IDLIB (Arrahmah.com) – Pejuang Suriah pada Sabtu (6/10/2018) mengatakan bahwa mereka telah mulai menarik senjata berat dari zona penyangga yang direncanakan di Idlib, menjelang tenggat waktu untuk mengatur area demiliterisasi.
Front Pembebasan Nasional (NLF), aliansi pejuang oposisi yang didukung Turki, “telah mulai menarik senjata berat dari zona itu”, ungkap juru bicara NLF, Naji Mustafa kepada AFP.
Zona penyangga, yang disepakati bulan lalu antara Ankara dan Moskow, bertujuan memisahkan tentara rezim dari para pejuang Suriah di wilayah Idlib.
Kesepakatan itu diklaim bertujuan mencegah serangan besar-besaran oleh rezim Asad di kubu besar terkahir pejuang Suriah, dengan menciptakan zona penyangga 15 hingga 20 kilometer yang mengelilingi daerah itu.
Berdasarkan kesepakatan, semua pejuang oposisi di zona demiliterisasi harus menarik senjata berat pada 10 Oktober, dan kelompok yang dicap “radikal” harus pergi pada 15 Oktober.
Mustafa mengatakan koalisi pejuang “mempertahankan posisi dan markasnya dengan senjata menengah dan ringan” di dalam zona penyangga.
Seorang wakil Failaq Asy-Syam, salah satu faksi yang tergabung dalam NLF, mengonfirmasi penarikan senjata termasuk peluncur rudal dan meriam mortir.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), kelompok pemantau yang berbasis di Inggris, mengatakan mereka memiliki informasi bahwa persenjataan itu ditarik keluar pada Jum’at (5/10) malam dan pada hari-hari sebelumnya, namun NLF tidak mempublikasikan langkah itu.
NLF adalah aliansi pejuang oposisi yang didukung Turki yang menguasai sekitar 40 persen wilayah Idlib, dan sisanya dikuasai oleh aliansi Mujahidin Hai’ah Tahrir Syam (HTS) yang dipimpin oleh faksi Jabhah Fath Syam.
HTS hingga saat ini belum mengumumkan posisinya atas kesepakatan zona penyangga. (haninmazaya/arrahmah.com)