- GAZA (Arrahmah.id) – Aktivis dan analis internasional memperingatkan bahwa jika ‘Israel’ menyerang kapal kemanusiaan Madeline yang tengah berlayar menuju Gaza, maka negara itu akan melanggar hukum internasional dan melakukan kejahatan perang. Peringatan ini disampaikan dalam program “Ma Wara’ al-Khabar” (Di Balik Berita) Aljazeera, yang membahas eskalasi terbaru terhadap inisiatif global untuk mematahkan blokade Gaza.
Kapal Madeline saat ini sedang melanjutkan pelayarannya menuju wilayah pesisir Palestina, membawa misi kemanusiaan dan pesan solidaritas terhadap rakyat Gaza yang selama delapan bulan terakhir menghadapi pembantaian, kelaparan, dan pengusiran massal di bawah agresi ‘Israel’.
“Kami Siap, Tapi Kami Sipil!”
Aktivis Brasil, Tiago Avila, yang berada di kapal Madeline, tidak menutup kemungkinan bahwa kapal mereka akan diserang kapan saja oleh militer ‘Israel’. “Kami mengantisipasi bahwa ‘Israel’ akan menyerang misi sipil kemanusiaan ini dan melakukan kejahatan perang,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa kapal tersebut membawa sekelompok warga sipil dari tujuh negara berbeda, bukan pasukan militer, dan hanya bertujuan untuk membuka jalur kemanusiaan serta mengirimkan makanan kepada masyarakat Gaza yang “sudah delapan belas tahun diblokade dan kini sedang menghadapi genosida.”
Menurut Avila, mereka kini berada sekitar 140 mil dari pesisir Gaza, masih di perairan internasional. Kapal tersebut tidak berniat memasuki wilayah laut ‘Israel’, melainkan menuju perairan wilayah Palestina. Ia menegaskan bahwa jika ‘Israel’ mencegat kapal ini, maka itu berarti melanggar perintah Mahkamah Internasional dan melakukan kejahatan perang.
Latihan Militer dan Ancaman Terbuka
Menteri Pertahanan ‘Israel’ Yisrael Katz secara terbuka telah memerintahkan militer untuk mencegah Madeline mencapai Gaza. Sementara itu, media ‘Israel’ melaporkan bahwa angkatan laut telah melakukan simulasi perebutan kapal di perairan dekat Ashdod.
Aktivis melaporkan bahwa kapal mereka menghadapi gangguan elektronik berat dari ‘Israel’, dan seorang dokter asal Prancis yang ikut dalam misi itu menyebutkan bahwa drone militer terus mengawasi mereka dari udara selama berjam-jam.
Suara dari Parlemen Eropa: “Serangan = Pelanggaran Hukum”
Anggota Parlemen Swedia, Lorena Delgado, menyatakan bahwa “setiap upaya ‘Israel’ untuk mencegah kapal Madelin adalah pelanggaran hukum internasional yang terang-terangan.” Ia menegaskan bahwa ‘Israel’ telah berulang kali menyerang misi sipil sebelumnya, termasuk insiden berdarah pada 2010 terhadap kapal Mavi Marmara yang menewaskan sembilan aktivis.
Delgado juga menyoroti bahwa ‘Israel’ “bukan negara demokratis karena menerapkan sistem apartheid dan menjajah tanah orang lain,” sambil menyatakan harapan agar tekanan dari masyarakat sipil di Eropa terus meningkat dan mendorong pemerintah bertindak sesuai hukum internasional.
Sorbonne: Ini Sudah Sukses Moral, Meski Diserang Sekalipun
Akademisi dari Universitas Sorbonne, Dr. Mohamed Henid, mengatakan bahwa keberangkatan kapal Madeline dari pelabuhan Eropa sendiri sudah merupakan kemenangan moral. Ia memperkirakan bahwa ‘Israel’ kemungkinan akan mengulangi skenario 2010, dengan menyerang kapal secara militer untuk mencegahnya mencapai Gaza.
Namun, Henid juga menyoroti dengan tajam bahwa dunia Arab tetap diam, menyebutnya sebagai “kelumpuhan total di tingkat politik, kelembagaan, dan masyarakat sipil.”
Konteks yang Lebih Besar
Serangan terhadap Madeline, jika terjadi, akan menjadi babak baru dalam sejarah agresi ‘Israel’ terhadap misi kemanusiaan. Selama delapan bulan terakhir, lebih dari 180.000 warga Palestina terbunuh atau terluka, mayoritas perempuan dan anak-anak. Kini, satu-satunya harapan rakyat Gaza, bantuan dari komunitas sipil global, juga dihadang dengan ancaman senjata.
“Kami tidak memiliki jaminan dari negara mana pun,” ujar Avila. “Tapi dunia harus bertindak, sebelum semuanya terlambat.”
Kapal Madelin bukan hanya kapal. Ia adalah simbol, bahwa di tengah keheningan negara-negara besar dan kebungkaman negara-negara Arab, masih ada suara yang berani menembus laut, demi menyampaikan satu pesan sederhana: Gaza tidak sendiri. (zarahamala/arrahmah.id)