JAKARTA (Arrahmah.id) – Ketua Komisi I DPR RI dari Fraksi PKS, Sukamta, menduga konflik yang belakangan terjadi antara Israel dan Iran hanyalah taktik politik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Menurutnya, langkah ini diambil Netanyahu untuk mengalihkan perhatian dunia dari genosida yang tengah berlangsung di Gaza.
“Israel sedang terpojok akibat kegigihan perlawanan gerilyawan Palestina. Netanyahu juga ditekan dari dalam negerinya sendiri, baik oleh keluarga sandera, oposisi, maupun proses hukum atas dugaan korupsi yang menjeratnya,” ujar Sukamta di Jakarta, Jumat (27/6/2025).
Sukamta menyoroti bahwa Israel saat ini tengah memberlakukan blokade total terhadap pasokan makanan dan obat-obatan ke Gaza.
Situasi ini, lanjutnya, telah menyebabkan ribuan warga Gaza antre bantuan kemanusiaan dan justru menjadi sasaran tembakan, menewaskan puluhan hingga ratusan orang.
“Ini bukan hanya kejahatan kemanusiaan, tapi juga bisa berujung pada skandal internasional besar. Bahkan sejumlah negara Eropa dan Amerika kini mulai mendapat tekanan publik untuk mengecam genosida tersebut,” ungkapnya.
Menurut Sukamta, langkah beberapa negara seperti Prancis dan Inggris yang berinisiatif menggelar konferensi internasional soal Palestina-Israel di Majelis Umum PBB, serta rencana pengakuan terhadap negara Palestina merdeka, menjadi tekanan diplomatik yang kuat terhadap Israel.
“Israel butuh mengalihkan perhatian, dan menyerang Iran jadi salah satu cara. Ini strategi Netanyahu untuk memulihkan dukungan negara-negara Barat yang mulai goyah,” lanjutnya.
Ia menilai, taktik ini sementara berhasil karena dunia kini lebih fokus pada ketegangan militer antara Israel dan Iran, ketimbang penderitaan rakyat Gaza.
Namun, Sukamta mencatat adanya perubahan sikap di Eropa Barat yang kini cenderung lebih berhati-hati dan memilih menunggu perkembangan, mirip dengan pendekatan Rusia dan China.
Hal ini, menurutnya, menandakan kesadaran bahwa konflik ini bukan semata isu keamanan atau nuklir, melainkan terkait kelangsungan politik Netanyahu sendiri.
“AS yang akhirnya terlibat juga diduga karena pengaruh kuat lobi zionis di Washington, yang menggelontorkan ratusan juta dolar tiap tahun untuk memengaruhi Gedung Putih dan Kongres,” ujarnya.
Sukamta menutup pernyataannya dengan harapan agar ketegangan Israel-Iran tidak terus meningkat dan mengganggu stabilitas global.
“Kalau pun ada kontestasi, semoga hanya bersifat lokal dan temporer,” tandasnya.
(ameera/arrahmah.id)