhadap Suriah untuk membantu membangun kembali ekonomi setelah lebih dari satu dekade kerusuhan.
Badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA, memperkirakan ada sekitar 438.000 warga Palestina di Suriah, dengan lebih dari 40 persen dari mereka mengungsi di dalam negeri. (hanoum/arrahmah.id)