KIEV (Arrahmah.com) – Ukraina telah meluncurkan sebuah operasi “anti-teroris” di timur kota Kharkiv dan sekitar 70 orang telah ditangkap karena berusaha merebut gedung pemerintahan daerah, Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov mengatakan pada Selasa (8/4/2014), sebagaimana dilansir oleh WorldBulletin.
Pada halaman Facebook-nya, Avakov mengatakan: “Sebuah operasi anti-teroris telah diluncurkan. Pusat kota akan diblokir bersama dengan stasiun metro. Jangan khawatir. Setelah kami selesai, kami akan membukanya lagi.”
Kementerian Dalam Negeri Ukraina seperti yang dikutip oleh kantor berita Interfax-Ukraina mengklaim bahwa mereka yang ditahan dicurigai melakukan kegiatan ilegal yang berkaitan dengan separatisme, mengorganisir massa untuk membuat kekacauan, dan merusak kesehatan manusia, serta melakukan pelanggaran hukum lainnya.
Kementerian Luar Negeri Rusia pada Selasa (8/7) menyerukan pihak berwenang Kiev untuk menghentikan persiapan pasukan militer yang kabarnya akan ditugaskan untuk menekan protes anti-pemerintah di Ukraina bagian tenggara.
“Kami menyerukan untuk segera menghentikan persiapan militer yang dapat menyebabkan pecahnya perang saudara,” kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Pengunjuk rasa pro-Rusia menyita gedung pemerintah di kota-kota timur seperti Kharkiv, Donetsk dan Luhansk pada Ahad malam (6/4) menuntut referendum digelar.
Kiev mengatakan bahwa penyitaan gedung-gedung publik di Ukraina bagian timur terutama di kawasan industri pada Ahad malam (6/4) merupakan kejadian yang terulang di Krimea, semenanjung Laut Hitam yang telah dicaplok Moskow bulan lalu.
Otoritas Ukraina memberikan beberapa rincian dari operasi “anti-teroris” yang menyisir gedung-gedung di kota Kharkiv. Dia mengatakan bahwa dua polisi terluka oleh granat yang dilemparkan.
Pasukan khusus Ukraina yang dilengkapi dengan peralatan tempur, helm dan balaclava serta membawa senapan Kalashnikov dan senapan mesin berdiri berjaga-jaga pada Selasa pagi (8/7) di luar gedung yang jendela luarnya pecah.
Sebuah tulisan terdapat di dekat pintu utama yang telah rusak sebagian, yang berbunyi: “Avakov – pergilah ke penjara”, merujuk kepada Menteri Dalam Negeri Ukraina Arsen Avakov.
Para pengunjuk rasa pro-Rusia yang juga mengambil alih gedung-gedung pemerintahan di Luhansk dan Donetsk menuntut referendum digelar apakah akan bergabung dengan Rusia seperti halnya Krimea yang telah dicaplok oleh Moskow.
(ameera/arrahmah.com)