JAKARTA (Arrahmah.id) — Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan pidato bersejarah di depan para pemimpin parlemen negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), dalam sidang pembukaan Konferensi Parlemen Negara-Negara Anggota OKI (PUIC) ke-19 di Jakarta, Rabu (14/5/2025).
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan dukungan penuh Indonesia terhadap perjuangan rakyat Palestina, menyerukan persatuan dunia Islam, serta pentingnya pemerintahan yang bersih dan institusi yang kuat dalam membangun kekuatan umat. Ia juga mengangkat keteladanan para tokoh Islam seperti Shalahuddin Al-Ayyubi, Umar bin Khattab, dan Muhammad Al-Fatih sebagai inspirasi bagi kepemimpinan masa kini.
Berikut ini adalah pidato lengkap Presiden Prabowo Subianto sebagaimana disampaikan dalam forum resmi tersebut:
PIDATO LENGKAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRABOWO SUBIANTO
Bismillahirrahmanirrahim. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Waalaikumsalam.
Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Wasalatu wasalamu ‘ala asyrafil anbiya-i wal mursalin, wa ‘ala alihi wa ashabihi ajma’in. Amma ba’du.
Selamat malam.
Salam sejahtera bagi kita sekalian.
Yang saya hormati Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Saudara Ahmad Muzani;
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Saudari Puan Maharani;
Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Saudara Sultan Bakhtiar Najudin,
(Tepuk tangan)
Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Prof. Ahm, Saudara Adisadir, Saudara Saad Mustofa, Saudara Cucun Ahmad Samsurizal, beserta seluruh anggota DPR RI yang hadir.
Para ketua dan wakil ketua delegasi parlemen anggota Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC):
Presiden Majelis Nasional Pantai Gading, Yang Mulia Bapak Adama Bictogo,
Presiden Majelis Rakyat Nasional Aljazair, Yang Mulia Bapak Ibrahim Boughali,
Speaker Dewan Perwakilan Bahrain, Yang Mulia Bapak Ahmad Al-Musalam,
Presiden Majelis Legislatif Transnasional Burkina Faso, Yang Mulia Bapak Bugoma Utsmani,
Speaker Majelis Konstitusi Islam Iran, Yang Mulia Dr. Muhammad Baker Khalibah,
Speaker Dewan Rakyat Malaysia, Yang Mulia Tan Sri Datuk Johari bin Abdul,
Ketua Dewan Syura Oman, Yang Mulia Bapak Khalid Hilal Nasir Almaawali,
Presiden Majelis Asyura Arab Saudi, Yang Mulia Bapak Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim Assyaikh.
Para pimpinan parlemen negara-negara Islam yang hadir,
Para duta besar negara sahabat yang hadir,
Pimpinan dan perwakilan organisasi internasional yang hadir,
Para hadirin semua yang saya hormati dan saya muliakan,
Rekan-rekan media yang saya hormati.
Pertama-tama izinkan saya menyampaikan bahwa undangan ini, di mana saya diminta berbicara di hadapan majelis yang penting ini, adalah kehormatan besar bagi saya sebagai Presiden Republik Indonesia.
Hari ini saya berbicara dengan wakil-wakil dari seperempat manusia yang ada di bumi ini. Saudara-saudara adalah wakil-wakil dari seluruh umat Islam, dari negara-negara Islam di dunia. Karena itu, ini adalah kehormatan yang sangat baik bagi saya.
Terima kasih atas kehormatan ini.
(Tepuk tangan)
Pada hari yang baik ini, di tanah Jakarta yang hangat, saya menyampaikan rasa syukur dan kebanggaan bahwa Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah sesi ke-19 Perkumpulan Parlemen Negara-Negara Islam, Parliamentary Union of OIC Member Countries, sekaligus merayakan peringatan 25 tahun berdirinya organisasi ini.
Perkumpulan parlemen negara Islam ini lahir dari kesadaran bersama bahwa dunia Islam membutuhkan wadah kebersamaan antara lembaga parlemen dalam menghadapi tantangan global dan untuk membela kepentingan umat Islam di manapun.
Sejak dibentuk pada tahun 1999, Perkumpulan Parlemen Negara-Negara Islam bertekad menjadi jembatan diplomasi parlementer yang memperkuat solidaritas, menyuarakan keadilan, dan menghadirkan solusi-solusi bagi masalah-masalah pelik dalam kehidupan global.
Dalam dunia yang kini tengah dilanda polarisasi dan konflik saingan antara negara-negara besar, keberadaan organisasi ini semakin penting, semakin relevan, dan semakin mendesak.
Lebih dari itu, izinkan saya menegaskan bahwa konstitusi negara kami, Undang-Undang Dasar 1945, secara tegas mengamanatkan kepada bangsa Indonesia untuk turut serta dalam menjaga ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Ini adalah kompas moral dan dasar pijakan utama kebijakan luar negeri bangsa Indonesia.
Hadirin sekalian yang saya hormati dan saya muliakan,
Sebelum kita membahas isu-isu besar yang tengah dihadapi dunia Islam sekarang, saya mengajak kita semua merenungkan kisah dan keteladanan para tokoh besar dalam sejarah Islam. Kisah-kisah mereka bukan hanya catatan sejarah, tetapi sumber nilai dan sumber inspirasi yang sangat relevan bagi tantangan yang kita hadapi hari-hari ini.
Kita bisa belajar dari keberanian mereka, keteguhan mereka, kecerdasan mereka dalam membela kebenaran, dan keberhasilan mereka dalam membangun peradaban.
Shalahuddin Al-Ayyubi, penakluk Yerusalem, mengajarkan kita tentang keadilan dan kebesaran hati saat berhasil merebut kota suci dari tentara salib. Ia tidak membalas dendam. Ia bahkan memberi jaminan keamanan bagi musuh-musuhnya. Beliau memberi contoh untuk selalu melindungi yang lemah, selalu melindungi yang tertindas.
Di dunia yang masih banyak diliputi kebencian dan kekerasan, keteladanan ini menunjukkan bahwa kekuatan sejati seorang pemimpin adalah kasih sayang, rasa kemanusiaan, dan tekad untuk selalu melindungi yang lemah.
Khalid bin Walid, simbol pengabdian total bagi umat Islam. Seorang tokoh militer yang tidak pernah kalah dalam setiap peperangan dan pertempuran yang ia pimpin. Tidak ada satu pun pertempuran yang ia kalah. Namun ketika diminta turun dari jabatannya, ia menerima keputusan itu tanpa ragu-ragu dan patuh kepada pemimpin dan kepada umatnya.
Keikhlasan ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuasaan bukan tujuan, melainkan suatu amanah. Suatu pelajaran penting bagi kita semua yang memegang peran kepemimpinan hari ini.
Umar bin Khattab membangun pemerintahan yang adil dan efisien. Ia meyakini pentingnya memeriksa keadaan rakyatnya. Ia tidak rela melihat rakyatnya diperlakukan dengan tidak adil dan ia tidak segan menghukum aparatnya yang lalai, yang tidak melindungi rakyatnya.
(Tepuk tangan)
Dalam konteks hari ini, saya yakin bahwa rakyat kita semuanya menuntut pemerintah yang bersih dan transparan. Teladan Umar bin Khattab adalah panggilan untuk bertindak, bukan sekadar berwacana.
Karena itu saya sangat menghormati tema pertemuan ini, yaitu good governance and strong institutions.
(Tepuk tangan)
Tokoh lain dalam sejarah Islam yaitu Muhammad Al-Fatih, penakluk Konstantinopel di usia 21 tahun. Simbol dari pemimpin yang menggabungkan ilmu pengetahuan, sains, iman, dan visi. Ia mempersiapkan penaklukan bukan hanya dengan kekuatan, tapi dengan teknologi, logistik, dan moral yang tinggi. Ia menunjukkan bahwa pemuda Islam bisa menjadi pemimpin dunia jika dibekali pendidikan dan keyakinan yang benar.
Hadirin yang saya muliakan,
Beberapa hari yang lalu saya mendapat kehormatan berbicara di hadapan parlemen Turkiye di Ankara. Dalam forum itu saya menegaskan kembali komitmen Indonesia, komitmen bangsa Indonesia yang tidak akan pernah surut, tidak akan pernah berhenti dalam membela hak rakyat Palestina untuk merdeka.
(Tepuk tangan)
Saya ulangi kembali di forum ini: sudah tiba waktunya. Jangan kita sekadar berdiskusi, jangan menyusun resolusi-resolusi lagi. Rakyat Palestina terlalu lama menjadi korban. Rakyat Palestina membutuhkan keberpihakan, suatu tindakan yang nyata.
(Tepuk tangan)
Indonesia akan terus berdiri bersama Palestina. Perjuangan ini akan semakin kuat bila kita, dunia Islam, negara-negara Islam yang mewakili seperempat umat manusia, bisa bersatu.
Marilah kita atasi perbedaan kita. Marilah kita atasi kecurigaan kita. Marilah kita atasi rivalitas di antara kita. Marilah kita lihat hal-hal yang penting, yaitu keselamatan umat Islam. Marilah kita melihat masa depan peradaban Islam.
Islam pernah memimpin dunia dalam peradaban, dalam sains dan teknologi. Dan kita harus kembali untuk meraih sains dan teknologi supaya kita bisa mengangkat kesejahteraan rakyat kita. Tidak mungkin kita kuat kalau rakyat kita miskin. Tidak ada negara miskin yang kuat. Untuk itu kita harus keluar dari kemiskinan.
Kita harus berjuang untuk mengangkat rakyat kita masing-masing dari kemiskinan. Dan untuk itu dibutuhkan pemerintah yang bersih. Hanya dengan pemerintah yang bersih kita bisa mencapai kemakmuran.
Saudara-saudara sekalian, tantangan kita bukan hanya Palestina. Kita menghadapi tantangan di mana-mana. Sebagaimana saya katakan, tantangan ini merupakan sumber kelemahan, yaitu kemiskinan, kelaparan, korupsi, ketimpangan pendidikan, dan ketidakmampuan mengelola dan menjaga sumber daya kita masing-masing.
Karena itu, tema pertemuan perkumpulan saudara-saudara tahun ini sangat benar dan sangat strategis: good governance and strong institutions as pillars of resilience. Tanpa tata kelola yang baik, tanpa lembaga yang kuat, tanpa pemimpin-pemimpin yang jujur, pejabat-pejabat yang mengabdi kepada rakyatnya, negara tak akan pernah memiliki daya tahan, apalagi daya saing.
Pemerintah Indonesia saat ini berkomitmen menjalankan beberapa agenda besar: mulai dari reformasi politik dan birokrasi, pembangunan sumber daya manusia, swasembada pangan dan energi, hingga penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena kami percaya, solusi bagi masalah dunia dimulai dari bangsa kita sendiri. Apakah bangsa kita masing-masing berhasil mengatasi masalah internalnya sendiri?
Saudara-saudara sekalian, kalau kita tidak bisa mengurus bangsa kita sendiri, bagaimana kita mau membantu umat yang sedang dalam kesusahan? Kalau kita lemah, tidak mungkin kita bisa bantu Palestina. Bahkan suara kita pun tidak akan didengar. Suara kita didengar kalau kita bersatu dan kita kuat.
Siang ini, sebelum saya tiba di forum majelis terhormat ini, saya sempat berbincang dengan sahabat saya, Sultan Brunei Darussalam. Kami bersepakat bahwa dunia Islam bisa menjadi solusi bagi dunia. Kita bisa dan kita harus menghadirkan perdamaian dunia.
Karena itu, Saudara-saudara sekalian, ajaran Islam adalah ajaran perdamaian. Esensi ajaran Islam adalah cinta kasih. Inilah esensi agama kita dan inilah warisan yang harus kita hidupkan kembali di tengah dunia yang sedang kehilangan arah.
Tetapi walaupun kita ingin perdamaian, kalau kita lemah, mungkin ada pihak-pihak yang tidak ingin perdamaian. Mungkin ada pihak-pihak yang melihat kalau kita lemah, kita bisa dijajah kembali. Kita bisa disuruh-suruh sebagai bangsa pion, bangsa budak, bangsa kacung.
Saudara-saudara sekalian, mari kita satukan langkah. Kita hidupkan kembali semangat-semangat tokoh besar kita. Kita buktikan bahwa Islam hadir sebagai rahmat bagi semesta alam.
Saudara-saudara sekalian, marilah kita merapatkan barisan kita. Atasi semua perbedaan kita. Melangkah ke depan dalam persatuan.
Terima kasih.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Salam sejahtera bagi kita sekalian. Shalom. Salve. Om santi om. Namo budaya. Salam kebajikan. Rahayu-rahayu.
Dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim, pada malam hari ini, Rabu, 14 Mei 2025, saya, Prabowo Subianto, Presiden Republik Indonesia, membuka secara resmi Sidang ke-19 Konferensi Parlemen Negara-Negara Anggota OKI (PUIC) dan seluruh pertemuan terkait.
Selesai.
(Samirmusa/arrahmah.id)