GAZA (Arrahmah.id) – Sebanyak 22 warga Palestina tewas dan puluhan lainnya terluka pada Kamis (19/6/2025), saat tengah menunggu bantuan makanan di berbagai titik di Jalur Gaza. Insiden ini menjadi bagian dari pola pembantaian massal yang kini terjadi hampir setiap hari, ketika warga sipil yang kelaparan hanya diberi waktu sempit untuk berebut makanan sebelum diserang.
Di Gaza tengah, sedikitnya 16 orang dilaporkan tewas akibat tembakan tentara ‘Israel’ pada pagi hari, di dekat lokasi distribusi bantuan yang dioperasikan oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF), organisasi kontroversial yang didukung AS dan ‘Israel’, di sekitar Koridor Netzarim.
Beberapa jam kemudian, enam warga sipil lainnya yang sedang kelaparan ditembak mati oleh tank ‘Israel’ di barat daya Khan Yunis, Gaza selatan. Mereka tengah berkumpul berharap mendapatkan makanan dari truk bantuan yang melintas.
Sejak GHF mulai beroperasi pada 27 Mei, lebih dari 400 warga Palestina telah tewas dan lebih dari 3.000 lainnya terluka di sekitar titik distribusi bantuan, menurut Kementerian Kesehatan Palestina. ‘Israel’ secara rutin menyerang warga yang menunggu makanan, khususnya di sekitar titik bantuan yang dikendalikan oleh GHF.
Blokade dan Kelaparan: Senjata Perang
Pada 2 Maret lalu, ‘Israel’ secara resmi menutup seluruh perlintasan utama ke Gaza, memutus jalur masuk makanan, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan. 2,3 juta warga Gaza kini menghadapi krisis kemanusiaan ekstrem, dengan blokade total selama lebih dari 80 hari.
Laporan Integrated Food Security Phase Classification (IPC) bulan lalu memperingatkan bahwa hampir seperempat populasi sipil Gaza akan menghadapi kondisi kelaparan paling parah (IPC Fase 5) dalam waktu dekat.
Sementara itu, GHF, yang dikenal penuh skandal, didirikan untuk melewati sistem distribusi bantuan resmi milik PBB. Namun, GHF justru dianggap memperparah krisis dengan hanya menyalurkan bantuan terbatas ke Gaza tengah dan selatan, memaksa warga berjalan jauh dalam kondisi lemah, dan memberikan distribusi yang sangat terbatas.
Sebagian besar organisasi kemanusiaan internasional, termasuk PBB, menjauhkan diri dari GHF, menilai operasinya melanggar prinsip-prinsip dasar kemanusiaan.
‘Distribusi Bantuan’ yang Mengundang Maut
Pembunuhan massal oleh pasukan ‘Israel’ terhadap pencari bantuan kini menjadi pemandangan rutin nan mengerikan. Adegan penuh kekacauan menyelimuti Gaza, di mana orang-orang yang kelaparan hanya diberi celah waktu sempit untuk berebut makanan, sebelum ditembak.
Pada Selasa lalu (17/6), setidaknya 70 warga Palestina tewas dan ratusan terluka ketika mereka mendatangi titik distribusi bantuan, menjadikannya hari paling mematikan sejauh ini.
Komisioner Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, mengecam mekanisme distribusi bantuan yang dikendalikan AS-‘Israel’ sebagai “mematikan” dan “tidak manusiawi”. Dalam pernyataan di platform X, ia menyatakan bahwa “nyawa warga Palestina telah benar-benar kehilangan nilainya.”
“Kini menjadi hal rutin untuk menembak dan membunuh orang-orang yang putus asa dan kelaparan saat mereka mencoba mengambil sedikit makanan dari perusahaan yang dioperasikan para tentara bayaran,” tulisnya.
“Mengundang orang-orang kelaparan untuk datang ke kematian mereka adalah kejahatan perang. Mereka yang bertanggung jawab atas sistem ini harus diadili. Ini adalah aib dan noda bagi nurani kolektif kita. (zarahamala/arrahmah.id)